"Setidaknya jangan mati dengan ingatan yang buruk."
~AuRevoir~
.
.
🌚🌚🌚🌚.
.Ambulance datang membawa raga Alvan yang sudah tak sadarkan diri, Juna juga ada disana dengan tangis yang tak tertahan. Tangan dingin sang adik masih ia genggam mencoba menyalurkan ransangan dengan sedikit meremasnya.
"Ayo buktiin ke mas kalo adek itu kuat." Juna menunduk, tak kuat melihat monitor yang menunjukkan anggap rendah dan dada Alvan yang seakan tak bernafas itu.
"Tolong dek." Juna menangis sampai salah satu petugas disana ikut menenangkannya.
Sampai di rumah sakit alvan segera ditangani. Anak itu kehilangan banyak darah sampai harus mengambil darah dari Juna karena stok darah di rumah sakit sedang kosong.
Setelah habis satu kantong darah dan sedang dialirkan kantong kedua, Alvan dipindahkan ke ruang rawat. Wajahnya tampak pucat dan tubuh bagian atas yang tak tertutup baju dengan benar membuat luka di tubuh Alvan terlihat jelas.
Juna menatap miris adiknya, tubuh yang seharusnya mulus itu kini penuh dengan luka bahkan ada luka yang masih baru.
"Apa bener Papa yang ngelakuin ini semua ke lo dek?" Juna menatap adiknya dari jauh. Ia duduk di sofa membiarkan adiknya istirahat, lagi pula pikirannya sedang kacau saat ini.
Juna memilih istirahat sebentar setelah memberi tahu Juan dan Alvin tentang kondisi Alvan. Ia juga meminta mereka ke Rumah Sakit nanti. Tapi nampaknya Alvin tak peduli dengan perkataan Juna dan kondisi kakak lembarnya, bisa Juna Rasakan dari ucapan si anak bungsu itu.
"Mas tolong jangan hubungi gue lagi kalo soal Alvan, dia udah buat gue hampir celaka waktu tau dia sakit kemarin. Dan kenapa dia buat masalah terus. Gue capek denger dia yang celaka setiap hari. " Ucap Alvin dari telfon dan membuat Juna menghela nafas.
"Jangan gitu, dia kakak kamu juga." Balas Juna yang sebernarnya ia ikut sakit hati mendengar ucapan Alvin.
"Itu karma! Dia udah bully temennya. Ya pasteslah, lagian nggak ada yang peduli juga sama dia di sekolah, kalo peduli pasti udah rame ini." Ucap Alvin lagi dan langsung memutuskan panggilan.
Juna lelah dengan semua yang terjadi di keluarganya, ia tahu Alvan salah tapi bagaimanapun juga Alvan juga adiknya. Yang harus ia jaga bagaimanapun itu.
"Tolong Van, semoga itu semua nggak bener." Juna terisak pelan.
"Tolong bangun dan tunjukin kalo lo nggak ngelakuin itu semua." Ia berikan kesempatan dengan mempercayai Alvan lagi dan semoga semua itu salah.
🌚🌚🌚🌚
Juan ada di kampus saat sang kakak pertama menelfon, untuk sesaat Juan kaget dan terdiam. Masih ada rasa kesal pada Alvan tapi ia juga kasian. Ingin mengatai anak itu kena karna tapi ia juga adiknya.
"Kan, gue jadi bingung harus gimana. Apalagi kata Mas Juna, dia perlu stok darah lagi." Juan masih ada di kampus dan tak terlalu khawatir.
Karena seperti kata Juna, jika sang adik baik-baik saja jadi ya dia bisa berdiam diri disini dulu. Juan teringat pada Riko, sosok yang ingin Juan angkat sebagai adiknya bahkan jika ia mampu, ia akan menukarkan Alvan dengan Riko.
"Andai lo masih disini, lo pasti jadi adek gue yang paling bahagia setelah Alvin." Juan terkekeh membayangkan itu.
Cukup lama ia disana sampai akhirnya Juan pergi menuju Rumah Sakit tempat Alvan dirawat.
![](https://img.wattpad.com/cover/309198929-288-k385503.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
AuRevoir √
FanfictionPart lengkap asal tetap vote and comment aja♡♡ Follow dan vote ya! "Serupa bukan berarti sama, hati dan pikiran manusia tidak bisa disamaratakan. Mereka kembar, tapi tak selamanya harus sama." kembar, dari kata itu mungkin kalian mengira jika merek...