Chapter 20

380 18 0
                                    

Co-translator yan_fei ⛅️

Akhirnya minggu ujian akhir yang kami tunggu-tunggu sudah tiba. Tapi apakah aku menantikannya?

Aku sedang membaca, terlihat sekali seminggu ini aku kurang tidur. Jika kamu bertanya padaku apakah aku stres, sejujurnya, tidak begitu. Nilaiku secara umum cukup bagus dan aku juga melakukan kegiatan ekstrakurikuler yang bisa memberiku poin tambahan, juga, aku selalu menulis catatan saat menghadiri kelas para dosen dan membuat rangkuman untuk dibaca sebelum ujian.

Tetapi yang membuatku stres dan tidak bisa lepas dari kepalaku adalah cerita dengan N'Fuse.

Dia meneleponku kemarin, bercerita kalau dia ada ujian di Fakultasku, dan itu seharian, jadi dia ingin mengajakku pergi makan.

Aku tidak lupa tentang perasaan N'Fuse padaku, sebelumnya aku memang masih bingung dan tidak ada harapan, tapi sekarang aku tahu betul apa yang kurasakan dan N'Weha adalah pemilik hatiku.

Aku harus mengambil kesempatan ini untuk bicara pada N'Fuse dengan jelas meminta maaf karena tidak bisa membalas perasaannya dan yang lebih penting lagi; Membuat orang yang ada di sebelahku mengerti bahwa tidak ada hal lain.

Weha - "Kenapa kau datang awal sekali? Tidak ada jadwal ujian kan? Pasti kau ada sesuatu yang ingin dilakukan sebelumnya, ya?" N'Weha bertanya padaku sambil dia mengemudi.

Gunn - "Itu lebih baik, jadi kau tidak perlu berkeliling dan datang padaku nanti, Sayang. Aku ingin berbicara dengan juniorku untuk membuat jelas semuanya dan memberi tahu dia soal hubungan kita. Jangan berpikiran ke mana-mana."
Pacarku diam saja.

Gunn - "Kau marah?" Sepertinya hal ini membuat dia kecewa.

Weha - "Kau ada kencan, kenapa bukan aku saja yang bicara padanya, Sayang?", pria tinggi itu menggeram.

Gunn - "Aku kan sudah bilang padamu, Sayangku, kalau kau bicara dengannya sendirian, hal ini tidak akan berakhir dengan baik. Aku ingin berterima kasih padanya dan meminta maaf juga, Fuse sudah menjagaku saat.... dia memukulmu waktu itu."

Saat itu, aku masih berhubungan buruk dengan Weha, tapi justru karena itulah aku jadi lebih mengenal Weha dengan lebih baik.

Weha - "Oke, tapi kau tunggu aku, kita pergi bersama, Sayang."

Gunn - "Iya, kau tenang saja. Fuse sedang ujian dan sementara dia ujian aku akan belajar sambil menunggunya."

Weha - "Bagus."

Aku meninggalkan Weha di Fakultasnya;  Dia ada ujian pagi, dan aku tidak ada kegiatan. Aku pergi ke area audio-visual untuk belajar di perpustakaan selama menunggu, aku akan bertemu dengan N'Fuse di sore hari, jadi aku masih ada waktu dua jam.

Brr, brr, brrr

N'Fuse meneleponku.

Fuse - "Kamu ada di mana? Aku sudah selesai ujian dan sedang mencarimu."
Suara yang kuat dan riang pada line di seberang sana memaksaku untuk merespons dengan cepat.

Gunn - "Aku di perpustakaan."

Fuse - "Aku ke sana." Segera setelah memutus telepon, aku merasakan tekanan karena harus bicara padanya.

Fuse - "Halo, Phi!"

Dia menyapaku seketika saat tiba di hadapanku, dia berbisik kenapa kita ada di perpustakaan, dan tidak boleh berisik.

Gunn - "Mmm, halo, N'Fuse!"

Fuse - "Kenapa kamu datang awal sekali? Ini masih satu jam lagi sebelum waktu yang kita tentukan untuk bertemu."

Gunn - "Iya, tapi aku tidak ada kegiatan, jadi kupikir sebaiknya menunggumu di sini sambil mengecek kembali catatanku."

Gunn - "Kenapa kamu bisa selesai ujian cepat sekali? Apa kamu menyerah dan langsung meninggalkan ruangan?" Aku menggodanya sedikit saat dia duduk di dekatku.

Fuse - "Aku mampu menyelesaikan ujian lebih mudah, berterima kasih pada levelku." Dia menyentuh hidungnya dengan jempolnya yang artinya dia yakin bisa mengerjakannya.

Gunn - "Hahaha! Aku yakin kamu bisa seperti itu." Aku tertawa saat melihatnya begitu yakin dengan kata-katanya.

Fuse - "Aku harus berterima kasih padamu, karena catatan yang kamu berikan padaku, tanpa catatan itu aku pasti tidak mampu mencapainya. Penjelasannya mudah dicerna, jadi mudah bagiku untuk memahami konsepnya."

Gunn - "Kupikir tidak seburuk itu, sama saja seperti saat dosen mengajarmu."

Itu adalah mata kuliah pilihan di tahun pertama dari beberapa Jurusan, tapi Jurusan Seni sudah terkenal karena nilai tingginya di mata kuliah ini.

N'Fuse mengambilnya dan itulah sebabnya aku memberimu catatan yang kupunya.

Fuse - "Jangan merendah begitu, Phi, kamu begitu baik dan imut. Siapapun yang memilikimu sebagai kekasih akan merasa bahagia sampai mati.... Karena itu, bagusnya orang itu adalah aku." Pada akhirnya, Fuse memberiku senyum yang cemerlang.

Gunn - "....."

Fuse - "Hahaha!! Aku cuma bercanda. Kamu lapar? Oh iya, aku perlu mengisi energi dengan segera. Aku belum makan apapun sejak waktu sarapan."

Jika aku menolak, itu kejam sekali, tapi aku juga tidak ingin mengingkari kata-kataku. Aku sudah mengatur dengan Weha di mana aku menunggunya setelah dia selesai ujian.

Gunn - "Aku belum lapar, tapi aku bisa menemani seorang teman untuk makan."

Fuse - "Benarkah? Sayang sekali kamu tidak lapar, tapi kamu bisa menjadi seorang teman yang baik dan meyakinkanku untuk makan dengan baik. Kuharap aku bisa mengambil kesempatan untuk mengundangmu."

Gunn - "Baiklah."

Restoran yang kami tuju sangat eksklusif, biasanya pelanggannya bukan para mahasiswa jadi saat ini dari mahasiswa hanya kami. Musik yang romantis dan lembut sebagai suara pengiring membuat atmosfir semakin intim.

Pelayan - "Saya ulangi pesanannya: Phad thau, moon noodle, grilled chicken, air sebotol besar, es dan dua gelas."

Fuse - "Iya." N'Fuse menjawab pelayan yang mengambilkan pesanan.

Pelayan - "Sebentar lagi pesanannya akan disajikan." Kata pelayannya sebelum dia kembali ke pekerjaannya.

Aku jarang sekali datang ke restoran ini untuk makan, meskipun tidak begitu jauh dengan Fakultas dan bisa dituju dengan jalan kaki, kau akan kehilangan banyak waktu untuk beristirahat sementara berpindah tempat.

Harganya sangat mahal, dan ada pajak jasa layanan sepuluh persen, sehingga para mahasiswa jarang sekali datang kemari untuk makan.

Aku pun sangat jarang berkunjung, hanya saat acara khusus, untuk merayakan sesuatu atau untuk sebuah alasan tertentu.

Aku menikmati musiknya dan atmosfir di restoran, tanpa melupakan untuk mengabari kekasihku di mana aku berada, kuharap dia tidak apa-apa karena aku tidak menunggunya.

Fuse - "Apa kamu sering datang ke sini? Aku suka sekali dengan chain di restoran ini tapi yang ada di sekitar Universitasku sangat ramai dan aku tidak punya waktu untuk masuk ke sana."

Itu tidak aneh buatku, dibandingkan dengan yang ada di Mall ini, yang ada di Ransing lebih besar dan ada lebih banyak sekali mahasiswanya.

Gunn - "Tidak begitu sering, teman-temanku tidak suka berjalan kaki dan lebih memilih yang lebih dekat dengan Fakultas sebisa mungkin."

Fuse - "Sayang sekali kamu tidak lapar, kalau tidak aku akan mengundangmu untuk makan beberapa hidangan yang benar-benar enak."

Gunn - "Jangan khawatir, niatnya yang terpenting."

Fuse - "Phi..." Tiba-tiba saja dia menjadi serius.

Gunn - "Katakan padaku..." Aku duduk sambil menatap mata junior yang ada di hadapanku, aku menelan ludah berharap dia tidak akan mengatakan apa yang kupikirkan.

Fuse - "Tentang apa yang kukatakan sebelumnya di perpustakaan, aku sungguh-sungguh, bisakah aku menjagamu sebagai kekasihmu?"

Kenapa aku tidak menang tebak angka lotere saja?

Gunn - "Aku..."

Fuse - "Aku berjanji akan menjagamu dan tidak akan melakukan sesuatu yang akan menyakitimu."

Aku menarik nafas panjang sebelum menjawab pertanyaannya, dia terlihat tidak sabar dan bersemangat menunggu jawaban.

Gunn - "Maafkan aku, aku tidak bisa menerima permintaanmu, Fuse."

Aku terdiam beberapa saat; Aku merasa bahwa aku akan menyakitinya dan takut benar-benar menyakitinya. Tapi jika aku tidak membuatnya menyerah hari ini, mungkin nanti kita akan menemui masalah.

Gunn - "Maafkan aku, aku tidak bisa menerima perasaanmu, Fuse. Kamu orang yang baik dan aku merasa bersalah karena tidak bisa menerima permintaanmu. Tetapi sekarang ini hatiku sudah dimiliki oleh seseorang, sebelumnya aku masih bingung, dan tidak yakin tentang perasaanku, tetapi sekarang aku tahu pasti kalau aku tidak bisa hidup tanpa dia."

Fuse - "Bahkan setelah dia menyakitimu?" Dia bertanya padaku dengan suara bergetar.

Gun - "Ya, aku mencintainya."

Fuse - "Aku mengerti." Dia menjawab dengan suara bergetar, lalu dia menghindari tatapanku beberapa saat, setelah itu dia kembali menatapku dengan senyum yang sedih.

Fuse - "Aku akui bahwa aku kecewa dan hatiku hancur, tapi jika apa yang kamu pilih membuatmu bahagia, aku juga turut bahagia untukmu."

Gunn - "Terima kasih karena mengerti aku." Tetapi dia belum selesai.

Fuse - "Jika suatu hari dia menyakitimu, Phi. Jika seseorang menyakitimu, aku akan datang dan membelamu. Apa kamu mengerti aku?"

Saat dia selesai bertanya, dia melihat melewati pundakku menuju pintu masuk restoran.

Weha - "Hari itu tidak akan pernah datang."

Gunn - "N'Weha."

Weha berdiri di belakangku saat dia berbicara dan kemudian berputar mengelilingi meja dan duduk di sebelahku.

Weha - "Ya, kau tidak menungguku."

Gunn - "Uh?"

Fuse - "Jangan komplen padanya, akulah yang mengundang Phi untuk datang."

Weha - "Umm." Kedua orang itu saling bertatapan.

Gunn - "Hanya saja..." Dan sebelum aku bicara, makanan sudah tiba.

Pelayan - "Ini pesanannya."

Fuse - "Ayo, kita makan bersama, kamu mau makan apa?"

Weha menggelengkan kepalanya, Fuse mengangguk sebagai respons kemudian menempatkan makanannya pada piring yang kosong yang ditinggalkan oleh pelayan.

Fuse - "Coba ini, Phi."

Gunn - "Terima kasih, dan maafkan aku."

Kami tidak menghabiskan begitu banyak waktu di restoran, sebenarnya orang yang makan hanya N'Fuse saja. Weha dan aku memesan makanan penutup setelah menyerah karena Fuse bersikeras bahwa kami harus makan untuk merayakan pertemanan kami.

Gunn - "N'Fuse, pergi sekarang?"

Fuse - "Iya, aku harus belajar karena besok aku masih ada ujian."

Weha - "Aku pergi duluan mengambil mobil."

Gunn - "Oke."

Weha meninggalkan mobilnya di tempat parkir yang ada di Mall, tapi mungkin dia berpikir bahwa Fuse ingin berbicara.

Meskipun Weha agak ragu, dia memberi waktu pada N'Fuse untuk berbicara sendiri denganku.

Fuse - "Terima kasih sudah menjadi temanku."

Gunn - "Aku senang bisa kenal denganmu, N'Fuse."

Fuse - "Bolehkah aku memelukmu? Sebagai teman?"

Aku mengangguk setuju dan akulah yang memeluk N'Fuse terlebih dahulu untuk mengangkut perasaanku padanya. Aku bersyukur sekali karena N'Fuse mau menjadi teman baikku, menjagaku saat aku ada masalah dan sebagai permintaan maaf karena tidak bisa membalas perasaannya.

Gunn - "Terima kasih dan maafkan aku." Hanya itu yang bisa kukatakan sekarang.

Fuse - "Baiklah."
Dan dia melepaskan lenganku darinya dengn tatapan sedih, aku tidak berhenti melihatnya hingga dia menghilang dari pandanganku.
Akulah yang patut disalahkan atas kesedihannya.

Kemudian aku mengirim pesan pada Weha mengatakan padanya di mana aku menunggu dia, tanpa menyadari bahwa dia sudah ada di sekitar dan melihat adegan di mana aku memeluk N'Fuse.

Weha mengantarkanku ke rumah, minggu ini dia masih tinggal bersamaku. Aku setuju dia tinggal tidak perlu pulang pergi ke apartemenku di hari-hari yang penuh kekacauan ini.

Saat berjalan, tidak ada seorang pun di antara kami yang berbicara membuatku khawatir. Aku tidak tahu apakah dia kecewa tapi saat dia tiba dia langsung mengunci pintu.

***T/N: mulai dari sini adalah adegan 18++, membaca berarti tanggung sendiri resikonya.***

Dia mendorongku ke belakang pintu dan menciumku dengan kasar.

Gunn - "Ummm!!"

Aku tidak punya waktu untuk mengatakan apapun, Weha menciumku dengan penuh gairah dan aku merasa suasana memanas hingga juniorku harus melepaskanku hingga aku bisa bernafas.

Gunn - "N'Weha, ada apa? Kenapa kau bersikap seperti ini?"
Kami berdua kehabisan nafas.

Weha - "Gunny, aku cemburu. Aku cemburu melihatmu bersama dengannya." Pria tinggi itu menjawab pertanyaanku.

Gunn - "Kau tidak perlu merasa seperti itu, aku sudah menolaknya. Kami tidak punya hubungan apa-apa."
Aku mencoba menjelaskan pada pria di hadapanku ini.

Sekarang aku berdiri di belakang pintu, tangan dan kaki pria tinggi itu menahanku. Tangannya yang lain menyentuh pipiku dengan lembut sambil menatap lurus mataku.

Weha - "Aku tidak tahu kenapa tapi aku merasa posesif dan cemburu, Sayang."
Dia tidak mengira melihat kami bersama dan aku bertanggung jawab karena telah membuat N'Weha merasa seperti itu.

Jadi kali ini aku yang harus mengendalikan rasa maluku dan mencoba mencium pria yang ada di hadapanku.

Panas yang intens mulai menghampiri dan berubah menjadi kelembutan, ritme ciuman kami perlahan melambat, sementara lidahnya terus bermain dengan lidahku...

Hmmmm...

Aku mulai merasakan hal lainnya...

Weha - "Lihatlah bagaimana kita!" Weha menatapku sebelum aku menurunkan pandanganku ke bawah menuju selangkangannya dan aku pun menjadi semakin tersipu.

Gunn - "....."

Wajahnya yang menatapku jahil membuatku ingin melarikan diri, tapi aku tak bisa menghindarinya. Dia memegang wajahku dengan tegas. Aku mengerti yang kau katakan, meskipun kau ingin berpura-pura, aku tidak tahu apa-apa.

Dan akhirnya... Kata-kata yang kutakutkan keluar juga dari mulutku tanpa dipikir dulu.

Gunn - "A-Aku.... Tidak pernah melakukannya dengan siapapun."

Aku tidak mencari ini, meskipun aku berpacaran dengan seorang pria sebelumnya, tapi kami tidak melakukan apapun selain berpelukan dan berciuman. Apa yang harus kulakukan sekarang?

Weha - "Aku juga, jika kita saling menginginkan satu sama lain, bisakah kita menjdi yang pertama bagi satu sama lain?"

Gunn - "....." 
Bukannya menjawab, aku hanya bisa memastikan dengan tekanan. Itulah yang dapat aku lakukan karena merasa malu hingga tidak bisa bergerak.

Saat dia melihat bahwa aku menyetujuinya, dia meraih tanganku dan membimbingku ke kamar tidur setelah berkata:

Weha - "Aku berjanji tidak akan menyakitimu."

Saat ini pipiku pasti memerah seperti tomat.
Aku dengan hati-hati mengikuti setiap tindakan orang di hadapanku, dia melepaskan kemeja seragamnya dengan cepat. Ini membuatku melihat tubuh N'Weha untuk pertama kalinya.

Otot perutnya terbentuk dengan baik, sempurna.... tidak terlalu kecil ataupun tidak terlalu menonjol begitu jelas.
Dia tampan sekali, hanya melihatnya telanjang dada langsung membuatku mengubah moodku.

Saat priaku ini selesai melepaskan kemejanya, dia berbalik untuk melepaskan milikku.
Aku mengangkat lenganku saat dia menarik kemejaku, aku mengenakan pakaian kasual dan bukan seragam seperti dia.

Weha secara perlahan bersandar dan menciumi dadaku.

Arghhh...

Aku mengerang saat merasakan lidahnya di putingku, dan jari-jarinya menyentuh dan bermain-main dengan tonjolan putingku yang lainnya sementara lidahnya mengganggu putingku yang satunya lagi.

Gunn - "Mmmmmm.... Sayangku..... Yes, jangan......mmmmm...."

Perasaan geli menghampiriku begitu keras.

Weha - "Kenapa?"

Dia bertanya padaku sambil menyentuh, menghisap dan menggodaku.

Gunn - "Aku tidak tahu. Aku tidak tahu apa yang aku katakan... Mmmmm"

Weh - "Sangat bagus!"
Dia menaikkan kepalanya dan memberiku senyuman yang indah dan mempesona, sebelum melakukan aksi selanjutnya.... Senyuman itu membuatku merasa malu sekali.

Gunn - "Ufffh, jangan lakukan itu!"
Weha memasukkan tangannya di celanaku, bermain dengan Gunn kecil tanpa menghiraukan laranganku.
Dia mendapatkanku dan menciumiku dengan lidahnya turun ke leher, sementara tangannya masih bermain-main di selangkanganku.

"Mmmm."

Dia menciumiku dengn penuh gairah dan erangan keluar dari mulutku tanpa menyadari bahwa celanaku sudah terlepas seutuhnya.

Gunn - "Jangan lihat!" Aku menaikkan kakiku untuk menyembunyikan area privatku.

Weha - "Agh, biarkan aku melihat tubuhmu. Wow!! Kamu imut sekali!"

Dia menggunakan tangannya untuk meregangkan kakiku sehingga dia bisa melihatku tanpa halangan.
Aku bahkan mencoba menutupi ereksiku dengan tanganku, tapi pria tinggi itu memegangku dengan erat dan tidak membiarkanku menyentuhnya.

Gunn - "Sudah cukup, aku merasa sangat malu."

Weha - "Jangan merasa malu padaku."

"Mmm."

Gunn - "Itu tidak bersih."

Weha menciumi semua bagian tubuhku hingga menuju bagian itu dengan mulutnya, perlahan menghisap dan menjilati setiap inci panjangnya hingga bagian bawah perutku terasa kesemutan.

Dalam waktu singkat, aku tidak bisa menahan diriku sendiri lagi, aku membiarkan emosi mengalir sementara mulut Weha terus membawaku pada kenikmatan.

Dia menerima seranganku dan menelan setiap teteaan cairan yang kutinggalkan, kemudian dia bersiri dan menciumku dengan kuat.

Lidahnya menyapu lidahku dan membuatku merasakan rasaku sendiri dari bibirnya, sensasi yang unik, rasa zat yang kuat tetapi membuatku merasa enak.

Kami berdua bertukar air maniku beberapa saat. Saling merasakan satu sama lain sebelum....

N'Weha melepaskan celananya dan membuatku melihat seluruh tubuhnya, telanjang untuk pertama kali. Aku kaget melihat penisnya yang sangat besar, jika dinilai secara objektif, proporsional dengan figurnya yang tinggi.

Dan saat kupikirkan tentang hal itu, membuatku takut, kupikir itu tidak akan bisa masuk ke dalam diriku. Apa aku akan mati saat mencobanya? Kenapa besar sekali?

Weha - "Kau melihatku sangat aneh seperti itu. Ada apa, Sayang?"

Gunn - "I-itu.... Mmm.... Aku takut," Aku menjawab dengan jujur.

Weha - "Jangan takut, kekasihmu ini sudah mempersiapkannya dengan baik." Dia membungkuk dan melihat ranselnya, kemudian aku bisa melihat dia mengambil tabung biru.

Dia membuka dan menekannya mengeluarkan isinya yang berwarna cerah di tangannya dan kemudian berbalik untuk mengoleskannya padaku.

Gunn - "Mmm, jangan sakiti aku." Aku baru saja akan meminta orang di hadapanku untuk segera berhenti, saat jari-jari pria tinggi itu memasuki diriku, sensasi rasa sakit dan tidak menyenangkan yang tak bisa kutahan.

Weha - "Bersabarlah, Sayangku, kau akan segera mengerang."
Weha melakukannya dengan sangat hati-hati meregangkan diriku dengan  satu jarinya, lalu dua jari, kemudian tiga jari.

Gunn - "Mmm!!!"

Aku mengerang dengn kencang saat sensasi rasa sakit perlahan menghilang berganti menjadi sensasi yang menyenangkan dan tubuhku mulai terbiasa dengan jari-jarinya.

Weh - "Aku tak tahan lagi, Phi... Kau seksi sekali.... Maafkan aku."

Gunn - "Mmm... Weha!!"

Weha memasukkan torpedonya yang besar ke dalam tubuhku, perlahan memperkenalkan panjangnya miliknya itu membuatku merasa sakit seperti seluruh tubuhku dirobek tetapi dia masih bersikap baik, aku tidak tahu bagaimana cara bergerak dalam milimeter. Dia bicara dengan lembut padaku sembari menciumiku untuk menenangkanku dan menghapus dengan lembut air mataku yang mengalir dari sudut mataku.

Weha - "Kau baik-baik saja, Sayang?"

Gunn - "Aku tidak apa-apa, kau bisa bergerak."

Weha - "Sayang, maafkan aku. Aku tidak ingin menyakitimu, tapi diriku tidak bisa jauh secara fisik denganmu. Kau sangat menggemaskan!!"

Miliknya Weha mengeras lagi, sebelum bergerak lebih cepat dan melanjutkan. Aku benar-benar kehilangan diri....

Gunn - "Ahh, ahh!! Lagi, Sky.... Yess... Mmm..."

Weha - "Mmm, ahh!!! Teruslah mengerang seperti itu, aku senang mendengarkannya."

Gunn - "Aku sudah tidak tahan lagi.... Mmm..."

Aku selesai lagi, cairan bening bertebaran tak karuan di perutku dan bagian lebih atas. Weha menunduk dan menjilati air maniku yang ada di dadaku.

Weha - "Sayangku, aku tak bisa menahannya lagi" laki-lakiku ini bergerak keluar masuk dengan tekanan lebih cepat lagi.

Weha - "Mmm."
Sekarang Weha mengerangkan segala hasrat sebelum melepaskan dirinya di dalam tubuhku, aku merasa agak ketakutan saat merasakan cairan panas.

Kami berdua terengah-engah kecapaian, pria tinggi itu perlahan melepaskan penisnya dari tubuhku dan menciumi kelopak mataku dengan lembut.

Weha - "Terima kasih banyak sudah membuat diri kita saling mencintai satu sama lain, Cintaku."

Gunn - Tentu, aku cinta padamu, my Sky."
Kami berdua berpelukan tanpa membersihkan diri tanpa menutupi diri dengan selimut dan tidak menyembunyikan apapun. Walaupun agak lengket, aku memilih untuk lanjut tidur dulu karena aku kelelahan sekali dengan aktifitas menyenangkan yang sudah kami lakukan.

Membuat N'Weha cemburu bukanlah hal yang bagus, aku akan mulai mengingatnya dari sekarang, tetapi untuk saat ini, aku merasa bahagia karena pertama kali melakukannya dengan my Sky.

Aku berpikir sedikit lebih banyak tentang apa yang sudah terjadi dan tanpa sadar kutertidur. Membiarkan pria tinggi itu yang sedang merasa senang.

[END] He is My Sky [Indo] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang