18. Apa yang Seharusnya dilakukan saat berpacaran?

321 19 0
                                    

Co-translator yan_fei ☘️☘️

Kenapa aku setuju bersamanya?
..... Aku tidak bisa mengingkari perasaanku lagi
Walaupun aku tahu akan ada banyak masalah di masa depan, aku bahagia melewati semua itu dengan pasanganku.

LINE
Sky: Aku ada di bawah, datang untuk menemuimu

Gunn: Oke.

Sudah tiga hari semenjak hubunganku dengan N'Weha lebih dari sekadar senior-junior, sekarang kami berpacaran. Kami belum bertemu lagi sejak "Malam Alfabet", meskipun begitu, aku merasa malu sekarang saat aku akan melihat wajahnya. Meskipun kami berbicara lewat telepon dan saling berkirim emoji mesra.
Kelihatannya aku tidak bisa melakukan apapun selain menghadapi kenyataan, kemarin malam kami berbicara dan setuju bahwa dia akan datang menjemputku hari ini. Bagaimana bisa aku menolaknya?

Gunn - "Mmm... Halo N'Weha!"

Weha - "Mmm, kau sudah menunggu lama?"

Gunn - "Tidak, aku baru saja tiba."

Weha - "Kita pergi sekarang?"

Gunn - "Iya."

Aku berjalan menuju mobil mewah yang berada di ujung area parkir, Weha ingin menjemputku di pintu blok.

Terkait hal ini, Weha tidak membolehkanku menunggunya di luar seperti yang sering dia lakukan, dia bilang, dia khawatir tidak aman buatku menunggunya di luar.

Oh ya, saat aku melihat mobilnya, aku pergi menemuinya. Aku juga pria dan yang lebih penting: aku lebih tua darinya.
Kenapa yang lebih muda harus menjaga dan merawatku?

Weha - "Kau tidak bilang apa-apa padaku?"

Gunn - "Ohh?"

Weha - "Yah, yang kita bicarakan semalam."

Gunn - "Itu....."

Weha - "Jika kau tidak mengatakannya, aku tidak akan menjalankan mobilnya."

Gunn - "Haruskah aku mengatakannya? Hanya saja.... Aku sedikit malu."

Di akhir kalimat, suaraku sangat kecil hampir tidak tedengar. Orang di sebelahku tersenyum, ekspresinya yang lucu membuatku semakin panas. Aku tidak perlu menebak semerah apa jadinya wajahku.

Weha - "....." (tersenyum menyeringai)
Pria itu tidak menjawab tapi dia melihatku dan tersenyum jahat. Sepertinya dia serius saat mengatakan tidak akan menjalankan mobilnya.

Gunn - "Ummm.... Sayang. Jalankan mobilnya, aku lapar dan kita tidak akan tiba di sana tepat waktu untuk sarapan."

"Mmuahhh!"

Aku terkejut sekali saat dia mencium pipiku; Kami masih berada di area parkir di blokku, ini jadi kebiasaan yang buruk.

Gunn - "Nong Weha!!"

Weha - "Kau salah memanggilku lagi..." Dia menunjukkan wajah sedih,

Gunn - "....."

Gunn - "Berhentilah berpura-pura, ayo kita lekas pergi!"

Aku tidak perlu melihatnya untuk mengetahui bahwa dia sedang tersenyum, jika seseorang mengira aku demam, aku tidak akan kaget.
Kami belum pergi dari blokku dan aku sudah merona pagi ini lebih dari tiga hari saat kami berbicara, jadi dia memintaku agar jangan malu-malu lagi dengannya.
Kami kembali lagi pukul delapan malam.

Gunn - "Saat kita jadi pacar, ada beberapa hal yang harus berubah."

Weha - "Kau bicara seolah-olah ada hal yang tidak benar."

Gunn - "Bukan, tapi ada hal yang salah. Kau terdengar jauh."

Weha - "Jadi apa yang harus kulakukan?"

Gunn - "Kau membuatku memanggilmu 'My Weha' kenapa kita pacaran tapi kau tidka punya nama untukku tanpa kata 'Phi'"

Weha - "Tapi..."

