Memulai Hari

4.1K 390 47
                                    

* Typo berserakan, mohon di ingatkan 🥺
happy reading sayangku semua 😍
.
.
.

"Jika sanggup untuk memulai maka harus berani mengakhiri."

~AuRevoir

.
.

Hari yang dinanti akhirnya tiba, kala senin pagi disambut antusias oleh mereka. Hari ini adalah hari pertama bagi Alvan dan Alvin menjadi murid SMA.

Sarapan diawali dengan senyuman, Sintha juga menyiapkan bekal untuk si kembar. Sedangkan putra pertamanya sudah mulai bekerja di kantor Tio sejak satu minggu ya lalu. Dan untuk Juandra, anak itu seakan masih membenci perlakuan sang ayah tapi tak bisa ia ungkapan. Anak itu hanya sedikit lebih menjaga jarak dengan semua orang, terutama kedua adiknya.

"Hari ini mama bawain bekal ya, biar nanti nggak repot cari makan siang kalo istirahat." tutur lembut sintha dengan mengulas senyum indahnya.

Mereka mengangguk dan kembali memakan sarapannya dengan tenang.

"Aku berangkat dulu, assalamu'alaikum." Suara Juan yang tak terlalu keras itu membuat atensi semua orang beralih padanya.

Tanpa menyalami kedua orang tuanya, Juan pergi begitu saja sampai Tio mendengkus tak suka.

"Anak tak tau diri." kesal Tio, yang meski lirih tetap bisa didengar oleh yang lain.

"Mas, jangan terlalu keras sama anak-anak. Kasian Juan." mohon sang istri dengan menggenggam tangan suaminya.

Tio melepas genggaman tangan itu sedikit kasar, "kamu nggak tau apa-apa lebih baik diem aja."

"Ayo kalian berangkat biar papa antar." Instruksi sang ayah yang tak bisa mereka tolak, padahal sebelumnya Alvin ingin diantar Juan karena memang jaraknya tak terlalu jauh dari kampus Juan daripada kantor papanya.

🌚🌚🌚🌚

"Ahhh! Sial! Bisa nggak sih gue bebas aja! Capek di kengkang terus!" keluh pemuda yang tengah duduk di taman yang ada di area kampusnya.

Juandra berbohong jika hari ini ada kelas, sebenarnya ia hanya ingin keluar dari rumah. Karena tak ada tujuan yang pasti, anak itu memilih pergi ke taman sebelum nanti ke kosan temannya yang kini sedang berkerja part time.

Juan melihat sekeliling tempatnya duduk yang tak terlalu ramai ini, mungkin karena masih pagi jadi banyak mahasiswa yang belum datang. Ia melihat berapa pekerja yang menjadi tukang kebun atau sekedar yang membuang sampah. Pemuda itu terenyuh melihat masih ada anak muda yang mau bekerja, yang bisa Juan anggap pekerjaan itu kotor.

Ia menelisik wajah pemuda itu yang seperti tak asing bagi dirinya.

"Siapa dia? Sepertinya tak asing." Pikir Juan lalu ia mengalihkan pandang.

Tiba-tiba ada tangan yang menepuk pundaknya pelan, Juan menoleh dengan pandangan tak suka. Pikirnya ia sedang tak mau di ganggu.

Tapi berapa terkejudnya dia kala mendapati pemuda yang ia hajar semalam ada di depannya.

Juan masih menatap pemuda itu terkejut, "Hai, masih ingat gue nggak?" Sapa pemuda itu.

Dalam hati Juan ia berkata, "Gimana gue bisa lupa sama orang yang udah gue hajar."

"Sorry ya, kalo semalem terlalu keras. Gue lagi butuh banget uangnya." lanjut pemuda itu yang tak menghiraukan keterkejutan Juan.

Melihat ekspresi Juan yang tak berubah, Ia sedikit menjauh. Pikirnya karena ia baru saja membersihkan sampah. Dan mungkin Juan juga sensitif dengan bau yang ada di tubuhnya.

AuRevoir √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang