8

12 1 0
                                    

Gadis itu mulai mengerjakan matanya akibat pantulan dari cahaya matahari yang menembus sela-sela gordennya. Hari ini hari minggu dimana ia harus segera bangun membantu sang mama menyiapkan sarapan.

"Pagi ma, Ayra bantuin ya" ujarnya disamping mama yang sedang mengaduk sayur yang tengah di masak.
"Tumben mau bantuin mama biasanya kamu langsung pegang hp" saut mama.
" Ya kan ayra pengen belajar masak biar bisa bikin masakan yang enak kaya masakan mama" puji Ayra menaruh pipinya pada bahu sang mama
"Hhmm pinter ya kamu kalo godain mama"
"Okk tugas pertama. boleh beliin mama tempe sama tahu gak diwarung dekat perempatan depan, soalnya kemaren mama lupa" pinta mama
"Siap meluncur "
"Ehh kamu gak mau ganti baju dulu, pasti belum mandi juga" ujar mama yang tau pasti anak gadisnya ini belum mandi sebab masih dengan piayama dan rambut yang sembraut.
"Hhee nanti aja deh mah mandinya, masih cantik soalnya" balas ayra yang sudah berada disamping pintu sambil berlari kecil menuju warung sayur diperempatan jalan.

Angin sepoi-sepoi dengan matahari yang tidak terlalu terik membuat suasana pagi ini begitu nyaman.
Ayra berjalan santai sambil melihat sekeliling sekitar, bandung memang setenang dan senyaman itu pantas saja banyak orang yang menginginkan berlama-lama di kota ini salah satunya Ayra sendiri. Bandung baginya seperti surga yang tersembunyi dengan pesona disetiap detiknya, tuhan sepertinya sengaja menciptakan kota ini untuk manusia sejenak melepas segala beban penat dengan hanya menghirup udara segar dan pemandangan yang semesta suguhkan begitu apiknya.

"Pak saya mau beli tempe sama tahunya satu ya"saut Ayra pada penjual sayur.
"Iya sebentar ya neng"
"neng warga baru ya disini?" Tanya penjual sayur.
"Iya pak saya baru pindah kemarin"jawab Ayra
"Ini ya neng tahu sama tempenya jadi 20 ribu aja" ucap penjual sayur sambil memberikan kresek hitam kepada Ayra
" Iya makasih ya pak ini uangnya"
Setalah selesai membeli semuanya ayra bergegas pulang tak jauh dari rumahnya ayra menyipitkan matanya terfokus pada satu mobil yang sepertinya tak asing diamata ayra.
"Kayanya gw pernah liat mobil ini"ujar Ayra tepat berada didepan mobil yang terparkir didepan pagar rumahnya.
"Ahh bodo amat lah, lagian siapa sih yang parkir sembarangan disini mana gak izin" cerocos Ayra sambil masuk kedalam rumah.

Deg.

Ayra sontak terbelalak saat matanya tersorot pada seseorang yang tengah duduk diruang tamu miliknya, tak hanya orang itu tampak papah mama adik dan dua orang paruh baya berada diruang itu.

"Lo."
Seseorang itu adalah Gaffi. Iya laki-laki yang selalu membuat Ayra kesal. Laki-laki dingin, cuek, nyebelin, dan gila. Ayra sangat jelas masih mengingat kejadian saat dipesta Jihan saat itu. Pria gila yang bilang pada papa bahwa akan menikahinya.
Jangan bilang dia ingin menepati ucapannya, kepala Ayra ingin pecah dan rasanya ingin menghilang saja dari bumi.

"Ini Ayra putri kami yang pertama" saut papa Ayra dibalas dengan Ayra yang langsung mencium tangan kedua paruh baya itu.
"Ayra ini om Bagas dan tante Anne"sambung papa.
"Cantiknya" saut tante Anne tersenyum kearah Ayra.
"Makasih tante"balas Ayra.
"Iya Ayra ternyata om baru tau kamu itu anak dari sahabat lama om" ucap om Bagas.

Jadi papa sama bokap ini cowok sahabatan (batin Ayra).

"Papa juga gak nyangka kalo nak Gaffi itu anak dari sahabat papa" saut papa.
"Sudah sudah kita sambung ngobrol nya sambil duduk saja" ucap mama.
"Ayra sini duduk" sambung mama.
Ayra duduk disamping sang mama dengan kantung plastik sayur yang masih ditangannya.

"Jadi kedatangan kami sekeluarga ini ingin meminta Ayra untuk bisa menikah dengan anak kami Gaffi".

Jjderrr.

Ayra yang mendengar ucapan om Bagas tercengang bagaimana bisa cowok yang baru dia kenal melamarnya secepat ini. Ini benar-benar gila.

"Sebelumnya izinkan saya untuk mengungkapkan niat baik sekaligus janji saya pada om tempo hari lalu. Saya Gaffi insyaallah dengan izin allah ingin meminta pada om dan tente untuk menjadikan Ayra Alifia menjadi istri saya". Ucap Gaffi.

Entah harus senang atau sedih seperti orang-orang kebanyakan saat acara lamaran. Ayra justru bingung harus senang atau malah sedih karena baru saja kemarin ia resmi menjadi pacar dari seorang Armand dan sekarang ia malah dilamar secara dadakan seperti ini yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya, acara yang harusnya digelar dengan penuh khidmat dan keromantisan bersama orang yang dicintai nampaknya tak bisa Ayra wujudkan saat ini.

"Om dan Tante tentu saja menerima lamaran kamu Gaffi begitu pun dengan Ayra." Ucap papa dengan cepat tanpa pikir panjang menerima lamaran laki-laki itu.

Whatt?? Hhmm papa apa-apaan sih main terima-terima aja ( batin Ayra)

Rasanya pelupuk matanya ingin meneteskan air mata, Ayra tidak mungkin menikah secepat ini apa lagi menikah dengan orang yang tidak ia cintai.

"Kamu terima kan Ayra?" Tanya papa
"Tapi... Pa.."
"Sayang kamu terima ya lamaran Gaffi mama yakin dia laki-laki yang baik buat kamu" potong mama yang langsung meyakinkan Ayra.

Ayra benar-benar bingung tidak mungkin ia menolak saat orang tuanya sudah berharap banyak pada Ayra dan bila Ayra menolak pasti akan membuat keluarganya malu.

Dengan pasrah Ayra hanya mengangguk menandakan mengiyakan lamaran itu dengan perasaan terpaksa.

"Syukurlah akhirnya kita bisa besanan juga ya"ucap om Bagas.
"Permisi Ayra izin keluar sebentar ya" ucap Ayra lalu berjalan keluar rumah.

Air matanya sudah tak bisa ia tahan lagi rasanya ingin menjerit tapi tak bisa, bukan seperti yang ingin kan.

"Hikss... Gw gak mau... Kenapa sih tuh cowok gila selalu bikin hidup gw susah, gw gak cinta sama dia. Gw gak mau nikah sama dia" ucap Ayra yang duduk didepan pekarangan rumah sambil menyeka air matanya.
"Kenapa harus dia sih...hikss...hikss"

"Terimakasih sudah mau menerima lamaran saya" ucap seseorang didepan Ayra.
Ayra sudah tau itu pasti Gaffi.
"Boleh saya duduk?" Pintanya. tak ada balasan apa pun dari Ayra, gadis itu masih saja terdiam.
"Ngapain lo disini? Kenapa sih lo itu harus ada dihidup gw" ucap Ayra sambil mengusap air matanya.
"Karena izin Allah Ayra" balas Gaffi.
"Kamu percaya takdir?" Lanjutnya.
"Percaya tapi asal lo tau ini semua bukan takdir. Orang yang menikah itu dua insan yang saling mencintai, sedang gw gak cinta sama lo dan gw yakin lo juga gak cinta kan sama gw atau semua ini rencana orang tua kita aja buat jodohin anaknya kaya cerita di wattpad-wattpad yang gw baca". Jelas Ayra sudah tidak bisa memendam perasaannya.
"Kamu salah Ayra orang tua kita tidak pernah merencanakan ini. Tidak masalah untuk saya jika kamu belum bisa mencintai saya karena memang pertemuan kita terlalu singkat." Ujar Gaffi.
"Tapi ini masalah buat gw. Mending Lo batalin aja lamaran ini gw gpp kok" saut Ayra.
"Saya tidak akan membatalkan lamaran ini Ayra, saya memang belum bisa mencintai kamu tapi saya akan belajar untuk mencintai kamu" balas Gaffi.
"Keras kepala banget sih lo. Asal lo tau ya cinta itu gak bisa untuk dipelajari,cinta itu tumbuh sendiri dengan setiap peristiwa dan memori yang kita jalani." Jelas Ayra ia sudah hilang kesabaran menghadapi laki-laki dihadapannya ini.
"Saya ingin kamu jadi memori itu Ayra." Ucap Gaffi.
Setelah mendengar itu Ayra langsung masuk kedalam tanpa menghiraukan ucapan Gaffi.

Setelah dengan perdebatan mereka berdua dan dilanjut dengan acara makan siang dengan pembahasan bahwa acara pernikahan nya akan diadakan satu minggu lagi, rasanya Ayra sudah sangat lelah hari ini  menghadapi masalah ini entah harus pasrah atau berontak rasanya badannya pun sudah sangat kehilangan energi banyak.

Ayra masuk kekamar sembari menatap langit langit kamar, beginikah hidupnya sekarang satu minggu lagi ia harus menikah dengan Gaffi. Sepertinya pertemuan nya dibandara kala itu adalah kutukan bagi Ayra. Gafii masuk dalam hidupnya dengan begitu saja menghancurkan mimpi-mimpi yang telah ia bangun. Bagaimana dengan cintanya? Bagaimana dengan Armand? Tidak mungkin Ayra menceritakan hal ini pada Armand dan mengakhiri hubungannya  begitu saja.

Serius Gw Harus Nikah ( Gaffi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang