24

1.8K 116 13
                                    

Renjun terus diam dan tak bergeming sedikitpun, Jeno yang berada disampingnya hanya bisa memandangi Renjun dengan sendu. Tadi Jeno membujuk Renjun agar makan terlebih dahulu, karena submisif itu belum memasukkan makanan apapun kedalam mulutnya dari tadi pagi, tapi Renjun menolaknya dengan mangatakan bahwa dirinya tidak lapar.

Sesekali Jeno mengelus surai halus Renjun guna memberi rasa sayang kepada si manis, Renjun menjadi banyak diam setelah dirinya melihat kejadian menyakitkan kemarin.

Renjun juga memblokir semua sosial media yang berhubungan dengan Jaemin, bahkan Jaemin menghubungi Jeno dengan susah payah dan mengatakan bahwa ia ingin bertemu dengan Renjun, tapi Jeno sama sekali tidak membalas pesan dari sang adik.

"Ren, jangan seperti ini. Aku sedih melihatmu seperti ini, berhenti mengkonsumsi obat-obatan dengan berlebihan ya?" Jeno menggenggam kedua tangan Renjun dan mengecupi kedua punggung tangan tersebut secara bergantian.

"Kenapa aku tidak boleh mengkonsumsi obat-obatan dengan berlebihan? Bukannya senang bagimu jika aku terlihat menyedihkan?" Ucap Renjun dengan datar.

Jeno mengernyitkan keningnya "Apa maksudmu?" Renjun melepaskan genggaman tangan Jeno dari kedua tangannya.

"Kau dan Jaemin sama jahatnya, kalian hanya menjadikanku sebagai bahan taruhan, bukan?" Ucap Renjun dengan nada yang bergetar.

Jeno menegang ketika mendengar ucapan Renjun "R-ren, aku bisa jela-"

"Tidak ada yang perlu kau jelaskan, Jeno" Renjun memotong ucapan Jeno.

"Aku mendengarnya sendiri dengan kedua telingaku, apa selama ini perlakuan manis kalian kepadaku hanya kepura-puraan? Jawab, Jeno!" Renjun maju dan mencengkram kerah baju sang dominan.

"Betapa bodohnya aku mencintai kalian berdua, aku begitu serakah sehingga hal tersebut menjadi kesakitan untuk diriku sendiri..." Renjun sudah tidak tahan lagi, ia menangis.

Jeno sangat sakit melihat Renjun yang seperti ini, ia tahu bahwa ia bodoh telah menyakiti Renjun hingga seperti ini "Ren, im sorry... Aku mencintaimu, Ren. Sungguh..." Jeno menggenggam kembali kedua pergelangan tangan Renjun yang berada di kerja bajunya.

"Ren, kau bisa pukul aku. Pukul aku sampai kau merasa lega" Jeno ikut menangis ketika berbicara, ia sungguh tidak ingin menyakiti Renjun. Tapi ternyata Renjun mendengar percakapan dirinya dengan Jaemin. Jeno bersumpah bahwa ucapan yang dia katakan pada waktu itu hanyalah kebohongan belaka. Ia tidak tahu bahwa ucapan tersebut membawa dampak yang sangat buruk.

"Apa aku segitu buruknya dimatamu, Jeno? aku tidak tahu apa yang kalian berdua pikirkan sehingga bisa mempermainkanku seperti ini. R-rasanya menyakitkan, Jeno. Apa aku tidak pantas untukmu ataupun Jaemin?" Renjun menangis dengan menutup kedua matanya, ia mencengkram pakaiannya hingga terlihat kusut. 

Jeno hanya bisa diam, ia tak bisa berkutik sekarang. Tubuhnya merasa kaku dan tegang. Bahkan untuk sekedar berbicara pun ia tak sanggup, melihat Renjun yang menangis bak kaca yang sangat rapuh pikirannya menjadi kacau. Jeno hanya bisa mendengar raungan Renjun yang begitu menyakitkan dihadapannya, tanpa sadar Jeno ikut mengeluarkan air matanya dengan pandangan kosong.

"Jeno, mari kita akhiri hubungan pertemanan kita. Aku memang mencintaimu, tapi ketika semuanya terbongkar dengan jelas hatiku sangat hancur" Renjun mengelus pipi basah Jeno karena air mata sang dominan.

"Terima kasih untuk semuanya, senang bisa mengenalmu dan juga Jaemin dengan baik" Setelahnya Renjun mengecup bibir Jeno.

Jeno memejamkan kedua matanya ketika merasakan Renjun mengecup bibirnya, hatinya dilingkupi rasa hangat namun rasa sakit juga mendominasi hatinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 15, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

brother 2j {Norenmin}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang