21. Prioritas

1.8K 135 49
                                    

Kevin membuka pintu apartemen nya melihat Shakila yang sedang mengerjakan tugas nya, memang setelah selesai makan. Kevin langsung mengantarkan Edelia pulang ke apartemen yang berbeda dengan Kevin.

Sedangkan Shakila naik taxi karena tidak mungkin ada angkutan umum malam-malam begini. Tentu saja Kevin tidak mengantarkan Shakila pulang. Cowok itu lebih memilih mengantarkan Edelia pulang, Shakila juga tidak berharap lebih karena tau ending nya gimana.

" Tugas kamu udah selesai, besok ada ulangan Matematika. Aku udah rangkum semua materi yang besok di ulanganin " Shakila menutup buku nya, berbicara sambil membereskan buku Kevin untuk pelajaran besok.

" Besok bisa bikin sarapan kayak tadi pagi? " tanya Kevin.

Shakila menatap Kevin dengan senyum antusias nya, tidak salah mendengarnya kan? " kamu mau aku bikinin lagi? aku sih gapapa. "

" Bukan buat Gue, tapi buat Edelia. Dia gak terlalu bisa makan masakan kantin. Gue gak mau dia kelaperan. Lo gak keberatan kan?! "

" Enggak kok, nanti aku bikin dua buat kamu juga. Kamu juga harus sarapan Vin " balas Shakila dengan lembut.

" Gak usah mikirin gue, gue bisa beli sendiri yang penting lo masakin buat Edelia. Untuk uang jajan gue tambahin " ujar Kevin lalu pergi menuju kamar nya tanpa mengucapkan terimakasih. Shakila masih belum bisa merubah Kevin cowok itu masih terlihat sama.

Tidak ada yang harus Shakila rubah sebenarnya karena memang yang bisa merubah adalah diri sendiri. Percuma sekeras apapun kalau Shakila memaksa Kevin untuk berubah tapi cowok tidak ada kemauan akan percuma. Semua akan sia-sia.

Di tengah malam Shakila keluar kamar mendengar ringisan yang terdengar dari kamar Kevin, cowok itu kenapa? rasa khawatir menggebu-gebu di dalam diri Shakila, tidak peduli Kevin akan marah Shakila langsung menuju kamar cowok itu untung saja kamar Kevin tidka di kunci.

Matanya melebar melihat Kevin yang terus mengigil, wajah nya memerah, bibir nya pun memutih. Tangan nya mendingin, Kevin demam tinggi. Dengan gerakan cepat Shakila langsung membuka lemari mencari selimut yang lumayan banyak dan juga jaket yang cukup tebal.

" Ay, dingin " lirih Kevin sedikit membuka mata. Shakila memegang kedua tangan Kevin lalu menggosok-gosokkan menyalurkan kehangatan kepada Kevin.

" Sabar ya, aku kompres kamu dulu" usul Shakila.

Kevin tidak menjawab mata nya terpejam tapi bibir nya masih bergetar memperlihatkan kalau keadaan Kevin tidak baik-baik saja, sepulang mengantarkan Edelia memang merasakan tubuh nya tidak enak. seperti lemas dan pusing.

Tidak lama Shakila sudah kembali membawa baskom berisikan air dingin dan juga sapu tangan kecil yang Shakila temukan di meja dekat tv.

Meredamkan terlebih dahulu sapu tangan nya lalu di peras setelah serasa cukup mulai di tempelkan sapu tangan itu di dahi Kevin " jangan bikin aku khawatir Vin "

" Sttt dingin Ay " gumam Kevin, tapi matanya masih terpejam.

Shakila dengan lihat terus mengompres Kevin, sampai cowok itu sedikit mendingan. Tangan nya juga tidak sedingin yang tadi. Sekarang yang Shakila cari adalah obat. Obat untuk penurun panas. Untung saja Shakila punya, kaki nya melangkah ke arah dapur mengambil minum lalu kembali ke kamar Kevin. Meletakkan terlebih dahulu gelas dan juga obat nya.

" Vin, bangun dulu yu minum obat " dengan lembut Shakila mengusap rambut Kevin.

Kevin mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya yang berasal dari lampu kamar nya, menatap Shakila. Shakila tersenyum tangan nya mengambil obat dan di arahkan ke dalam mulut Kevin.

Setelah seleai minum obat Shakila langsung memberikan segelas minum air putih " tidur lagi ya, besok gak usah sekolah. Kamu masih sakit, nanti aku izinin sama guru "

AynaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang