Tidak terasa sudah memasuki bulan yang sangat yang sangat Shakila tunggu, dimana bulan kelahiran nya dan juga bulan yang selalu di tunggu oleh para penyuka hujan. Tidak jarang banyak sekali yang sangat menunggu bulan ini, merasakan tetes demi tetes air jatuh ke atas tanah dengan angin yang cukup membuat semua orang terasa sejuk.
Bulan desember? apa ada yang lahirnya sama dengan Shakila, kalau ada mungkin kalian adalah orang-orang yang kuat. Jangan pernah menyerah dengan hidup karena semua nya akan terasa indah selagi kita mau berusaha.
" Hujan Kil, pake jaket gue aja " ujar Aldan duduk di samping Shakila, tangan putih yang terlihat lembut itu melepaskan jaket hitam milik cowok itu mengarahkan nya di bahu Shakila. Bentuk perhatian yang selalu cowok itu utarakan, dan benar sesuai apa yang dikatakan Panji. mereka berdualah yang selalu ada di samping Shakila saat-saat seperti ini.
" Makasih Al "
" Santai aja, lo pulang sama siapa? gak mungkin kan kalau sama Kevin. Gue liat dia pulang sama Edelia " tanya Aldan. Shakila menghela nafas memang dirinya tau kalau Kevin baru saja pulang dengan Edelia.
" Aku mau ke rumah sakit, Panji udah chat aku tapi dia katanya ada urusan lain bentar " balas Shakila.
Beberapa menit yang lalu memang Panji mengirimkan pesan nya agar Shakila menunggu. Hari ini adalah hari dimana Shakila harus kemoterapi lagi. Cape ? tidak sama sekali, apa kalian masih ingat kalau Shakila harus berjuang untuk sembuh? ya Shakila akan berjuangan untuk kesembuhan nya sebisa mungkin.
" Dia gak nganterin lo? " tanya Aldan menyerngit bingung.
" Mau di jemput kok, tapi aku tolak soalnya dia kan ada urusan enggak enak aja kalau ganggu. Lagian jarak rumah sakit sama sekolah juga lumayan deket"
" Kalau Panji ngomong gitu terima aja tawaran nya Kil, lo itu sama sekali gak merasa di repotin. Gue sama Panji itu tulus buat selalu ada di samping lo, karena - "
" Karena aku kesepian? karena aku gak punya siapa-siapa? atau karena aku sakit? " potong Shakila cepat, senyuam Shakila muncul tapi bukan senyum manis melainkan senyum miris yang membuat Shakila merasa kalau dirinya sangat merepotkan orang lain.
Aldan tentu saja menggelengkan kepala nya tidak membenarkan ucapan Shakila " enggak Kil! sama sekali enggak apa yang lo ucapin, kita berdua emang bener tulus mau lo itu sembuh. Lo percaya kan kalau manusia itu punya hati, gue sama Panji itu masih punya hati. Gue gak akan ngebiarin lo susah sendiri sama hal nya dengan Panji, dia gak mau lo kenapa-kenapa "
" Daripada lo mikir macem-macem mending gue anter ke rumah sakit " lanjut Aldan menggenggam tangan Shakila membawa tangan kecil itu menuju mobilnya, memang Aldan sekarang lebih sering membawa mobil, semua itu karena Shakila. Panji tidak mungkin selalu ada pasti sewaktu-waktu akan di gantikan oleh Aldan, dan Aldan cowok itu inisiatif sendiri untuk membawa mobil ke sekolah bukan bermaksud pamer melainkan tidak mau Shakila kehujanan, kepanasan atau terkena angin sore.
Kaki nya mulai melangkah memasuki rumah sakit besar ini, Shakila memang bukan pertama kali lagi menjalankan kemo tapi masih ada rasa takut yang menghantuinya. Kemo bisa di bilang seperti sahabat Shakila sekarang atau mungkin seperti bayangan yang kapanpun akan selalu mengikuti nya atau selalu bersama untuk menjalani semua berjuangan yang akan Shakila hadapi.
Shakila ingin di saat-saat seperti ini orang tua nya mendukung nya, memberikan semangat tapi semua itu hanya khayalan dan suatu harapan yang tidak akan pernah terjadi. Rindu? jangan di tanya walaupun dirinya di benci oleh keluarga nya sendiri, ada rasa rindu yang sangat dalam apalagi dengan Favian, adiknya itu. Sudah lama Shakila tidak memberikan cokelat, terakhir kali dirinya memberikan cokelat di titipkan kepada bi Rara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayna
Teen FictionShakila Allayna , namaku terlihat indah bukan ? tapi jangan berharap hidupku seindah namaku . dari kecil aku tidak pernah mengenal apa itu kasih sayang seorang mamah dan papah , aku emang mempunyai mereka sangat dekat malah . tapi ... mereka terasa...