* Typo berserakan!! Jadikan ini sebuah pembelajaran meski ceritaku tak ada pesan moral. Terima kasih 🙏🙏
.
.
.
."Jika penderitaanku bisa membuatmu bertahan, maka aku rela hidup dalam kepedihan."
~AuRevoir
.
.
.
.Sampai di rumah sakit alvan segera ditangani. Anak itu kehilangan banyak darah sampai harus mengambil darah dari Alvin karena stok darah di rumah sakit sedang kosong.
Setelah habis satu kantong darah dan sedang dialirkan kantong kedua, Alvan dipindahkan di ruang rawat. Wajahnya tampak pucat dan tubuh bagian atas yang tak tertutup dengan benar membuat luka di tubuh Alvan terlihat jelas.
Alvin berdecak, ia tak yakin jika adiknya melakukan hal yang ia lihat tadi.
"Mas," Panggil Alvin pada Arjuna yang ada disampingnya.
Mereka tengah duduk di depan ruang rawat alvan, untuk menenangkan diri dari kejadian tadi. Semua terjadi sangat cepat sehingga meraka tak mencerna semuanya.
"Alvan nggak mungkin kan ngelakuin semua itu? Itu kayak bukan alvan yang kita kenal."
Meski tak menunjukjan secara langsung, tapi sebenarnya Alvin khawatir dengan keadaan sang kakak.
"Mas juga nggak percaya. Alvin itu anak baik dan nggak pernah main kasar pada siapapun." balas Arjuna.
"Mas mau ambil baju ganti dulu, buat alvan sekalian mama, kamu mau ikut apa disini aja?"
Alvin menoleh, menatap wajah sang kakak yang nampak begitu lelah.
"Aku disini aja, sekalian jagain mama."
Alvan membalas pilihan sang kakak dengan lembut.
"Tunggu ya, biar mas ambil baju buat kamu sekalian." pamit Arjuna lalu meninggalkan tempat mereka duduk.
Mama, Juna, dan Alvan belum mengganti baju, mereka masih mengenakan pakaian yang terkena darah Alvan.
Sebelum menyalakan mobil, Arjuna menenangkan pikirannya sebentar. Kejadian pahit terus membayangi dirinya. Bagaimana tangan sang ayah yang dengan tega memukul kepala Alvan. Dan bagaimana darah alvan yang keluar begitu cepat, apalagi nafas yang sudah sangat pendek itu arus berjuang masuk ke paru-paru Alvan.
Makan dengan berat hati, Mama dan Juan harus mendengar berita buruk tentang kondisi Alvan. Paru-parunya semakin bermasalah ditambah luka di kepala yang membuat luka lama semakin parah. Tak adakah penyakit yang lebih ringan untuk Alvan? Mengapa semesta suka sekali membuat Alvan kesakitan.
Ditengah renungan akan kejadian tadi, ia baru ingat akan satu hal. Adiknya, Juandra, anak itu bahkan tak ikut kerumah sakit. Dan juna baru ingat saat dimana darah alvan membasahi lantai, juan malah berlari ke lantai batas.
Mengingat itu, Juna segera melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Bahkan yang seharusnya ia sampai dirumah dalam waktu 20 menit, kini ia sampai dalam 10 menit. Juna segera berlari ke lantai dua, tempat kamar Juan berada.
Tok... Tok... Tok...
"Dek, tolong bukain pintunya. Ini mas."
KAMU SEDANG MEMBACA
AuRevoir √
FanfictionFollow dan vote ya! "Serupa bukan berarti sama, hati dan pikiran manusia tidak bisa disamaratakan. Mereka kembar, tapi tak selamanya harus sama." kembar, dari kata itu mungkin kalian mengira jika mereka sama. saling berbagi cerita suka maupun lara...