Chapter 19

244 18 0
                                    

Co-translator yan_fei ❣️

Aku stres, sangat stres. Ada ujian akhir di minggu depan, tapi masalahnya bukan itu. Masalahnya adalah, yang menjadi fokusku.....

Dua jam yang lalu

Rrrr
Rrrr
Rrrr

Ponselku berbunyi dan itu mengalihkanku dari apa yang sedang kupelajari. Dia tidak akan membiarkanku memerhatikan pelajaran yang ada di depanku. Kesadaranku pecah ketika kumelihat nama orang yang meneleponku.

N'Weha

Sudah lebih dari sebulan sejak kami berpacaran, tapi aku masih merasa malu jika berada di dekatnya. Sedikit demi sedikit aku meraih tanganku untuk mengangkat telepon dari meja dan menjawab teleponnya.

Gunn - "Halo, halo N'Weha."

Weha - "Kenapa kau lama sekali baru angkat teleponnya?"

Gunn - "Aku hanya.... Belum terbiasa saja."

Weha - "Kita berbicara setiap hari; Bagaimana mungkin kau masih belum terbiasa?"

Gunn - "Baiklah"
Dia tertawa. Mana berani aku bilang padanya kalau aku masih merasa malu?

Walaupun aku pernah punya pacar sebelumnya, tapi dia tidak pernah berbuat hal yang manis.

Weha - "Apa kau bebas malam ini? Kita sama sekali tidak bertemu di minggu ini."

Gunn - "Ya, aku bebas, tapi aku harus belajar untuk ujian."

Aku menjawab dengan jujur, minggu sebelum ujian, Universitas memberikan para mahasiswa beberapa waktu bebas untuk persiapan.

Weha - "Kalau begitu, aku akan tidur denganmu seminggu penuh... Kau harus membantuku belajar."

Gunn - "Mmm!"

Weha - "Baiklah, sampai jumpa nanti sore. Aku akan bawa makan malam."

Gunn - "Tunggu, N'Weha, apa kau tidak perlu bekerja?"

Weha - "Aku minta cuti dua minggu untuk ujian, Sayang, aku sudah bilang padamu."

Ya, dia memang bilang tapi aku terkejut bahwa dia meminta tidur denganku. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan.... Seharusnya aku minta duluan...

Gunn - "Maksudku, aku akan sibuk belajar, banyak yang harus kubaca."

Weha - "Kupikir kau tidak mau tidur denganku."

Gunn - "Tidak! Kalau aku ingin tidur denganmu, aku benar-benar sangat mengharapkannya."

Apa aku sudah kehilangan pikiran, apa yang baru saja kukatakan? Mendengar suaranya yang sedih aku merespons terburu-buru, membuatku cemas dan takut dengan pikiran aku melukai perasaannya.

Weha - "Mmm, aku juga ingin tidur denganmu. Iya, mulai hari ini aku akan tidur denganmu... Sampai jumpa nanti malam!"

Tuk, tuk, tuk...

Aku tidak punya waktu untuk mengatakan sesuatu, Weha langsung menutup teleponnya setelah dia selesai bicara, meninggalkanku dalam kebingungan duduk di antara kertas-kertas.

Kembali ke masa sekarang

Ya, Tuhan! Apa yang harus kulakukan terlebih dahulu?
Aku berbalik melihat kamarku, berantakan.... Bukan berantakan tapi karena aku belum sempat membersihkannya.

Akhir-akhir ini aku harus banyak belajar, bahkan orang yang membantuku bersih-bersih yang biasanya datang sebulan sekali tidak datang untuk mengganti tempat tidur. Aku sendirian dan tidak memerhatikan untuk mengambil apapun.
Pernahkah kau melihat seorang laki-laki dalam kesulitan, yang tidak tahu bagaimana memperbaikinya? Kamu bisa berkaca padaku.

Melihat sekeliling, aku menyadari banyak pakaian menumpuk di seluruh apartemen. Cucian kotor di dapur, bagaimana bisa aku tidur di kamar seperti ini selama seminggu?

Saat kesadaranku kembali, sedikit demi sedikit, aku membereskan dan membersihkan kamarku. Sudah begitu lama pasti N'Weha sudah datang.

Kali ini aku punya selimut dan kasur untuk tamu, setelah sekian lama tamuku berada di sana, aku memutuskan untuk memilikinya untuk berjaga-jaga.
Hari ini, dia kembali, aku membuka lemari dan mengeluarkan semua item dan menyimpannya di atas kasurku yang berukuran queen.

Rrrr
Rrrr
Rrrr

N'Weha meneleponku

Weha - "Hei, aku sudah di sini. Jemput aku."

Gunn - "Iya, sekarang, Cintaku."

Aku turun untuk menjemput my-Sky, di blokku ini kamu tidak bisa masuk area apartemen jika tidak memiliki kartu residen. Bahkan tidak bisa memakai elevator, jadi aku harus melewati elevator. Aku berjalan menuju lobi, ada seorang pria tinggi yang sedang menungguku. Untungnya, dia berpakaian kasual, membuat orang di sekitarnya tidak tertarik padanya tetapi tidak bisa dipungkiri auranya yang cantik yang dikeluarkan oleh juniorku saat ini. Terlihat sangat menarik dan sempurna dengan padanan celana olahraga, banyak orang terutama yang seusia denganku melihatnya dengan penuh ketertarikan.

Gunn - "Kau sudah menunggu lama?"

Weha - "Tidak."

Gunn - "Ayo, ada yang bisa kubantu?" Aku meraih tas makanan yang dibawa oleh Weha.

Weha - "Tidak apa-apa, ayo kita pergi." Dia memeluk pundakku ketika kami pergi ke area residen.

Gunn - "Jangan begitu, orang akan melihatmu."

Weha - "Mana? Aku tidak melihat siapapun yang tertarik pada kita. Cepatlah, kita makan."

N'Weha berjalan dengan lengannya berada di sekeliling pundakku dari elevator menuju pintu kamarku, dan melepaskanku saat aku membuka pintu kamar. Saat kedatangan dia langsung menuju ke dapur, mengambil dua mangkuk dan membuatkan makan malam malam ini.

Gunn - "Mmm, Tom Yam atau Mie?"

Weha - "Mie, Sayangku lebih menyukai Mie daripada Tom Yum."

Ya, makan malam di malam ini adalah Mie. Kami sudah biasa sering makan di restoran yang ada di Mall dan pada akhirnya, itu menjadi menu favorit kami.

Gunn - "Ayo, kita makan, Mienya akan menjadi dingin."

Weha - "Baiklah." Aku mengikuti laki-laki yang membawa dua mangkuk ke meja.

Gunn - "Apa yang sudah kau lakukan hari ini?"

Weha - "Tidak ada yang spesial, aku selesai membaca buku yang akan kuperankan setelah itu langsung datang kemari."

Gunn - "Bagus." Saat dia selesai menjelaskan, dia tidak tahu bagaimana untuk melanjutkan percakapan, dia tidak tahu apa yang harus diciptakan. Aku bersandar dan melanjutkan makan.

Weha - "Kau... apa yang sudah kau lakukan?"

Gunn - "Tidak ada, hanya membaca dan belajar untuk ujian."

Setelah kami selesai makan, N'Weha menawarkan diri untuk mencuci bekas makan. Aku berjalan ke sekitar kamar untuk memastikan tidak ada tempat yang bisa membuatku malu.

Weha - "Selesai."

Gunn - "Mm, terima kasih." Pria tinggi itu datang dan memelukku dari belakang, aku terkejut.... Tidak menduganya.

Weha - "Aku mandi dulu dan kemudian kita bisa belajar bersama, sebelum terlambat." Aku sangat gugup, aku malu dan juga merasakan yang lainnya. Aku mulai bicara tidak karuan untuk mengurangi kegugupanku.

Weha - "Ada apa denganmu? Masih malu-malu denganku, Sayangku?"
Bagian akhir sulit dicerna oleh kepalaku dan membuat hatiku berdebar-debar.

Dia ingin bicara dengan normal, tetapi dagunya bersandar di bahuku dan bibirnya dekat sekali dengan telingaku.

Gunn - "....." Apa kamu tahu bagaimana bunyi merasa dikalahkan?
Haha, tidak bercanda, aku kehilangan kata-kata.

Pria tinggi itu membalikkan diri, mengambil handuk yang ada di atas kasur dan langsung menuju kamar mandi, mood dia dalam kondisi yang bagus. Meninggalkanku sendirian dengan hati yang akan keluar dari dadaku.

Ishh.... Bagaimana aku akan bertahan minggu ini? Meskipun aku sudah pernah tidur di kamar yang sama dengannya beberapa kali, tapi ini pertama kalinya kami akan berbaring di kasur sebagai sepasang kekasih.

Ayah, Ibu... Tolong aku!!

Lima belas menit kemudian, pria tinggi itu keluar dari kamar mandi. Untung saja dia keluar sudah mengenakan pakaian, kemudian aku segera berjalan dan memasuki kamar mandi....

Aku tidak tahu bahwa aku bisa merasa malu setelah melihatnya....rambutnya agak basah,  kulitnya basah setelah mandi... Dan itu berdampak besar pada pikiranku.

Apa kamu pikir aku bisa lolos untuk waktu yang lama?
Tentu saja tidak, jawabannya jelas sekali. Setelah beberapa waktu tentu aku harus keluar dari kamar mandi juga.

Gambaran yang ada di depanku adalah N'Weha yang sedang membaca bukunya, mendengarkan aku keluar dari kamar mandi dia mengangkat wajahnya dan memberiku senyum menawan.

Weha - "Sudah selesai?"

Gunn - "Ya... Aku sudah selesai. Apa kau sedang belajar?"

Weha - "Hmm, ini topik yang tidak kumengerti. Sangat sulit."

Gunn - "Apa itu dari Profesor Songchai?"

Weha - "Iya, apa tahun lalu juga sulit?"

Gunn - "Iya, coba kulihat. Selalu sama tiap tahun, aku tidak tahu kamu terhenti di mana. Tunggu mungkin ada yang bisa kubantu." Laki-laki itu tersenyum saat menjawabku.

Weha - "Oke."

Gunn - "Mmm."

Weha - "Jadi, dosen yang mengajar di kelas sangat membosankan. Dia membuat Your Heaven mengantuk kapan pun dia menjelaskan pelajaran."

Gunn - "Kau tidak bisa belajar seperti itu, dengan sikap begitu.... Tidak ada masalah jika tutorialnya bagus."

Weha - "Jangan kejam begitu, ajari aku, Sayang."

Aku diam-diam tertawa, N'Weha biasanya terlihat dingin. Aku tidak berpikir bisa melihat sisi dirinya yang lain, seorang malaikat, yang hanya bisa dilihat oleh kekasihnya.

Gunn - "Iya, coba kulihat. Akan kujelaskan padamu."

Aku mengulurkan tanganku sebelum mencapai buku, Weha menghentikanku.

Weha - "Kau harus memberiku hadiah." Dia memegang tanganku.

Gunn - "Hadiah apa?"

Weha - "Tenang saja tanpa sedikit pun keraguan kita akan punya banyak waktu untukku mendapatkannya."

Gunn - "Umm, ayo kita mulai belajar."
Kau tahu apa yang membuatku gugup saat dia menatapku dengan mata licik itu, yang terbaik yang bisa kulakukan adalah fokus belajar.

Luar biasa! Aku menjelaskan subjek sekali pada orang di hadapanku ini dan dia mengingat semuanya dengan sempurna. Aku mulai berpikir bahwa pria ini sudah tahu dan berpura-pura tidak mengerti tapi dengan cepat Weha menghapus keraguanku.

Weha - "Ini seperti memelajari naskah. Aku punya daya ingat yang bagus. Begitu aku memahami konsepnya, aku hanya perlu mengingatnya."
Saat dia mengernyitkan dahi, dia tampak menggemaskan sekali.

Gunn - "Kalau begitu aku akan bertanya kapan kata-kata ini digunakan?"

Weha - "Ketika menggunakan istilah akamedis." Benar!!

Gunn - "Bagaimana dengan kata-kata ini?"

Weha - "Ketika penggunaan umum."
Benar lagi!!

Gunn - "Dan ini?" Ini adalah kata tersulit untuk diaplikasikan tentunya, ini adalah kata yang sering dilupakan orang-orang.

Weha - "Ini semi formal, bisa digunakan kapan saja." Semuanya benar, aku sangat bangga.

Gunn - "Semuanya benar N'Weha, kamu pintar sekali."

Weha - "Jadi aku layak mendapatkan hadiah."

Gunn - "Apa yang kau inginkan N'Weha?" Dia memiliki tatapan itu lagi... Tatapan yang membuatku merasa tidak aman dan gugup, perlahan aku mulai menjauh darinya, dengan sangat perlahan.

"Ugh."

Weha menggenggam tanganku dan yang selanjutnya kurasakan adalah dadanya karena dia menarikku ke pangkuannya, aku berbalik melihat matanya dan tatapan dia lebih intens dari sebelumnya.

Muahh!!

Kekasihku menciumku di kedua pipiku, dia sangat mengejutkanku hingga aku tidak tahu apa yang harus dilakukan... Aku hanya duduk terdiam dan membiarkannya mencuri ciuman dariku.

Weha - "Oh, tidak."

Gunn - "Kau sudah mendapatkan hadiahmu; aku harus melakukan sesuatu di sekitar rumahku."

Dia terus-terusan menciumi pipiku, setelah ciuman terakhir... Dia berbisik:

Weha - "Aku tidak akan membiarkanmu pergi."

Gunn - "Bagus." Jawabku pada pria yang memelukku dari belakang, aku dipaksa membalikkan badan supaya dia bisa menciumku.

Kali ini bukan sekadar ciuman di bibir, tapi ciuman yang sebenarnya... ciuman yang panas.

Weha - "Mmm."
Weha mendesah ke dalam mulutku tetapi dia tidak berhenti menciumiku dengan penuh gairah.

Awalnya, aku diam saja dan merespons dengan malu-malu pada ciuman itu tapi saat mencapai emosi tertentu aku mulai mengikuti arus... sensasi meledak dan rasa maluku berubah menjadi hal yang lain. Aku menangkap ritme dan mulai merespons dengan persetujuan, yang tidak pernah aku lakukan sebelumnya dengan siapapun.
Kami berdua menjawab penuh nafsu tanpa ragu...

"Argh!"

Weha dengan lembut mendorongku untuk mengakhiri ciumannya.

Weha - "Aku pinjam kamar mandimu." Aku tidak menjawab apapun. Pria tinggi itu memasuki kamar mandi dan meninggalkanku yang kebingungan, suasana mendukung...Aku berasumsi kami memiliki perasaan yang sama.

Aku tidak harus mengatakan apa yang kurasa. Perilaku seperti ini bukan diriku.
Aku duduk dan memejamkan mataku sementara menenangkan emosiku, kondisi euforia berkurang.... Aku tidak menunggunya keluar dari kamar mandi, aku buru-buru berdiri, mematikan lampu dan menuju tempat tidur. Aku benar-benar tidak berani menatap wajahnya langsung.

Weha - "Mmm... Maafkan aku."

Terdengar bunyi pintu kamar mandi terbuka, secercah cahaya menyebar di kegelapan. Aku tahu dia sudah keluar dari kamar mandi, mematikan lampu dan menuju tempat tidur.

Weha - "Kau sudah tidur?" My Heaven bertanya padaku tapi aku tetap menutup kepalaku dengan selimut tanpa menjawab pertanyaannya.

Gunn - "....."

Dia berjalan perlahan dan tersandung, melewati sisi lain kasur. Dia masuk ke dalam selimut.

Weha - "Gunny, saat aku berkata aku ingin ke kamar mandi itu karena jika kita terus berciuman untuk waktu yang lama... Sayang, aku tidak bisa berhenti. Maafkan aku."

Wah, aku bangga sekali dengan pacarku.

Weha - "Selamat malam, Sayang."
Sesuatu yang tidak kuduga terjadi, dia berbalik ke sisiku dan menarik selimut yang menutupi kepalaku. Lalu dia memelukku.
Coba tebak jika aku bisa tidur, jawabannya: tidak.

Pria tinggi itu menggunakanku sebagai bantal dan dia tertidur dengan damai, aku tidak mengerti bagaimana bisa dia begitu berani.

Aku bertanya-tanya bagaimana bisa dia tidur dengan nyenyak? Tidakkah kau merasa panas atau dingin? Setelah menjatuhkan bom, beristirahat dengan mudahnya.

Semua stres yang kumiliki semua minggu dari semua ujian benar-benar menghilang ketika ada pacarku didekatku. Akhirnya, perasaan yang hangat membiarkanku tertidur dengan damai.

[END] He is My Sky [Indo] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang