14. Akal pikiran

289 29 1
                                    

Co-translator yan_fei 🤫🤫

Weha POV

Yah, pada akhirnya tak bisa dihindari bahwa dia akan menunjukkan dirinya yang sebenarnya. Seorang pria yang menggoda beberapa pria lain. Sudah seminggu ini dia masih menghindariku dan itulah kenapa dia sekarang memiliki seseorang berstatus tinggi, muda, yang baru. Selera seniorku tidak buruk.

Gunn - "Nong Weha!"

Weha - "Apakah ini alasan kenapa kau menghindariku? Haha dan aku malah berpikir kalau kau kelelahan gara-gara ujian. Aku tidak menguntungkanmu lagi, kan? Pria ini yang bersamamu pasangan yang lebih baik kan? Dia datang membawa dirinya padamu dan apakah kau menyeretnya ke apartemenmu?"

Gunn - "Kenapa kau bicara seperti itu padaku?"

Orang kecil itu menggeliat dan berontak ingin melepaskan lengannya dari cengkramanku. Dia terkejut, tidak berpikir aku bisa mengatakan hal ini padanya.

Weha - "Dan bagaimana seharusnya aku bicara pada seseorang promiscuous* sepertimu? Memalukan sekali sudah mempercayai orang sepertimu, kau bukan orang baik. Kau sangat..."
(T/N: promiscuous: terlibat dengan lebih dari beberapa orang secara seksual.)

(bugh *suara pukulan*)

Aku merasakan sebuah pukulan di wajah, itu bukan dari si orang kecil di depanku, tetapi lelaki lainnya yang menjadi subjek pembicaraan, 'Fuse'

Fuse - "Kamu tidak punya hak berbicara seperti itu pada saudaraku."

Weha - "Kenapa kau membela dia?"

(Bugh *suara pukulan lagi*)

Di akhir kalimat wajahku berbalik lagi meskipun pukulannya tidak sekuat yang pertama tetapi sangat sakit karena dilakukan pada tempat yang sama.

(Hiks... *suara tangisan*)

Pria kecil di depanku menangis tanpa henti.

Gunn - "Kenapa N'Weha? Kenapa kau melakukan ini padaku? Aku tidak pernah membayangkan bahwa kau bisa melakukan sesuatu seperti ini padaku."

Weha - "....."

Gunn - "Aku tidak tahu apa yang sudah aku lakukan hingga membuatmu begitu marah. Tolong minggir dan mulai sekarang... Kita tidak akan pernah bertemu lagi~"

Di akhir doa pria kecil itu, jantungku berhenti berdetak. Aku merasa seperti disiram seember air dingin. Aku lumpuh dan tidak bisa bereaksi sama sekali. Dan bayangan pria kecilku semakin mengecil dan mengecil seiring dia berjalan. Apa yang sudah aku lakukan?

***

Sudut pandang Gunn

Gunn - "Pergilah N'Weha", dan aku pun segera kembali ke apartemen.

Saat ini aku merasa sangat sedih, aku tidak percaya orang yang telah kuberikan hatiku mampu mengatakan hal yang sangat menyakitiku. Itu merupakan pembicaraan yang kuat sekali, berakhir dengan seseorang terkena sebuah pukulan. Untungnya, saat itu sedang hujan dan tidak ada seorang pun di toko yang memerhatikan obrolan kami.

Aku meninggalkan tempat itu dengan cepat karena tidak ingin siapapun melihatku menangis. Lagipula, N'Weha adalah seorang selebriti dan tidak bisa mendapat skandal seperti ini. Itu bisa menjadi masalah dan menghasilkan hal negatif.

Fuse - "Phi, tunggu", N'Fuse menghampiriku dengan memegang pundakku yang lemah, dia membalikkan tubuhku dan aku melihat di dalam matanya betapa khawatirnya dia.

Gunn - "N'Fuse, bisakah kau kembali dulu?"

Fuse - "T-tapi..."

Gunn - "Jangan khawatir, aku baik-baik saja. Terima kasih banyak atas segalanya hari ini, aku senang dan menikmatinya. Kita bertemu lagi di lain hari." Setelah mengatakan itu aku segera memasuki gedung.

Aku mengabaikan orang yang aku tinggalkan, aku tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan atau rasakan.

