"Aku hanya bertahan sampai waktu datang menjemput ku pulang."
~AuRevoir
.
.
.Hampir satu bulan mereka menjadi siswa sekolah menengah atas. Dan Tio merasakan jika putra bungsunya sangat disegani disekolah. Dari cerita yang Alvin sampaikan pasti tak lepas dari pandangan kagum siswa lain kepada dirinya.
"Papa, Mama, Abang, Alvin berangkat dulu ya. Hari ini adek jadi petugas upacara. Jadi harus berangkat lebih awal." Tatapan bangga Tio pancarkan kala mendengar penuturan si bungsu.
"Hati-hati ya, nanti pulang sekolah papa ada hadiah buat kamu." ungkap Tio, ia memberikan sesuatu sebagai hadiah karena telah menjadi OSIS saat baru satu bulan sekolah.
Beberapa hari yang lalu teman-teman Alvin datang kerumah. Selain untuk bermain, mereka juga meminta ijin mengajak Alvin sebagai anggota OSIS dan akan dicalonkan sebagai ketua OSIS nantinya.
Sebagai orang tua tentu saja Tio merasa senang dan bangga atas pencapaian Alvin di sekolah. Apalagi ia juga sedang mempersiapkan lomba fisika mewakili sekolah. Bisa dibilang kecerdasan Alvin diatas rata-rata.
"Aku berangkat dulu, assalamu'alaikum." Pamitnya setelah memastikan sudah pukul enam lewat lima belas menit.
"Kamu gimana disekolah Van? Udah dapet banyak temen?"
Alvan yang masih fokus dengan makanannya kini mulai mengalihkan fokus.
"Udah Pah, Teman-teman Alvan Baik-baik semua. Setiap hari pasti banyak cerita dari mereka." tukas Alvan diringi senyum.
"Aku berangkat, assalamu'alaikum." Juandra memecah keheningan di tengah mereka.
Ya Juan tidak meninggalkan rumah malam itu, dia masih waras untuk sekedar menjadi gelandangan seperti kata sang ayah. Jujur saja, Juan sangat bergantung dengan uang sang ayah. Dari dia SMP semua temannya akan ada jika ada uang. Dan Juan sudah terbiasa dengan hal itu.
"Ingat perjanjian kita, jangan sampai melanggar." Tekan Tio saat anak itu mencium tangannya.
Alvan pun juga ikut pergi, dia akan di antar sopir kali ini.
🌚🌚🌚
Sesampainya di sekolah, Alvan sudah di sambut segerombolan siswa. Bukan karena dia famous seperti Alvin. Sungguh, bukan seperti itu.
"Woy, pagi-pagi banget nih berangkatnya." sapa anak laki-laki dengan tubuh paling tinggi di antara mereka.
"Iya bang, baru sampai." balas Alvan yang masih setia menundukkan kepala.
"Hari ini si tuli nggak masuk, kita cuma punya satu kacung aja. Jadi lo nggak bisa lari dari kita." tutur seseorang yang bernametag Damian.
"Istirahat langsung ke basecamp aja, kita main-main nanti." Damian mendekat, mengusap lembut kepala Alvan yang malah membuat Alvan semakin ketakutan.
"Iya." Tak ada yang bisa Alvan lakukan lagi selain mengiyakan mereka.
Sudah sejak sekitar 3 mingguan ini mereka, Alvan dan Hema, harus mematuhi semua perintah geng Raimor. Julukan geng yang paling di takuti di sekolahnya. Salah satu anggota geng ini merupakan anak donatur terbesar yang tak lain adalah Ibra. Sedangkan Damian, sebagai ketua juga ikut bermain dengan kelemahan Alvan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AuRevoir √
FanfictionFollow dan vote ya! "Serupa bukan berarti sama, hati dan pikiran manusia tidak bisa disamaratakan. Mereka kembar, tapi tak selamanya harus sama." kembar, dari kata itu mungkin kalian mengira jika mereka sama. saling berbagi cerita suka maupun lara...