Gunn - "Tidak, tapi besok My Weha akan datang padaku, sampai jumpa di waktu pukul delapan."

*Mmuahh!!*

*Coba tebak bunyi apa tadi? Kupikir berlangsung tanpa mengatakannya*
Jika aku memecahkan telur di mukaku pastinya akan bisa digoreng matang, beberapa telur bisa digoreng dan dimasak.

Jika seseorang bertanya untuk melihat anak manja tersenyum seperti yang aku lihat sekarang, mereka mungkin akan mengutukku karena berkulit badak dan bertingkah gila.

Setelah memikirkan apa yang sudah kami bicarakan, aku menyadari bahwa orang-orang yang paling dekat dengan N'Weha memanggilnya "Sky" yang berarti langit.

Weha (Wattana) berarti surga juga, itulah sebabnya anak ini ingin supaya aku memanggilnya "My Heaven" atau "My Weha" jadi ketika dia memberi nama itu, dia tidak terdengar jauh.

Dari rumahku sebenarnya untuk sampai ke Universitas butuh waktu kurang lima belas menit tapi tentu saja, kami berada di Bangkok dan tidak kaget saat lalu lintas pagi membutuhkan waktu lebih dari setengah jam.

Hari ini Weha... Umm, dia mengundangku sarapan. Aku pikir ini adalah pertama kalinya kami melakukannya setelah pertengkaran waktu itu, hari ini kami parkir di dekat Universitas dan berjalan menuju kafetaria untuk sarapan sebelum masuk kelas, seperti biasa.

Gunn - "Kau mau makan apa, My Heaven? Aku pesankan."

Weha - "Duduklah dan tunggu di sini, biar aku yang beli makanan, mau makan apa?"

Gunn - "Mmm... Baiklah."

Weha - "Tunggu sebentar, aku akan membawanya ke meja." Weha sepertinya lebih banyak bicara dan bahkan dia sedikit bergurau.

Setelah Weha pergi membeli bubur untuk sarapan, ada banyak sekali mahasiswa yang melihat mejaku. Untungnya masih pagi dan kafetaria belum penuh, sebenarnya yang akan menjadi aneh adalah orang-orang tidak tertarik dengan N'Weha, aku harus ingat dengan baik siapa sebenarnya juniorku ini.

Aku harus terbiasa dengan mereka yang melihatku dan bertanya-tanya siapa aku, karena datang bersamanya akan menjadi kegiatan yang normal sekali di kehidupanku sejak saat ini.

Weha - "Aku di sini."

Gunn - "Aku berutang berapa banyak padamu?" Aku ingin mengembalikan uangnya, tapi aku harus membiasakan diri untuk kadang-kadang membayar bergantian.

Weha - "Tidak perlu, ayo cepat makan nanti jadi dingin."

Gunn - "Terima kasih."

Setelah makan sebentar

Weha - "Tidak enak?"

Gunn - "Oh tidak, tidak, tidak. Hanya saja aku tidak makan bawang putih goreng."

Sepertinya N'Weha menyadari ada sesuatu yang salah melihatku menyisihkan bawang putih ke sisi mangkuk, biasanya ketika aku makan bubur, aku meminta bibi penjual tidak menaburkan bawang putih goreng. Tapi kali ini aku tidak memintanya dan aku harus menyisihkan sendiri apa yang tidak kusukai.

Weha - "Maaf, aku tidak tahu. Biar aku yang makan."

Gunn - "Oke, aku hanya menyisihkan bawang putih ke pinggir."

Weha - "Maaf, aku tidak bertanya dulu."

Gunn - "Tidak apa-apa, salahku juga tidak mengatakan padamu apa yang tidak kusukai. Ayo, kita cepat makannya atau kita tidak akan selesai tepat waktu.

Weha - "Ya, tapi lain kali aku ingin tahu apa yang tidak kau sukai. Kau harus mengatakannya pada pacarmu apa yang kau mau. Kita sekarang adalah kekasih. Aku ingin tahu apa yang disukai dan tidak disukai oleh kekasihku."