Aku sudah mencoba menjaga postur dan menahan air mata saat di elevator. Aku berjalan menuju kamarku dengan bersandar sambil berjalan, mengistirahatkan wajahku pada pintu sementara itu semua kekuatanku yang tersisa meninggalkan tubuhku tanpa sanggup untuk berdiri.

Aku ingat apa yang terjadi tiga menit yang lalu dan kemudian aku mulai menangis. Air mataku mengalir saat aku memikirkan kata-kata kasar "promiscuous" yang keluar dari orang yang aku cintai, segalanya benar-benar sudah berakhir.

Tik.. tok..

Tik.. tok..

Tik.. tok..

Alarm jam di ponselku berbunyi seperti setiap harinya, pasti sudah pukul tujuh di pagi hari dan aku harus bersiap untuk pergi ke kampus. Perlahan kubuka mataku dan merasa sakit kepala merangkak naik, aku lelah sampai tidak mampu berdiri, aku terhuyung-huyung untuk duduk di sofa.

Pukul berapa aku tertidur? Aku terbangun duduk bersandar di pintu kamar tidurku.
Cuacanya cerah, tidak begitu dingin dan tidak begitu panas, sebuah pemandangan yang indah tapi hatiku justru ada di arah sebaliknya, aku duduk menunggu bus untuk pergi ke kampus di pagi hari karena hari ini aku berpakaian dengan cepat. Jadi, aku punya banyak waktu luang untuk menggunakan transportasi umum dan sudah saatnya untuk sekolah juga.

Aku masih bertingkah sama, datang paling awal di antara sahabat-sahabatku. Membeli sarapan pagi dan makan di kafetaria fakultas seperti biasa. Bertingkah normal, menjalani hidup yang normal dan berharap luka di hatiku akan segera sembuh.

N'Fuse meneleponku tadi malam, tapi aku menolak panggilannya jadi dia berganti mengirim pesan. Aku membuka pesannya dan membacanya.

22:32 Fuse: Bagaimana kabarmu?

22:45 Fuse: Jika kamu merasa tidak enak, kau bisa meneleponku kapan saja

23:17 Fuse: Phi, tidur lebih awal, kalau tidak nanti kamu akan sakit kepala. Selamat malam.

6:30 Fuse: Sudah bangun? Kamu baik-baik saja kan? Jika kamu masih merasa tidak enak, kau bisa meneleponku.

Aku sedikit tersenyum sambil membaca pesan-pesannya. Kenapa aku tidak menyukai N'Fuse saja? Seperti yang dibilang Jan padaku, ceritanya tidak akan jadi begitu pelik. Aku segera membalas dengan teks dan merasa bersalah karena memperlakukannya dengan buruk semalam walaupun dia hanya mencoba peduli padaku.

Gunn: Aku baik-baik saja N'Fuse, terima kasih sudah mengkhawatirkanku.

Aku juga bersyukur karena tidak bertanya-tanya kenapa N'Weha datang untuk mengatakan semua hal itu padaku?
Menghargai ranah pribadiku, dia mencoba memberiku keberanian untuk tidak menangis lagi semalam... Mungkin dia tidak seharusnya menghabiskan waktunya dengan seseorang sepertiku, seseorang yang sudah jatuh cinta dengan orang lain... Seseorang yang mampu mengatakan hal-hal yang menyakitkan.
Pikiranku terus memberitahuku untuk membiarkannya saja, tetapi hatiku tetap merasakan hal yang sama.

Jan - "Bagaimana kemarin dengan laki-laki tampan itu?", suaranya terdengar sebelum wajahnya terlihat, tidak perlu mengatakan pada semua orang.

Gunn - "Biasa saja."

Jan - "Itu hampir saja membunuhmu. Kenapa kau punya banyak sekali lingkaran hitam? Kamu tidak akan mengatakannya padaku apa yang terjadi semalam? Kau sungguh tidak beruntung", Jan yang sedang duduk di atas kursi di sebrangku menyapaku segera saat dia melihat wajahku.

Gunn - "Bukan begitu, semalam sebenarnya... Aku sedang berpikir."

Jan - "Kamu... menangis? Kau tidak terlihat dalam keadaan baik. Kamu menangis, kan? Mata orang tidak akan bengkak gara-gara tidur."

Gunn - "Apa mataku bengkak?"

Jan - "Sebenarnya, iya, tapi katakan padaku apa yang terjadi semalam?"

Gunn - "Tidak ada, aku tidak menangis, aku alergi shellfish* dan N'Fuse yang membawaku untuk memakan shellfish."
(T/N: Shellfish: sejenis hewan yang berkulit kerang)

Jan - "Jangan bohong padaku!"

Lemon - "Halo, Kak Jan, Kak Gunn!!"

Jan - "Oh! Hai, Lemon!"

N'Lemon menyelamatkan hidupku, memberiku kesempatan untuk mengubah topik pembicaraan.

Lemon - "Apakah kau lihat Nueng? Aku sudah beberapa hari tidak melihatnya, aku harus menemukan P'Nueng, karena dia sudah berjanji akan membawaku untuk makan es krim beberapa hari ini setelah sekolah."

Dia adalah laki-laki yang sangat imut, singkat kata, tidak aku harusnya bergembira tentang temanku. Bahkan di hari pertama dia menyadari bahwa dia adalah seniornya, dia berkata: "Tangkap Phi hingga dapat menjadikan Phi sebagai suamiku." Sejak hari itu hidupnya tidak pernah tenang lagi, saat sedang belajar dengan juniornya dia mencoba menghindarinya dengan datang terlambat seperti hari ini.

Gunn - "Nueng akan datang telat hari ini."

Jan - "Aku sudah bilang padamu dia tidak akan datang hari ini.",

Lemon - "Benarkah? Aku sangat merindukannya sampai lupa, hahaha!!"

Lemon - "Apakah kamu punya masalah kemarin? Waktu aku meninggalkan toko serba ada, aku melihat seseorang melayangkan tinju dan P'Gunn ada di sana... Jika kamu punya masalah, beritahu aku. Aku akan meminta kakak laki-lakiku untuk datang dan membantumu menyelesaikannya. Kamu hanya perlu menunggu dan melihat bagaimana penyelesaiannya."

Gunn - "Jangan khawatir, itu bukan apa-apa, kok. Temanku hanya berdiskusi."

Lemon - "Kalau begitu, aku pergi, jika terjadi sesuatu kamu bisa selalu mengandalkanku. Sudah pukul sembilan jadi aku harus pergi atau aku akan ketinggalan kelas. Sampai jumpa, P'Jan dan P'Gunn" Dia pergi setelah memberikan kejutan.

Jan - "Sekarang tinggal kita saja! Kamu akan bercerita detilnya atau kita menunggu kedatangan Ayahmu dulu dan mendengar?" Jan terlihat menakutkan dan aku merasa terancam.

Gunn - "Mmm... Oh... Hmm... Tidak terjadi apa-apa, Jan." Jan mengangkat teleponnya dan menelepon seseorang, aku membelalakkan mataku untuk melihat apakah Jan berbicara dengan orang yang baru saja disebutkan.

Jan - "Nueng, anakmu memiliki masalah yang harus segera diselesaikan."

Gunn - "Mmm.... Jan,"

Jan - "Jangan membuat wajah begitu, aku tidak akan membenarkan diriku sendiri, tidak bisa kutahan. Aku akan biarkan Ayahmu datang dan kamu jelaskan sendiri apa yang terjadi padamu. Ayo, kita pergi sambil menunggu kedatangan Nueng,"

Aku benci saat Nueng marah, bagaimana caranya aku bisa menyelesaikan masalahku? Tidak ada kata keluar dari mulutku, aku dikutuk tapi aku harus mengakui bahwa ketika aku ada masalah, Nueng adalah orang yang selalu menjagaku. Mungkin itulah sebabnya teman-teman kami mengatakan bahwa kami adalah Ayah dan anak; ini masih belum berakhir.

Dosen baru saja selesaikan kelasnya dan sudah waktunya istirahat, saat itulah Nueng muncul dengan ekspresi yang menakutkan.
Nueng - "Anakku, siapa yang punya masalah denganmu?"

Gunn - "Itu... Aku tidak punya masalah, Jan telah salah menduga."

Nueng - "Jangan membuatku memanggil N'Le."

Gunn - "Ai'Jan, kamu tidak perlu berbuat sejauh itu. Aku tidak berpikir untuk melarikan diri darimu."

Jan - "Ha-ha, kita ini orang yang mudah akrab jadi cepat katakan," jika dia tidak begitu agresif, aku akan bilang padanya dan tidak perlu menelpon Nueng. Aku tidak punya pilihan, kalau aku tidak menceritakannya, dua orang ini akan memaksaku untuk bersama mereka sepanjang hari dan mereka akan terus menggangguku hingga akhirnya aku menyerah.

Aku mulai bercerita tentang insiden saat N'Weha memanggilku "promiscuous" dan N'Fuse memukulnya untuk membelaku. Mereka berdua menunjukkan wajah yang seram saat mendengarkan ceritaku.

Nueng, "Brengsek! Bagaimana bisa dia menghinamu seperti itu?!!! Meskipun dia seorang bintang, Ayahmu akan mencincangnya sampai hitam hingga dia memeras semua silikon yang ada pada wajahnya." Dia berkata secara sarkas.

Gunn - "Kamu tidak bisa menyentuh wajahnya, wajahnya itu wajah alami."

Jan - "Sialan!!! Jangan, sudahi saja. Jangan habiskan waktumu dengan seseorang seperti itu, jika memang benar kamu mencintai Weha cobalah lihat Fuse, seharusnya kamu jatuh cinta pada orang seperti dia."

Gunn - "Iya..."

Nueng - "Hei!! Jangan bersedih, aku mengajakmu ke tempat es krim untuk merayakan bahwa kita sudah selesai ujian."

Jan - "Kalau tidak salah ingat, kamu ada jadwal kencan dengan Nong. Tidakkah akan terlihat buruk jika mereka melihatmu menjaga temanmu seperti itu?"

Gunn - "Kamu seharusnya menjaga dia bukan aku, aku tidak mau mulutku dirusak oleh mereka."

Nueng - "Bro, kita bercanda. Aku ingin makan sesuatu yang segar, aku hampir sekarat di cuaca panas ini.", Aku pun tertawa saat mendengarnya, sebenarnya aku jarang menyentuh makanan beberapa hari ini, setelah berperang, mereka akhirnya berbicara dengan baik sebagai dua orang sahabat.

Jan - "Ya..... Kita terlambat."

Gunn - "Ayo, kita pergi."

Kami bertiga memutuskan makan es krim saat meninggalkan kampus.

*Aduh* Aku meringis saat seseorang menamparkan tangannya pada tanganku, itu tidak sakit sama sekali. Hanya saja aku sedang mencoba mendekat pada temanku, seseorang meremas lenganku dengan keras.

Gunn - "......." Aku tidak berkata sepatah kata pun saat aku melihat wajah orang yang meremas lenganku.

Weha - "Kita perlu bicara."

Nueng - "Lepaskan, N'Weha. Kami sedang buru-buru."

Weha - "Tidak! Kita harus bicara. Kenapa kau pergi bersama laki-laki lain lagi?"

Gunn - "......" Lagi-lagi perasaan ini, perasaan dihina oleh orang yang dicintai.

Jan - "Hei, ganteng, kamu akan melepaskan temanku untuk pergi denganku.", Nueng menghampiriku tetapi Weha tidak melepaskanku.

Weha - "Tidak akan kulepas." Weha menjawab dan menatap mataku.

Nueng - "Meskipun kau ini seorang bintang dan pria yang tampan, kau tidak tahu bagaimana caranya memperlakukan orang yang lebih tua. Jangan khawatir, hari ini aku akan mengajarimu bagaimana caranya menghormati dia."

Gunn - "Jangan, Nueng! Aku akan bicara dengan Nong."

Nueng - "Tapi kan...."

Gunn - "Tenang, Nueng, aku tidak apa-apa."
Aku segera bicara untuk menghentikan perkelahian antara dua orang ini.

Untungnya insiden kemarin terjadi di depan blok apartemenku, itulah sebabnya hampir tidak ada seorangpun yang mengetahui, tetapi di fakultas, ada mahasiswa di mana-mana. Jika ada sebuah konfrontasi, kami akan terkena masalah dan bisa saja kuliah kami ditangguhkan.

Nueng membiarkan aku pergi dengan Weha, aku segera mencari tempat untuk berbicara. Kami berkeliling fakultas hingga tiba di sebuah tempat di belakang, sepertinya jarang orang yang lewat sini. Ini tempat yang bagus untuk berbicara.

Gunn - "Apa yang mau kau bicarakan?", Aku harus berbicara singkat, aku tidak ingin melihatnya sekarang.

Weha - "Aku minta maaf! Aku ingin meminta maaf atas apa yang terjadi kemarin."

Gunn - "Benarkah?"

Weha - "Aku minta maaf atas ucapanku menyebutmu kemarin."

Gunn - "Tidak usah khawatir, sudahlah. Aku tidak marah, hanya merasa kecewa."

Weha - "Kalau begitu, kenapa kau selalu menghindar dariku?"

Gunn - "Aku tidak menghindarimu."

Weha - "Bohong! Kenapa selama ini kau tidak mau menemuiku? Kau tidak menjawab telepon dan pesanku, kau juga bilang padaku sangat sibuk, tapi kenapa kau bersama-sama dengan yang lain? Bagaimana aku bisa percaya padamu?" Itu adalah kali pertama dia membiarkan aku melihat emosinya. Aku tidak pernah melihatnya marah.

Gunn - "N'Weha, jangan berbicara begitu. Itu tidak sesuai denganmu."

Weha - "Bukankah itu benar? Dan bertemu pria-pria lain di mana saja dan setiap jam, apakah itu pantas? Dan dengan laki-laki itu, apa yang mau kau lakukan padanya?"

Gunn - "Sayang!!! Jangan bicara begitu padaku!" Ini pertama kalinya aku bicara dengan nada tinggi pada anak itu.

Weha - "Kalau begitu, kenapa aku tidak boleh bicara denganmu? Jawab aku! Kenapa kau bersembunyi dariku? Kenapa kau bersama-sama dengan orang lain?"

Gunn - "....."

Weha - "Kenapa kau tidak jawab pertanyaanku? Jadi, itu benar?"

Gunn - "N'Weha ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi kan?"

Weha - "....."

Gunn - "Jika kau ingin tahu....... akan kuberi tahu."

Mataku sudah berlinang air mata,

Weha - "....."

Gunn - "Aku suka padamu, N'Weha."

Weha - "....."

Gunn - "Aku tidak tahu kapan mulainya, tapi inilah apa yang kurasakan. Aku tahu pasti bahwa hubungan kita tidak bisa lebih jauh lagi dan kita hanya code brothers. Kau tidak perlu berpikir bagaimana untuk memposisikan diri dalam masalah ini."

Gunn - "N'Weha tidak seharusnya terseret karena seniormu, jadi biarkan aku pergi. Biarkan aku melupakanmu terlebih dahulu dan aku berjanji setelah itu, Phi berjanji akan kembali menjadi kode seniormu. Jadi, aku mohon padamu."

Gunn - "Aku mohon padamu dengan segenap hatiku, kita harus terpisah untuk menyelesaikan apa yang sudah terjadi. Kita harus menghentikan ini sebelum nantinya tidak menemukan solusi."

Weha - "Phi..."

Gunn - "Kumohon, tolong. Kita masih saling tidak mengenal satu sama lain dengan baik, tapi aku tidak ingin kau membenciku. Tidak bagus buatmu terlihat bersama pria lain. Aku tidak ingin menghancurkan imejmu tapi aku tidak bisa menghentikan perasaanku.... Biarkan aku melupakanmu, my Sky..."

Aku berjalan memunggungi Weha dengan berurai air mata. Lebih baik seperti ini, menceritakan semuanya secara langsung padanya mungkin akan menghentikan dia datang mencariku.

Nueng - "Kamu baik-baik saja?" Nueng memelukku begitu aku tiba menghampiri mobil.

Jan - "Jangan menangis, semuanya akan baik-baik saja. Kamu bisa mengandalkanku selalu."

Gunn - "Terima kasih, teman!!"

Cintaku mungkin tidak terwujud tetapi aku masih punya teman-teman terbaik. Kedua teman baikku masih di sisiku dan mereka selalu menyemangatiku.

[END] He is My Sky [Indo] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang