Takdir Yang Berbeda

7.5K 472 28
                                    

"Akan ku jalani apa yang akan terjadi sampai raga telah berhenti."
.
.
.

*banyak Typo ya guys🥲
Maaf banget kalo aku gonta ganti alur.
Semoga suka ya

🌚🌚🌚🌚

Dan akhirnya mereka tahu penyebab Alvan kambuh. Sore harinya Alvin baru bercerita kepada sang ayah tentang apa yang menyebabkan Alvan bisa kambuh setelah hampir satu tahun ini tidak pernah kambuh. Alvin tidak tahu persis, dia hanya menduga dan kemungkinan dugaannya itu benar.

Kini hanya ada Alvin dan Tio yang duduk di kantin rumah sakit sambil menikmati makan siang yang sedikit terlambat itu. Pukul 15.00 mereka baru bisa makan siang setelah menunggu Alvan agar kembali beristirahat setelah anak itu mengamuk ingin pulang. Sebagai seorang ayah yang menginginkan yang terbaik untuk sang putra, Tio rela mengelus rambut anak itu berjam-jam dan menenangkan Alvan agar tak menangis karena ingin pulang.

Dan barulah setelah Alvan tidur mereka bisa makan, dan Alvin mulai untuk berbicara dengan sang ayah.

"Jadi gini Pah, kemungkinan Alvan kambuh karena dapet berita buruk." ungkap Alvin dengan ragu.

"Seburuk apa beritanya?" tanya sang ayah dan tak menaruh curiga sedikitpun.

"Alvan nggak diterima di SMA favorit yang aku ketrima Pah."

Tio sedikit tersentak mendengar penuturan si bungsu. Putra bungsunya itu sudah pasti diterima karena daftar jalur prestasi dengan banyak piagamnya. Tapi dia tak menyangka jika putra kembarnya yang lain tak diterima.

"Kenapa? Kok bisa? Kan nilai Alvan juga tinggi? 30,80 itu udah termasuk tinggi lho nak."

Tio nampak sedikit tak terima dengan gagalnya sang putra. Ditambah putranya sakit karena hal ini. Wajahnya menampakkan raut sedih, kecewa, dan marah yang jadi satu. Sampai Alvin pun takut untuk menjawab pertanyaan sang ayah.

"Nggak tau Pah, yang lain nilainya banyak yang lebih tinggi. Apalagi sekolah itu banyak yang dari SMP Inter." Jawab Alvin sekenanya.

"Sebentar, papa perlu bicara sama Alvan." ucapnya langsung bangkit tapi tangannya di genggam si bungsu seakan mengisyaratkan ketidak setujuannya.

"Jangan dulu Pah, tunggu Alvan baikan dulu."

Mendengar hal itu Tio langsung luluh, ia tersenyum lembut sambil mengusap surai sang putra.

"Kamu memang saudara yang baik, kamu lebih pantas jadi kakak sebenarnya." kekeh Tio.

"Kan emang iya, sebenarnya aku kakaknya." Balasnya dengan senyum merekah seakan bangga dengan gelar kakak yang ia suka.

Dalam adat Jawa, bayi kembar yang lahir duluan itu adalah adik sedangkan yang lahir terakhir adalah kakak. Karena mitosnya yang lahir terakhir itu menjaga adiknya agar pergi ke dunia duluan lalu disusul sang kakak yang menyusul ke dunia setelah adiknya lahir.

Maka dari itu dalam hubungan anak kembar Alvan dan Alvin tak ada yang secara resmi di sebut kakak dan adik. Mereka biasa memanggil nama saja. Tapi untuk kedewasaan, Alvin secara keseluruhan lebih dewasa daripada Alvan. Bahkan terkadang keluarga besar mereka menganggap Alvin adalah kakak dan Alvan adalah adik. Begitu pula kakek dan nenek mereka.

🌚🌚🌚🌚🌚

Setelah berbicara dengan sabar kepada Alvan, kini Tio kembali menyiapkan rencana yang terbaik untuk sang putra. Tio memilih untuk menyekolahkan Alvan di sekolah internasional, yang mayoritas siswanya juga berprestasi dan dari kalangan menengah ke atas.

AuRevoir √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang