Kenyataan Buruk

3K 348 41
                                    

*) Banyak typo ya!!!
Kalau ada typo bisa kasih tau aku.
Terima kasih.
Happy reading!!! 🥰🥰

🌚🌚🌚

"Jadilah kuat untuk hidup di dunia yang keras ini."

~AuRevoir~
.
.
.

"Papa masih bilang enggak ada apa-apa disaat aku lihat sendiri adikku terluka pah!"

Tak sadar Juna memekik, membalas sang ayah yang terus saja meyakinkan dirinya jika kedua adiknya baik-baik saja.

"Mas, jangan teriak disini. Alvan lagi istirahat."

Itu adalah suara Alvin yang sedari tadi hanya diam. Sedang sang mama duduk di dekat alvan dan menggenggam tangan anak itu.

"Mas, tubuh anakku banyak luka. Kenapa kamu setega itu buat bekas di tubuhnya." ucap sintha lirih sambil terisak.

Melihat bagaimana banyaknya luka, baik yang yang sudah mulai sembuh dan ada yang baru. Membuat hati Sintha mencelos, ibu mana yang tega melihat semua bekas di tubuh putra yang selama ini ia jaga.

Tio membeku sebentar, "luka apa? Aku nggak pernah ngelukain Alvan sebelum ini." kata Tio yang langsung mendekati ranjang Alvan.

"Astaga ini kenapa? Papa nggak buat luka ini mah. Walaupun papa tegas tapi untuk Alvan, papa nggak pernah pukul dia sebelumnya. Cuma hari ini aja papa kelewatan."

Perlahan Tio menyibak selimut yang menutupi dada sang putra. Menelisik luka sabetan itu lalu sedikit memiringkan tubuh Alvan. Juna yang peka ikut membantu, dan Alvin juga mendekat. Ia terkejut mendapati tubuh Alvan yang sudah penuh dengan luka. Sedangkan Alvan masih belum sadar. Ia diberi obat tidur yang membuat istirahatnya lebih nyaman dalam beberapa jam kedepan.

Tio memencet tombol nurse call yang ada di sampingnya. Tak lama setelah itu seorang perawat datang.

"Tolong periksa luka yang ada di tubuh anakku. Cari tahu kemungkinan yang terjadi." Pinta Tio pada perawat itu.

Setelah perawat tersebut keluar, Juna menatap sang ayah lekat.

"Aku udah pernah cek luka yang ada du tubuh Alvan saat di sakit kemarin. Dan luka itu adalah hasil kekerasan. Aku kira itu papa yang buat." jelas Juna yang malah membuat Tio semakin bingung.

"Sumpah mas, papah nggak pernah main kekerasan. Maaf kalau dulu papa kasar ke kamu dan Juan. Tapi sungguh, untuk Alvan dan Alvin papa udah nggak main kekerasan lagi."

Juna percaya, karena tahu jika netra sang ayah sudah berkaca otomatis ayahnya itu sedang jujur. Apalagi melihat Alvan dan Alvin yang begitu dekat kepada Tio sebelum masuk SMA. Membuat keyakinan Juna bertambah.

"Pah, apa mungkin Alvan dibuli? Dan yang kemarin itu fitnah?"

Kini Alvin ikut Berasumsi karena sebelumnya ia juga merasa janggal dengan perubahan sikap Alvan yang jadi lebih pendiam. Yang ia tahu Alvin itu tak pernah memukul orang lain, Jangankan untuk memukuk lawan, ia saja tak bisa bela diri.

"Jangan berpikir macem-macem dulu." balas sang ayah.

"Besok papa ke sekolah untuk menyelesaikan kasus ini dengan ayahnya siswa yang di pukul Alvan di vidio itu." Tio kembali menghela nafas.

"Dimana Juan? Papah nggak lihat dia dari tadi." lanjutnya yang membuat mereka tersadar.

"Juan ada disini juga kok pah." balas si sulung.

Tio reflek melihat sekitar tapi tak mendapati atensi putra keduanya itu.

"Dia dirawat disini juga pah." jelas Juna sambil menunduk setelah mengungkapkan kebenaran.

AuRevoir √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang