Renjun sedikit terbiasa dengan lingkungan barunya. Tinggal jauh dari sang ayah memang berat baginya, tapi ia menjadi terbiasa akan suasana dan lingkungan sekitar.
"Ren, pulang bareng denganku ya?" Jeno sudah menunggu Renjun lima belas menit lamanya di depan kelas Renjun.
"Aku naik bus" Acuh Renjun.
"Padahal aku sudah menunggu lama disini" Bujuk Jeno dengan ekspresi yang dibuat sedih.
"Aku tidak menyuruhmu untuk menungguku" Renjun bersumpah ia tidak tau kalau Jeno menunggunya, lagi pula tumben sekali Jeno mengajaknya pulang bersama.
"Ini sudah sore, Ren. Bus tidak akan datang diwaktu sore" Jeno meyakinkan Renjun agar mau pulang bersamanya.
"Kalau begitu aku akan naik taxi" Renjun tak sebodoh itu mendengar ucapan Jeno yang seakan-akan memaksanya pulang bersama.
"Kau tidak tau ya? Salah satu siswi dkv kemarin dinyatakan hilang sudah selama 2 minggu ini karna pulang terlalu larut, kebetulan siswi tersebut menaiki taxi" Jeno berucap dengan serius.
"Jangan menakutiku!" Jujur saja, Renjun paling takut dengan sesuatu yang berbau penculikan.
"Aku tidak bohong, terserah kau kalau begitu. Aku pulang duluan ya" Jeno hendak pergi meninggalkan Renjun, tapi baru saja Jeno melangkahkan kakinya, Renjun sedikit menarik Jaket yang Jeno pakai.
"A-aku ikut denganmu saja kalau begitu" Jeno tidak tahan melihat ekspresi Renjun yang takut bercampur malu. Terlalu gemas baginya.
"Baiklah, haruskah aku menggandeng tanganmu sampai gerbang?" Tawar Jeno dengan senyuman.
"Tidak usah, memangnya ingin menyeberang jalan huh?" Renjun memang paling bisa merusak suasana.
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:Jeno terkejut begitu tau bahwa apartemen yang Renjun tepati adalah apartemen milik Papahnya.
"Terima kasih sudah mengantarku" Renjun membuka helm yang ia pakai dan segera memberikannya kepada Jeno.
Jeno tersadar dari pembicaraan dalam hatinya ketika Renjun mengucapkan kalimat terima kasih kepadanya "Ahh ya, sama-sama" Jawab Jeno.
Kecanggungan datang selama 5 detik diantara keduanya.
"Ekhem, mau mampir dulu, Jen?" Tawar Renjun dengan sedikit kecanggungan, Renjun belum pernah sebelumnya mengajak seseorang kedalam apartemennya, Jaemin pun yang sering main ke apartemennya itu karna inisiatif dari diri Jaemin sendiri.
"Mau!" Angguk Jeno dengan semangat, sepertinya Renjun salah telah mengizinkan Jeno mampir ke apartemennya.
Jeno mengekori Renjun dari belakang, ia mengikuti langkah Renjun dari memasuki lift sampai memasuki apartemen Renjun.
"Duduk sebentar ya, aku akan mengambikan minum untukmu" Jeno tersenyum simpul mendengar itu, menandakan ia menyetujui omongan Renjun.
Jeno memandangi isi apartemen Renjun, ruangannya tidak penuh oleh barang apapun, tapi lebih terisi dengan banyak lukisan indah yang terpajang di dinding.
"Ini Jen, silahkan diminum" Renjun datang dari arah dapur dan segera menaruh gelas yang berisi air di meja.
"Terima kasih" Jeno segera meminum air yang diberi oleh Renjun.
"Ngomong-ngomong, semua lukisan indah yang ada disini buatan mu, Ren?" Tanya Jeno yang masih menikmati lukisan yang berada di dinding.
"Iya" Renjun sedikit menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, sebelumnya belum pernah ada yang menanyakan dan memuji lukisannya. Kata 'indah' yang keluar dari mulut Jeno seperti pujian bagi Renjun, bahkan Jaemin yang sering datang ke apartemennya tidak pernah menanyakan atau memuji lukisannya.
"Ren aku lap-" Ucapan seorang lelaki terhenti ketika melihat Renjun bersama seseorang yang ia kenal, lelaki tersebut keluar dari arah kamar mandi Renjun dengan rambut yang basah. Terlihat habis menggunakan kamar mandi Renjun sepertinya.
"JENO?/JAEMIN?"Ucapnya berbarengan. Ternyata lelaki yang keluar dari arah kamar mandi Renjun tidak lain dan tidak bukan adalah Jaemin, dia memang sudah sering seenaknya keluar masuk apartemen Renjun. Bahkan Jaemin tau pin apartemen Renjun.
"Kalian saling mengenal?" Tanya Renjun, bukan hanya Jaemin dan Jeno saja yang terkejut, Renjun juga terkejut. Apakah Jaemin dan Jeno saking mengenal, kenapa bisa se sempit ini dunia?!
"Ahh, ternyata kalian adik kakak ya. Aku benar-benar lebih terkejut mengetahui fakta bahwa kalian adik kakak" Jeno sedikit bercerita kepada Renjun tentang hubungan dirinya dengan Jaemin.
"Pantas kelakuan kalian begitu familiar" Ucap Renjun dengan menghela napas pelan.
"Tunggu dulu, aku ingin bertanya. Ren apakah kamu sering membawa Jaemin kedalam apartemen mu?" Ujar Jeno dengan nada kesal.
"Tidak, dia sendiri yang berinisiatif keluar masuk apartemen ku" Jawab Renjun santai.
"Tapi kau membiarkannya keluar masuk kedalam apartemen mu begitu saja?!" Sepertinya ucapan Jaemin tempo hari benar, bahwa Jaemin sering datang ke apartemen Renjun.
"Dia sangat pemaksa, aku tidak bisa menghalanginya. Lagi pula dia tinggal disebelah ku" Ucap Renjun. Jaemin hanya menganggukkan kepalanya saja, ia merasa dibela oleh Renjun.
"Apa maksudmu dengan bersebel- kau!"Ucapannya terpotong. Jeno menunjuk Jaemin dengan jari telunjuknya. Akhirnya Jeno tau penyebab Jaemin ingin tinggal sendiri, ternyata memang Jeno kalah start jauh oleh adiknya. Meski begitu dia tetap akan mengejar Renjun demi sebuah taruhan keanakan.
"Sudah-sudah! Jangan berisik! Aku sedang tidak ingin di ganggu, silahkan kalian berdua pergi dari apartemen ku" Renjun memijat pelipisnya pelan, ia merasa pening hanya dengan melihat Jeno dan Jaemin.
"Ini semua karena mu bodoh!" Jaemin memukul kepala Jeno. Niatnya ingin berduaan dengan Renjun, tapi karena kedatangan Jeno ia tidak akan bisa berduaan dengan Renjun malam ini.
"Tidak sopan! Aku ini Kakakmu! Lagipula kenapa ini salahku?!" Jeno tidak terima dituduh penyebab kekesalan Renjun.
Mau tidak mau mereka berdua segera pergi dari tempat Renjun, dan Renjun segera membasuh tubuhnya serta merebahkan tubuhnya ke kasur guna segera menghilangkan rasa pening di kepalanya.
Don't forget to vote, share and comment!!!🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
brother 2j {Norenmin}
Romancebagaimana jika mencintai dua orang sekaligus, terutama mereka berdua adalah saudara sekandung. BXB 🔞 HARAP DIBACA DESKRIPSI NYA.