"Apapun yang terjadi hanya mereka yang mau menerima."
~AuRevoir~
.
.
.*agak banyakan, tapi banyak typo❤
🌚🌚🌚
Cukup waktu satu minggu lamanya untuk Alvan mendekap di tempat berbau obat itu, dan hari ini, tepat satu minggu ia disana dan Alvan diperbolehkan pulang. Meski banyak sekali pantangan yang ia dapatkan.
Sintya, sang mama selalu ada di dekat Alvan sejak tiga hari yang lalu, Sintha dan Tio baru kembali ke Surabaya. Sintha beberapa kali terlihat menangis kala menemani Alvan tidur. Meski telah bernafas tanpa bantuan oksigen, tapi Sintha tetap khawatir. Ia merasa gagal sebagai seorang ibu yang menjaga buah hatinya.
Seperti saat ini, Sintha sedang membereskan barang Alvan selama dj rumah sakit. Sedangkan Alvan duduk di ujung brankar dengan kaki sedikit menggantung. Di sofa sana ada Tio dan Juna yang sedang sarapan, untuk Alvan, anak itu sudah sarapan lebih dulu bersama Sintha.
"Masih lemes nggak?" Tanya sintha kala melihat Alvan yang kembali membaringkan tubuhnya namun miring masih menatap sang ibu.
Alvan menggeleng, "ngantuk ma."
Sintha tersenyum, ia berdiri mendekati Alvan. "Yaudah tidur aja dulu, nanti kalau mama udah selesai beres-beresnya mama bangunin."
Sintha membantu Alvan berbaring dan menyelimuti sang putra. Ia duduk di samping sebentar yang mengelus tangan Alvan yang masih terbalut plester untuk menutup bekas jarum infus. Sintha masih belum berani mengelus Kepala Alvan karena masih terbalut perban disana. Tak lama kemudian Alvan sudah terlelap dan sintha kembali melakukan aktivitasnya tadi.
Sesampainya di rumah, Alvan yang berjalan di bantu Juna dan Tio menuju kamar tamu yang ada di lantai satu. Untuk sementara ia tidur di sana dulu sampai kondisinya pulih.
"Udah istirahat dulu aja kamu, jangan main hp dulu." Tutur Tio sebelum ia meningkatkan Alvan.
Alvan tersenyum sumringah mendapatkan perlakuan lembut dari sang ayah. Sudah lama sekali Tio tak memberikan perhatian itu.
"Tidur dek, nanti kalau udah waktunya makan siang mas bangunin." Ucap Juna setelahnya ia menyusul Tio ke ruang tengah.
Disana tak terlalu banyak pembahasan, hanya saja Tio lebih menegaskan kepada Juna untuk mengawasi Alvan. Dia masih belum yakin jika Alvan sakit hanya karena debu dan asap kendaraan.
"Beberan adek kamu ngerokok?" Juna menggeleng.
"Papa kan tau sendiri Alvin itu paling nggak suka sama yang begituan." Jelas Juna dengan wajah seriusnya.
"Kenapa pas di rumah sakit nggak sekalian di cek aja sih mas. Kan bisa tau ada bekas asap rokok nggak di paru-parunya." Tio sedikit frustasi dengan penyakit yang tiba-tiba singgah di tubuh Alvan.
Dia bukan perokok dan bagaimana bisa Alvan menderita penyakit yang notabennya banyak di derita perokok aktif maupun pasif.
"Kamu tanya langsung aja ke Alvan kalau kondisinya udah baikan, dia pasti jujur ke kamu." Jelas Tio lalu pamit untuk pergi ke kantor.
Tio membiarkan Juna ijin untuk beberapa hari setelah seminggu penuh dia menjaga Alvan di rumah sakit.
"Maafin aku pah," ucap Juna lirih.
Dia tahu semuanya, tapi memilih untuk bungkam. Biarkan semuanya seperti ini dulu sampai waktu yang menurutnya baik datang, maka ia akan berbicara.
🌚🌚🌚
![](https://img.wattpad.com/cover/309198929-288-k385503.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
AuRevoir √
FanfictionPart lengkap asal tetap vote and comment aja♡♡ Follow dan vote ya! "Serupa bukan berarti sama, hati dan pikiran manusia tidak bisa disamaratakan. Mereka kembar, tapi tak selamanya harus sama." kembar, dari kata itu mungkin kalian mengira jika merek...