13. Sisa pikiran

249 29 0
                                    

Co-translator xrodetax 📌📌

Kemudian minggu neraka dimulai, minggu kurang tidur bagi para mahasiswa. Ini adalah minggu ujian tengah semester, kondisiku saat ini seperti seseorang yang telah berperang.

Lingkaran hitam, kelopak mata terkulai, dan wajah mengantuk sepanjang waktu menunjukkan bahwa banyak yang telah terjadi padaku. Niatku adalah belajar keras untuk ujian karena ujian kali ini lebih sulit daripada yang seharusnya. Lebih sulit dari yang diajarkan di kelas oleh para dosen. Aku harus fokus supaya mendapatkan nilai yang bagus. Jika seperti itu aku akan sangat Lelah, dan tidak sempat untuk memikirkan "orang" yang aku hindari sejak minggu lalu.

Aku beruntung tidak bertemu Nong Weha. Seharusnya lebih mudah untuk melupakannya jika aku tidak melihatnya, kan?

Nueng – "Satu pertanyaan, apakah kamu benar-benar belajar untuk ujian, atau kamu sedang mengerjakan sesuatu yang lain? Dari wajahmu, sepertinya kamu belum tidur selama seminggu. Bahkan aku yang belajar lebih lama darimu, tidak terlihat begitu lelah sepertimu."

Gunn – "Apakah aku terlihat sangat buruk?"
                        
Nueng – "Ya, kamu harus melihat dirimu di cermin."
                    
Aku dan dua temanku sedang duduk meninjau mata kuliah sambil menunggu, ujian berikutnya adalah sore hari. Kami harus belajar sedikit karena kami tidak suka pergi ke kelas di pagi hari, jadi kami harus berusaha lebih keras di masa ujian untuk menebusnya. Ngomong-ngomong, kenapa One (Nueng) tidak terlihat begitu lelah? Aku pasti sangat terlihat kurang tidur.
Jan – "Kamu banyak mikirin Nong Weha, kan?" Aku mendengar suara Jan.

Gunn – "Mmm." Jawabku.

Jan – "Oh! Aku tidak tahu bagaimana membantumu dalam situasi seperti ini. Aku hanya bisa memberi tahumu apa yang harus dicoba untuk dilupakan secepat mungkin. Jika kamu menyukai anak laki-laki sederhana yang tidak diperhatikan dan bukan seseorang yang begitu terkenal, situasinya pasti akan berbeda."

Gunn – "Aku... aku sudah mengatakan apa yang aku pikirkan." Nueng dan Jan berbicara kepadaku sepanjang minggu hingga mereka mengetahui bagaimana perasaanku tentang Nong Weha. Akan lebih mudah bagiku, jika aku jatuh cinta dengan orang biasa, tanpa ketenaran. Seseorang yang tidak semua mata tertuju padanya.

Gunn – "Aku berharap bisa mengubah apa yang aku rasakan dan bahwa aku menyukai orang lain tetapi tidak bisa."

Kedua temanku menghela nafas dan menatapku dengan kasihan. Aku tidak bisa menahannya, aku satu-satunya yang harus disalahkan karena membiarkan perasaanku tumbuh dan sekarang aku harus bertanggung jawab atas kemungkinan itu.

*LINE*

Aku mendengar suara notifikasi LINE, jadi aku meraih ponselku di tumpukan buku dan seprai.

Fuse – "Phi, apakah kamu sibuk? Aku ingin menanyakan sesuatu padamu."

Gunn – "Aku bisa istirahat, ada apa Nong Fuse?"

Fuse – "Aku lebih suka meneleponmu."
Sejak kami kembali dari perjalanan, kami tidak saling menghubungi setiap saat. Dia bilang dia ingin mendekatiku dan ini pertama kalinya dia meneleponku.

Fuse – "Halo Phi."
                        
Gunn – "Halo Nong Fuse, ada masalah apa?"

Fuse – "Apakah aku harus memiliki masalah untuk dapat berbicara denganmu?"

Gunn – "..."

Fuse – "Hahaha, aku hanya bercanda. Hari ini aku harus pergi ke fakultasmu untuk mengikuti ujian, tetapi aku tidak tahu bagaimana menuju ke ruang ujian. Apakah Phi sibuk? Bisakah Phi menemaniku ke ruang ujian?"

Gunn – "Oke, beri tahu aku ketika kamu sampai di sana, di ruangan apa itu?"
                        
Fuse – "Ruang 201."
                        
Gunn – "Oke, sampai jumpa." Dia menutup telepon.

Nueng – "Siapa itu?" Nueng bertanya, begitu panggilan berakhir.

Gunn – "Seorang junior." Jan mengambil ponselku untuk melihat siapa itu.
                        
Jan – "Wah! Junior yang sangat tampan, kamu sangat beruntung. Tapi, kenapa dia meneleponmu?" Jan bertanya padaku dengan wajah licik.
                        
Gunn – "Dia datang ke fakultas kita untuk mengikuti ujian."

Jan – "Mmm... dan dia meneleponmu alih-alih mengirim LINE untuk memberi tahumu, apakah ada sesuatu yang terjadi?"
                        
Gunn – "..." Aku tidak menjawab tapi berhasil tersenyum kecil.
                        
Nueng – "Jangan bilang dia sedang mendekatimu!"

Gunn – "..." Aku menghindari tatapan mereka.
                        
*Berteriak*

Jan – "Yah... Kamu hanya perlu berusaha. Astaga, dia begitu cepat melupakan yang lain!" Jan berbicara seperti aku baru saja putus dengan mantan pacarku.

Nueng – "Aku setuju dengan Jan. Dia akhirnya punya ide bagus!"

Jan – "Apakah kamu mencoba mengalihkan perhatianku? Aku akan mengutukmu jika aku gagal dalam ujianku."

Nueng – "Dengan mulut itu?" Nueng bangun pura-pura memukul mulut Jan, tapi dia lebih cepat dan menghindarinya tepat waktu. Keduanya tampak seperti banteng yang mengejar dan mengolok-olok satu sama lain, mereka sangat cocok. Aku fokus pada mereka dan lupa orang yang meneleponku.

Fuse – "Phi, aku sudah di fakultas. Dimana aku harus menemuimu?"

Gunn – "Di pintu depan."

Ada sedikit waktu tersisa sampai ujian dimulai, jadi kami harus bergegas. Aku dengan cepat mengumpulkan barang-barangku, setelah meninggalkan Nong Fuse di kelas ujiannya, aku juga harus pergi untuk mengikuti ujianku.

Gunn - "Aku akan membawa Nong Fuse ke ruang ujiannya" Kataku kepada kedua temanku yang sekarang telah istirahat sebentar dan sedang duduk belajar dari buku yang sama seperti dua malaikat kecil yang saling mencintai.
Jan – "Kamu adalah orang yang sangat baik. Tanpa bimbinganmu yang baik di sekitar fakultas, junior yang malang tidak akan dapat menemukan tempat untuk mengikuti ujiannya."

Gunn – "Mmm" Aku sangat membenci dua orang di depanku, mereka menatapku dengan kelicikan seperti itu yang membuatku malu. Aku berpura-pura kuat mengabaikan tatapan mereka dan pergi menjemput Nong Fuse.
                        
Segera, aku menemukan Nong Fuse, dia mengenakan seragamnya dan menunggu di depan pintu utama fakultas.
                        
Fuse - "Halo, ada apa? Kenapa Phi terlihat sangat lusuh?" Nong Fuse tampak terkejut melihatku, dia bertanya padaku dengan cemas.

Gunn – "Aku baik-baik saja, aku hanya tidur sedikit supaya bisa belajar untuk ujian." Aku berbohong.
                        
Fuse – "Oh! Pasti karena itu. Mmm... Ujianmu pasti sangat sulit, wajahmu menunjukkan bahwa kamu kurang tidur dan harus banyak belajar."

Gunn – "Tidak terlalu buruk, ayo cepat, hanya tersisa lima belas menit."
                        
Fuse – "Oke, ayo pergi."

Fakultas tidak terlalu besar, kami berjalan sedikit dan tiba ketika masih ada sepuluh menit lagi. Nong Fuse mengambil kesempatan untuk berbicara denganku.
                        
Fuse – "Jam berapa kamu menyelesaikan ujianmu?"

Gunn – "Jam empat, tapi aku bisa pergi segera setelah aku menyelesaikannya."
                        
Fuse – "Benarkah? Kita selesai di sekitar waktu yang sama. Jika Phi tidak keberatan, aku ingin kita makan malam bersama. Apakah Phi mau?"
Gunn – "Mmmm... Boleh." Aku benar-benar tidak keberatan makan dengan Nong Fuse. Aku tidak meninggalkan rumah selama dua hari dan jika aku membaca satu buku lagi, aku akan menjadi sayur.
                        
Fuse – "Aku sangat senang Phi mau makan malam denganku, ketika aku sudah menyelesaikan ujianku, aku akan mengirim LINE kepadamu."
                        
Gunn – "Oke, sampai jumpa setelah ujian. Aku harus pergi sekarang."

Fuse – "Oke, semoga berhasil Phi."

Gunn – "Sampai jumpa."

Aku mengucapkan selamat tinggal kepada Nong Fuse, ada lima menit tersisa sebelum ujianku dimulai. Di depan pintu ruang ujian sudah banyak mahasiswa menunggu.

Jan – "Bagaimana dengan Junior tampan yang kamu antar ke ruang ujiannya? Apa kamu menyembunyikan sesuatu dari kami?"

Gunn – "Jan, jangan bercanda tentang itu."

Jan – "Aku tidak bercanda. Ayo, mereka akan segera membuka ruang ujian."

Mereka membuka pintu ruang ujian dan mulai mengumumkan nama-nama mahasiswa dalam urutan abjad, beberapa teman sekelas melihat catatan untuk terakhir kalinya sebelum masuk ke ruang ujian.

Ini adalah topik tersulit dalam kuliah dan salah satu yang kebanyakan orang gagal, jadi kami semua benar-benar stres. Aku duduk dan berpikir sebentar sebelum membalik halaman dan memulai mengisi lembar jawaban ujianku.

Dua jam telah berlalu, aku melakukan satu kali cek terakhir untuk ujianku sebelum menyerahkannya. Ada sekitar empat puluh menit sampai waktunya habis, masih banyak teman-temanku yang masih berkutat dengan ujiannya. Aku mengumpulkan barang-barangku dan memastikan untuk tidak melupakan apa pun sebelum pergi.
                        
Nueng – "Hanya seseorang yang sangat percaya diri yang keluar dengan senyuman itu."

Gunn – "Apa yang kamu bicarakan? Aku tidak tersenyum, hanya lega selesai dengan topik ini."

Jan – "Tidak semua orang bisa seperti Nueng, sepertinya dia akan mengalami krisis."

Nueng – "Mulai hari ini, aku akan berhenti menjadi temanmu, kamu akan menyesalinya karena terlalu banyak bicara."

Jan – "Bagus! Aku sudah menunggumu mengatakannya untuk waktu yang lama."

Gunn – "Bisakah kita berhenti berdebat?"

Nueng – "Khawatirkan nongmu, aku akan menjaga Lee Jan, sepertinya dia ingin mati muda."

Jan – "Aku tidak takut mati."

Nueng – "Ayo cari makan, aku lapar" Yang satu mengajakku makan.

Jan – "Aku setuju, aku telah menggunakan banyak energi dan juga kelaparan."

Gunn – "Aku... aku tidak bisa pergi."
                        
Nueng – "Kenapa?"
                        
Jan – "Kamu tidak bisa menolak. Kamu harus makan dengan baik. Kamu terlihat lemah dan sepertinya kamu bisa pingsan kapan saja."

Gunn – "Aku hanya... Aku ada janji makan malam dengan Nong Fuse."

Nueng – "Wow... Junior yang tampan mengajakmu makan malam bersama. Kamu mendapat dukungan penuhku. Aku tidak ingin melihatmu seperti itu. Kamu harus memanfaatkan makan malam dan aku harap kamu bisa."

Gun – "Hei! Jangan mulai lagi."
                        
Jan – "Hahaha, dia hanya bercanda. Jangan khawatir, pergilah karena aku yang bertugas memasang moncong pada temanmu." Aku yakin aku masih bisa menggigitnya.
                        
Aku mengucapkan selamat tinggal kepada teman-temanku sebelum pergi ke Nong Fuse.

Fuse – "Sudah lama menunggu? Maaf, ujianku sangat sulit dan aku tidak bisa menyelesaikannya tepat waktu."

Gunn – "Tidak masalah."

Fuse – "Phi, bagaimana ujianmu?"

Gunn – "Aku melakukan semua yang aku bisa, tetapi tidak yakin tentang nilainya."

Fuse – "Meskipun sulit, aku yakin Phi telah melakukannya dengan baik."                 
                        
Fuse – "Apakah kita bisa pergi sekarang? Udara sangat dingin karena hujan dan kita bisa terjebak beberapa kemacetan lalu lintas."
Kami harus bergegas karena meskipun saat ini biasanya tidak ada masalah lalu lintas, kami akan memakan waktu cukup lama untuk sampai ke pusat perbelanjaan terdekat.

Gunn – "Ayo, di mana kamu parkir?"

Fuse – "Di sebelah sepeda motor."

Kami berjalan ke tempat parkir, di dalam universitas hanya guru dan staff pemeliharaan yang bisa parkir.

Ketika Nong Fuse membuka mobil, aku hanya terdiam, itu adalah BMW dua tempat duduk yang indah. Itu sangat cocok dengan pemiliknya.

Fuse – "Ayo Phi~", Dia bergerak membukakan pintu untukku dan meletakkan tangannya di pundakku, mengarahkanku agar aku duduk di kursi penumpang.

Setelah kami sudah berada di dalam mobil, kami memulai percakapan yang paling sering diulang dalam hidupku.
                        
Fuse – "Mau makan apa?"

Gunn – "Apa pun yang kamu suka, aku baik-baik saja."

Fuse – "Tidak, karena kita bersama, aku ingin mengajak Phi makan sesuatu yang spesial. Aku ingin mentraktirmu."

Gunn – "Mmm, kenapa kamu harus menyenangkanku? Kamu adalah juniorku, aku yang harusnya mentraktir Nong Fuse."

Fuse – "Biarkan aku melakukannya, kita masih belum melakukan apa-apa sejak aku meminta ijin untuk mendekati Phi." Akhir kalimat membuatku merinding, bukan karena apa yang dia katakan tetapi karena dia berbisik di telingaku.                   
Gunn - "..."

Fuse – "Jadi apa yang ingin Phi makan?"
                        
Gunn – "Mmm... BBQ" Aku harus menjawab sesuatu dan aku tidak bisa memikirkan apa pun. Aku menyebutkan nama restoran yang ingin dikunjungi teman-temanku.

Fuse – "Oke, ayo kita ke sana."

Kami membutuhkan waktu sekitar dua puluh menit untuk sampai di sana, kami pergi ke pusat perbelanjaan yang dekat dengan rumahku. Kami meninggalkan tempat parkir dan pergi ke area restoran.

Kami duduk di restoran BBQ, memesan banyak makanan, dan Nong Fuse memulai percakapan untuk mencairkan suasana.
                        
Fuse – "Apakah kamu biasanya datang ke restoran ini?"
                        
Gunn – "Ya, ini adalah restoran favorit sahabatku. Kami bertemu di sini setiap minggu."

Fuse – "Aku iri dengan teman-temanmu. Phi sering datang bersama mereka. Dan aku ingin Phi melakukan hal yang sama denganku."
                        
Gunn – "Kamu harus mengesampingkan seniormu." Kataku untuk sedikit mengalihkan pembicaraan.
                        
Fuse – "Jangan mengalihkan pembicaraan, sebenarnya, itulah yang akan aku lakukan. Aku ingin melihatmu lebih sering."

Kami terus berbicara sampai staff membawa makanan, Nong Fuse mengurus panggangan. Pada beberapa kesempatan, aku bisa memanggang daging, dan Nong Fuse tidak berhenti mengisi piringku dengan makanan.
Gunn – "Nong Fuse, kamu tidak perlu memanggang daging untukku, aku juga bisa memanggangnya sendiri."

Fuse – "Aku baik-baik saja, biarkan aku memasaknya untukmu, Phi." Aku tidak ingin berdebat tentang ini, aku tidak mengatakan apa-apa lagi.

Kami makan selama dua jam, ini sudah jam lima sore.
                        
Aku ingin segera pulang tetapi Nong Fuse mengajakku ke bioskop dan itu adalah film yang sangat ingin aku tonton jadi aku menerima ajakannya. Itu dimulai dalam beberapa menit dan kami tidak perlu menunggu, jelas, Nong Fuse membayar tiket dan memilih kursi yang paling nyaman. Sepertinya kami sedang berbulan madu, tetapi aku tidak putus asa dan berlari untuk membeli popcorn.
                        
Menurut ponselku, saat itu jam delapan malam ketika kami meninggalkan bioskop, itu adalah hari yang sangat menyenangkan tetapi Nong Fuse menghabiskan banyak uang untukku.

Saya tidak ingin menyalahgunakan kebaikan Nong Fuse. Jadi aku lebih suka berjalan kaki ke rumahku yang tidak jauh dari situ. Dia sangat perhatian mengingat rumahnya berada di arah yang berlawanan, hal buruknya adalah kita akan terjebak macet setidaknya selama satu jam, tetapi dia sangat ngotot sehingga aku tidak bisa menyangkalnya.
                        
Gunn – "Hujannya sangat deras, jalannya gila." Cuacanya sangat buruk dan tidak berubah ketika kami mencapai rumahku. Ini adalah situasi yang serupa.

Fuse – "Sayang sekali... aku harus pergi. Dengan cuaca seperti ini, akan memakan waktu lebih lama untuk pulang dan sudah larut."

Gunn - "..."

Fuse – "Jangan khawatir Phi, kita telah menghabiskan waktu bersama hari ini dan itu yang terpenting." Itu membuatku semakin merasa bersalah... kenapa aku tidak bisa mengajaknya tidur di kamarku seperti yang kulakukan dengan Nong Weha?
                        
Fuse – "Aku akan menemanimu dan kebetulan aku ingin membeli air di toko."

Gunn – "Oke."

Gunn – "Mmm aku akan tinggal di sini." Kami berjalan sedikit sebelum berpisah.

Hujan membuat tanah menjadi sangat licin.

Gun – "Ohh"

Fuse – "Tidak apa-apa, kan?"

Aku terpeleset tetapi tidak jatuh berkat Nong Fuse yang menahanku, tanpa bantuannya, aku pasti akan terbaring di tanah.

Tepat setelah tergelincir, seseorang menarikku dengan keras.

Dan seseorang yang aku lihat di depanku, membuatku sangat terkejut.

Gunn – "Nong Weha! Apa yang kamu lakukan di sini?"

[END] He is My Sky [Indo] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang