Co-translator xrodetax 🐈🐈
[Gun]
Hari Jumat yang lalu, aku dan Nong Weha pergi membeli beberapa barang untuk persiapan kami ke Cha-am. Ini sudah satu minggu dan besok adalah hari di mana kami akan pergi ke pantai. Sepanjang minggu, Nong Weha tetap datang menjemputku untuk pergi ke Universitas bersama dan mengantarku pulang setelah kelas selesai dan ini sudah menjadi rutinitas selama seminggu penuh.
Seperti hari ini, atau hari Jumat, aku harus datang ke Yayasan Tuna Netra untuk mengajar. Setelah Nong Weha mengantarkanku ke Yayasan, dia juga menemaniku mengajar anak-anak di sini. Setiap kali kami selesai mengajar, Nong Weha dan aku akan segera menuju lokasi syuting. Tapi hari ini, kami tidak harus pergi ke lokasi syuting karena ada beberapa kendala di lokasi syuting, sehingga jadwal syuting dipindah ke lain hari.
Jadi, hari ini, kami berdua memutuskan untuk pergi berbelanja ke mall yang tidak jauh dari Yayasan Tuna Netra. Karena sekarang sudah jam 5 sore, langit kota Bangkok mulai berubah warna menjadi warna jingga. Kami memutuskan mencari sesuatu untuk dimakan sebelum pulang ke apartemen. Terakhir kali kami makan adalah di siang hari, makanya tidak heran jika perut kami protes meminta sesuatu untuk dimakan.
Setelah berkendara sekitar 20 menit, kami akhirnya sampai di mall. Sebenarnya, di hari biasa hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit untuk berkendara di sini, tapi karena hari ini hari Jumat, tidak aneh jika lalu lintas sangat macet.
"Nong Weha, mau makan apa?" Aku tersadar sejak masuk ke mall, kami belum memutuskan apa yang akan kami makan.
"Bagimana kalau makan mie?" Tanya Nong Weha.
"Okay, tapi apa Nong Weha suka makan mie? Kita baru saja makan mie tadi siang." Sejujurnya, kami makan mie saat makan siang. Kami pergi ke restaurant yang tidak jauh dari Universitas dan mendapatkan dumpling gratis.
"Umm."
"Baiklah, mau makan mie dimana? Mie Namtok cukup ramai pengunjung, sepertinya enak."
Nong Weha mengangguk dan berjalan ke restaurant. Restaurant yang kami pilih tampaknya cukup terkenal dengan mie rebusnya. Melihat restaurant yang penuh dengan pengunjung, mie dijual dengan harga cukup murah yaitu 12 bath setiap mangkoknya. Ditambah, tersedia ratusan bahkan ribuah makanan penutup Thailand seperti Khanom Thuai (Makanan penutup yang dibuat dari tepung beras, santan, dan gula, disajikan dalam gelas keramik kecil). Oleh sebab itu, pengunjung dari berbagai usia memilih makan di restaurant ini.
"Aku mau pesan 2 mangkok nasi vermicelli." Aku mengatakan kepada pelayan yang menghampiri kami untuk menanyakan pesanan kami. Biasanya jika aku akan makan mie, aku hanya akan pesan 1 mangkok, tapi karena aku benar-benar lapar sekarang, aku akan memesan 2 mangkok. Hehe.
"6 mangkok mie kecil, 2 mangkok tom yum vermicelli." Hmm, kenapa dia memesan begitu banyak?
Pelayan mengulang pesanan kami sebelum kembali ke dapur untuk memproses pesanan kami.
"Nong Weha makan banyak."
"..." Nong Weha mengerutkan keningnya.
"Err, kamu memesan 8 mangkok. Apakah Nong Weha akan memakan semuanya?"
"Permisi, ini makanan Anda." Tidak lama pelayan datang menyajikan pesanan kami.
Oh ... Kenapa begitu kecil? Aku terkejut melihat ukuran mangkoknya. Meskipun harganya hanya 12 bath. Heu ... Tidak ...
"Tidakkah kamu melihat meja-meja di sekeliling kita? Bagaimana kamu bisa kenyang hanya dengan makan 2 mangkok?" Kata Nong Weha dengan wajah kesal.
"Hehe, aku tidak melihatnya. Aku akan memesan lagi nanti ... P' ... "
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] He is My Sky [Indo]
Ficção AdolescenteAuthor : @Gusssnk English Trans : @hanayukii_ Co-Translator : @xrodetax Saat melangkah ke pagar universitas. Bertemu teman baru dan orang baru adalah yang diharapkan orang-orang Termasuk harapan bertemu Code yang baik. Dan saat melangkah ke tahun...