*tiba-tiba saja....*

(Terdengar suara benda metalik terjatuh)

Tidak perlu menebak asal bunyi itu dari mana, jika orang di hadapanku: Jika aku tidak terlihat normal atau ekspresif seperti itu, aku tidak akan merasa malu dan terharu. Tapi aku tidak pernah terpikir bahwa orang di depanku ini akan membuat komentar seperti itu. Aku tanpa sengaja menjatuhkan sendok ke tanah saat Weha menyelesaikan kalimatnya.

Weha - "Tunggu, aku ambilkan sendok yang bersih."

Gunn - "Terima kasih."

Pria tinggi itu berdiri untuk mengambilkan sendok baru, dan aku, berbalik untuk menyembunyikan betapa tersipunya aku, ini adalah pertama kalinya aku merasa sangat memalukan semenjak aku bertemu dengannya.

Weha - "Sampai jumpa dan nanti malam, aku akan pergi setelah meninggalkanmu di rumahmu."

Gunn - "Oke, sampai jumpa."

Hari ini selain bertemu denganku di pagi hari, dia ingin bertemu di sore hari. Dia menawarkan diri untuk mengantarku pulang ke rumah, dia memberi tahu jika dia tidak ada aktivitas yang dilakukan di sore hari dan dia ingin menghabiskan waktu bersamaku sebelum dia pergi ke sebuah acara.

Jan - "Yah, mereka bilang kalau orang yang sedang jatuh cinta itu terlihat sedikit lebih muda. Kelihatannya itu benar."

Nueng - "Ohh, biasanya sudah terlihat seperti anak kecil. Hari ini anak kecil ini terlihat seperti baru terlahir. Hahaha!!"

Gunn - "Nueng, Jan, jangan keras-keras. Kalian membuatku malu."

Jan - "Ya, kamu tidak bisa mengatakan semuanya pada kita. Melihat temanku bahagia aku juga ikut bahagia. Saat suamimu ada waktu luang, bawa dia, jadi dia bisa makan bersama teman-temanmu."

Nueng - "Teman dan suami tidak bebas. Lee Jan minggu lalu bilang padaku jangan pergi melihat pacarnya. Hari ini dia sangat  bersemangat, terlalu."

Jan - "Yah, pacarku itu tidak ganteng. Kamu tidak peduli kan? Ada baiknya berbagi suguhan untuk cuci mata."

Gunn - "Jika itu gratis, aku mau coba."

Jan - "Silakan."

Nueng - "Oh, temanku. Jangan lakukan itu." Kata-kata ini adalah deklarasi perang.

Jan - "Hei, Nueng! Bisa berhenti bicara buruk tentangku?"

Nueng - "Tidak, aku suka melihatmu membantah. Menyenangkan."

Jan - "Kuharap satu hari nanti kamu bertemu temanku, memukul mulutmu dan belajar cara bicara yang baik."

Nueng - "Hei, Ai *&%. Jangan berkat seperti itu, lebih baik kita bertarung kan?"

Jan - "Kemari, kamu pikir Lee Jan takut padamu?"

Nueng - "Ayo sini, kamu pikir aku takut dengan pacarmu?"

Jan - "Dia saudaraku, bukan suamiku."
Ya Tuhan!!

Nueng - "Dia mengigau, aku akan pergi belajar sebelum ibumu menghinaku lagi."

Jan - "Aku tidak mengigau, kamulah yang mengigau. Lihat saja....."

Perang kecil berakhir ditengah bombardir Jan yang meninggalkanku kebingungan.
Aku punya seorang suami, ya Tuhan.... Aku punya pacar.

Haruskah aku bertanya padanya jika dia ingin bertemu temanku?
Tidak ada dari mereka yang menjawab pertanyaanku, hanya Jan yang memandangiku dengan senyum jahilnya membuatku berpikir dan bertanya-tanya.

Setelah aktivitas "Malam Alfabet", kami masih punya kegiatan lain yang menunggu kami semua.

Ujian akhir!

Semua mahasiswa semua tahun angkatan akan kehilangan waktu tidurnya lagi, selain itu kami harus menghadiri semua kelas, sangat penting dan dibutuhkan. Kita tidak bisa melewatkannya meskipun ingin melewatkan, walaupun dosennya tidak mengatakan apapun.

Jika kamu ingin bertahan dan tidak mengulang lagi, sebaiknya fokus belajar kan?
Tentu saja, saat musim ujian akhir mendekat, sebaiknya mencatat semua materi kelas.

Kondisiku saat ini seperti zombi, aku berjalan tanpa tahu bagaimana aku berjalan. Meskipun dosen memberikan waktu istirahat di kelasnya, otakku tidak bisa menyerap apapun lagi saat ini.
Aku berjalan menuju kursi di luar Fakultasnya Weha, sementara aku menunggu kelasnya selesai...

Sementara itu, pria tinggi itu berjalan menuruni tangga. Dia melihatku dan langsung menghampiriku.

Weha - "Kenapa kau kelihatannya sangat lelah?"

Gunn - "Hari ini aku tak sanggup, materi yang sudah kami lihat sangat sulit. Dosen sudah meminta kami istirahat sebelumnya. Dia berjalan lebih awal untuk mempersiapkan kami; Dia khawatir kami tidak akan sanggup berbicara mengenai ujian akhir."

Weha - "Mmm, karena itulah kau terlihat lelah?"

Gunn - "Iya."

Weha - "Kalau begitu, ayo kita cari sesuatu yang menyegarkan dan kita makan bersama hari ini. Aku ingin menghiburmu."

Gunn - "Baiklah."

Aku melirik jam tanganku sebelum mengatakan iya, saat ini panas dan aku bosan. Nueng pergi diam-diam untuk mencari Jan agar menemukan jika saudaranya itu seorang teman atau pacar, jadi semuanya tidak dalam kondisi bebas bertemu denganku.

Weha - "Kau mau makan apa?"

Gunn - Apa saja."

Weha - "Katakan padaku apa yang kau suka, ayo kita saling mencari tahu selera masing-masing."

Gunn - "Kita bisa makan mie, kelasku sudah berakhir."

Weha - "Baiklah, ayo kita jalan sebentar."

Tempat yang kita datangi adalah restoran dan kafetaria yang sama yang berada di sebelah Fakultas. Aku biasanya makan di sini dengan Jan, sekarang sudah malam dan para mahasiswa secara bertahap berdatangan sehingga banyak yang ada di sana.

Kami menunggu untuk waktu yang lama sebelum giliran kami tiba.

Staf - "Meja untuk dua orang?"

Membawa seorang selebriti untuk makan siang di toko yang ramai bisa membuatmu merasa tidak nyaman.

Gunn - "Iya, tolong beri kami ruangan yang lebih tenang."

Staf - "Oh, baik, silakan ikuti saya ke lantai dua."

Gunn - "Terima kasih."

Setelah berjalan menuju meja, tidak butuh waktu lama bagi kami untuk memesan menu. Aku memesan binsu melon, favoritku.
Orang yang ada di depanku tidak memesan apapun. Hanya meminta yang sama denganku.

Gunn - "N'Weha, kau tidak lapar?"

Tidak perlu waktu lama saat binsu disajikan tapi yang makan hanya aku. Kenapa Weha terus menatapku? Aku bahkan menjadi gugup; Aku hanya bisa makan dalam diam untuk menyembunyikan rasa maluku.

Weha - "Your Heaven tidak begitu suka dengan melon."

Gunn - "Oh! Aku tidak tahu. Kita pesan yang lain saja?"

Weha - "Oke, makanlah. Saat aku melewati bibi penjual, aku akan pesan yang lain."

Gunn - "Kenapa kau tidak mengatakannya? Ini tidak benar." Aku merasa sedikit tidak nyaman.

Weha - "Kau tidak perlu banyak berpikir, kita kan baru saja berpacaran. Kita akan belajar satu sama lain sedikit demi sedikit, kita masih punya banyak waktu."

Gunn - "Umm."

Ya, itu benar. Kami ini baru-baru ini berpacaran, kami masih belum tahu satu sama lain dengan baik, tapi kami bisa memelajarinya dari satu sama lain.

[END] He is My Sky [Indo] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang