Bingung, bingung yang Shakila rasakan sekarang, semua nya terasa abu-abu untuk bisa di Shakila tebak. Hati nya selalu yakin kalau Kevin akan menatap nya tapi ada juga otak yang selalu mengatakan kalau itu semua nya salah. Salah untuk Shakila harapkan, karena memang enggak semua yang kita harapin akan menjadi kenyataan.
Shakila ingin sekali mengatakan kalau dirinya akan menunggu, menunggu sampai waktu itu tiba. Ia mau berteriak kalau Shakila tidak akan pernah meninggalkan Kevin sampai hati Shakila cape dengan semua nya, lelah. Sangat lelah selalu seperti ini.
" Diem aja, mikirin apa? hari ini jadi kan belajar Kil? " tanya Satya, cowok itu duduk setelah menaruh tas nya di sembarangan arah.
Shakila mengangguk kecil, dirinya sampai lupa kalau ada janji untuk menjadi guru private nya Satya " jadi kok, di cafe atau dimana? "
" Di apartemen Kevin, dia ngancem gue Kil. Katanya harus belajar nya di apartemen, masa gue gak boleh ajak lo keluar. Belum jadi pacar posesif banget " adu Satya.
" Ngapain lo ngomong kayak gitu ke Ayna? " tanya Kevin tajam.
" Ye santai aja kali, emang bener kan lo belum jadi pacar aja udah posesif. Sebenarnya cewek lo itu Shakila atau Adelia, maruk banget. Mending Kila buat gue " ujar Satya menggoda Kevin.
Kevin berdecak malas, melirik Shakila sekilas. Tatapan nya kembali menatap Satya terlihat tidak bersahabat " lo sentuh dikit aja, rumah sakit nungguin lo "
" Cih, galak banget. Ini yang ngomong nya babu? " tanya Satya malas.
" Kalau kalian mau berantem, mending di lapangan aja. Aku pusing denger kalian ngomong terus! " omel Shakila.
" Yaudah ayo " ujar Kevin tanpa beban.
" Vin, aku bercanda, udah deh kalian jangan kayak anak kecil. Berantem terus mending kalian belajar bentar lagi kan kenaikan kelas " setelah Shakila berbicara seperti itu mereka berdua hanya diam saling menatap dengan mata yang seperti menyambut peperangan membuat Shakila menghela nafas berat.
" Gimana mau belajar di apartemen kalau kalian kayak gini? " kesal Shakila.
Kevin beranjak pergi, sebelum pergi Kevin menarik ikat rambut warna hitam Shakila. Berbicara yang rasanya membuat Shakila mematung " gue gak suka berbagi " hanya itu yang Kevin katakan tapi tidak tau kenapa rasanya Shakila seperti patung, tubuh nya terasa kaku. Mati-matian Shakila menahan dirinya untuk tidak tersenyum hanya mendengar bisikan.
" Satya belajar sama lo Kil? " tanya Elina yang mendengar percakapan mereka tapi Elina dan juga Chelsea tidak mau ikut nimbrung karena masih takut berurusan dengan Kevin ya walaupun Kevin tidak mungkin membuat orang sengsara kalau orang itu tidak mengusik hidupnya.
" Iya, aku kan punya ilmu sedikit. Ya sebisa aku bantu Satya belajar, itung-itung ngerasain jadi guru dadakan. Lagian juga aku mau bantu Kevin untuk bisa ngerubah nilai nya jadi baik " balas Shakila tanpa ragu.
Elina hanya menghela nafas dengan cara berpikir Shakila. Biasanya orang kalau di bully pasti enggak kuat atau ingin cepat-cepat pindah sekolah. Bahkan tanpa berpikir panjang langsung ngelaporin tindak bully bully kayak gitu. Tapi Shakila malah ingin membantu masalah nilai orang yang di bully nya bahkan Shakila terlihat sabar menghadapi sifat Kevin.
" Kil, gue cuma mau ngasih tau. Jangan terlalu baik sama orang nanti lo bisa di bego-begoin. Gue sama Chelsea takut lo kenapa-kenapa, apalagi Kevin orang nya gak pernah mandang cewek atau cowok " Elina berani berbicara seperti ini karena Kevin sudah tidak ada. Jujur Elina memang takut dengan Kevin, tapi Elina juga takut Shakila, takut sahabatnya ini kenapa-kenapa.
" Iya Kil, kalau Kevin berbuat yang kelewatan batas lo ngomong sama kita " timpal Chelsea, Shakila tau mereka berdua mengkhawatirkan nya tapi Kevin tidak sejahat itu. Shakika tau sosok Kevin yang mereka takuti bukan sosok yang benar, Shakila selama ini bisa merasakan sikap perubahan cowok itu dan sedikit demi sedikit Kevin akan berubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayna
Teen FictionShakila Allayna , namaku terlihat indah bukan ? tapi jangan berharap hidupku seindah namaku . dari kecil aku tidak pernah mengenal apa itu kasih sayang seorang mamah dan papah , aku emang mempunyai mereka sangat dekat malah . tapi ... mereka terasa...