Romantika Kuno

689 26 0
                                    

Batas pada tiap-tiap sudut kota yang ku telah lalui kini enggan untuk bertanya bahkan sekedar untuk menyapa.
Entahlah, semuanya pergi berlalu lalang begitu saja,
Mereka seakan meninggalkanku pada sebuah keadaan yang tak pernah ku damba
Sebuah ironi kehidupan yang telah berselimutkan duka bagai sebuah cerita tanpa mencantumkan tema,
Sebuah cerita yang mengisahkan ku pada kisah perih pencipta bercak luka,

Luka yang tampak tak ada
J

ika kau pandang oleh kedua bola mata,
Tapi luka ini membuatku merasakan sakit yang begitu hebat.
Terlalu sakit hingga aku tak dapat mengutarakan hanya dengan sekedar kata-kata.

Luka ini memberi rasa perih pada sebuah rasa,
Menciptakan pelik samar pada sebuah asa,
Melahirkan renung tangis menjelang waktu senja,
Meninggalkan sebuah harap pada purnama,
Meski kegelapan kini terus saja melanda.

Riuh mungkin tak selamanya ramai
Ramai tak selamanya damai
Damai tak selamanya santai
Santai tak selamanya sunyi
Sunyi yang terurai bak riak ombak menjemput bibir pantai,
Kisah yang habis bak angin membantu api yang membakar kayu,
Kisah sedih bak panas yang menyebabkan gersang bersama bunga yang layu
Kisah sedih yang kuharap tak pernah ada,
Kini telah datang dan tak ada habisnya.

Kisah usang yang telah kita lalui
Kini telah bersemayam dengan damai,
Bersama serpihan fosil kenangan yang kini kusimpan pada sebuah museum kecil yang aku beri nama"hati"
Akan terus kujaga kisah berharga ini,
Karena aku menganggap kau adalah langka dari berjuta cinta langit kepada bumi.

Kita sekarang telah berbeda
Tentang kita tidaklah antara aku dan kamu semata
Tetapi kita kini adalah tentang aku,rindu serta harap akan hadirmu untuk menemani setiap langkahku,
Sekarang langkahku tak tentu arah,
Ketika kau tak lagi berada disampingku,
Aku tak tahu ingin kemana,
Mataku buta sebab tak lagi melihat senyumnu yang manis nan manja,

Menjelang malam ketika purnama telah menyapa
Aku masih saja merintih tangis pada setiap curhatan duka,
Hariku habis untuk merenungkan dirimu yang telah tiada,
Terdiam menyendiri seakan diri ini tak dapat berbuat apa-apa.

Kemarin aku sempat memandang indah lampu gemerlap pada sudut kota,
Gedung tinggi yang menjulang keatas,
mengingatkan ku pada mimpi yang telah di retas.
Tak ada lagi harapanku,
Aku hanya dapat memandang kelam semua masalalu.
Meratap pada langit sendu,
Kerap berargumen dengan malam yang sengit
Meskipun harapan kini tak dapat menghadirkan nyatamu
Tapi aku masih saja bertahan dengan janji yang telah berlalu.
Kisah kita amat berharga bagiku,
Aksara bayang indah itu selalu menemaniku,

Ingatlah,
Ini tentang aku dan sebuah rindu,
Aku dan sebuah penantian kabar yang kerap menghantui
Seolah terjerat mimpi bak hukuman bui,
Merasa yakin dengan diri,
Tapi rindu kerap menyakiti.

Aku mencintaimu, tapi aku menyakitimu.
Aku menyakitimu!!!
aku sadar,
Aku salah akan hal itu,
Mungkin tak ada maaf bagimu untukku
Aku terlalu sakit untuk sebuah luka
Menghasilkan rintik tetesan kecewa
Menciptakan tangis menggambarkan duka
Seolah kini kau anggap hadirku tak pernah ada.

Hembus angin kini tak lagi sudi membawa sepercik kabar
Ranting pohon kini tak lagi berbunyi,
Kicau burung tak ingin untuk bernyanyi,
Dedaunan pun enggan untuk menari,
Tentangmu tak pernah lagi terdengar
Wahai engkau sang intuisi pencipta harmoni.
Kini diriku berjalan tunggal melintasi hari demi hari,
Terus berlalu merenung dari malam hingga pagi.

Rasa sesak yang ku rasakan terus saja menghantui
Sebab aku menikam rasa sedih karena hendak membalut pilu hati,
Kemarin aku pernah percaya pada arti sebuah cinta,
Cinta yang katanya membuat aku merasa bahagia
Nyatanya aku telah salah untuk menanggapinya
Kisah yang dulu kuharap bahagia,
Kini telah menjelma menjadi sebuah trauma.

Aku mencintaimu,
Meski cintaku ini kerap menyakitimu,
Ini bukan salah cinta, tetapi salahku yang tak bisa mengalah bergelut dengan rindu
Aku terlalu amatir untuk sekedar memilikimu
Hingga aku lupa jika dua hanya ada karena angka satu

Kepergianmu menyebabkan rindu yang amat menggebu,
Ingin rasanya rindu ini berlabuh
Mencarimu entah dimana
Meski aku sadar hadirmu nanti akan tidak terikat dengan dimensi ruang dan waktu.

Aku sadar kau tak akan kembali
Bahkan aromamu kini seolah hendak pergi meninggalkan bumi,
Senyum indahmu kini juga telah hilang pada wadah harap yang dulu sempat kita isi
Semua tentangmu kini hanyalah sebuah puisi,
Puisi yang menemaniku walau aku tau ini hanyalah sebuah ilusi.

Karena kepergianmu,
Aku mencoba mendefinisikan makna rindu,
Yaa,, walaupun berteman dengan rintik sedu
Meski rindu yang ku defenisikan ini tak beraturan
Sebab akal dan hatiku telah hancur karena kata"Kepergian"

Aku kerap lelah sebab tafsir rindu ini tak pernah terkira
Batas akal ku terkadang liar karena terpacu dalam jeratan mengira - ngira
Tak ada arti kerinduan ini jika kau tak pernah ada
Rindu ini ada sebab kau pernah hadir dalam sebuah rasa.

Tak ada yang bermakna,
Ini hanya tentang sebuah luka,
Luka yang ku rasakan semenjak dirimu telah tiada
Kau masih ada di dunia, tapi bukan dunia yang ku ingin.
Engkau berada pada dimensi lain, dimensi liar yang tak pernah aku jalin.
Saat ini engkau telah berada pada dimensi rindu
Aku dapat merasakan jika kita seakan berada pada tempat yang sama dengan waktu yang berbeda.

Jika aku dapat memutar waktu,
Aku hanya ingin bersamamu,
Aku ingin meminum kopi pahit bersama manisnya senyummu
Memandang pesona indah di wajahmu,
Aku ingin kita berdiskusi tentang hal apa saja,
Meski dengan tema "mengapa pergi hujan meninggalkan pelangi" atau "mengapa padi dapat berubah menjadi nasi".

Aku ingin kita terus berbincang,
"Tentang perjalan hari sebuah kera mencari kitab suci"
Terlihat bodoh,
Tapi aku suka ketika kau dan aku tertawa,
Aku ingin menghabiskan paruh waktu ini dengan sebuah kalimat"aku mencintaimu layaknya salju pada gunung Himalaya"

Apapun tentangmu,
Aku selalu menyukainya, meski terkadang tingkahmu sering membuatku geleng kepala,
Tetapi aku bangga bisa bersama denganmu,
Meski dunia sering menertawakan kita.

Kita pernah bermain bersama,
Tertawa kencang, tanpa beban dipundak layaknya anak - anak yang tak memiliki dosa,
Bercerita tentang hari yang telah terlewati,
Menikmati hening malam menunggu waktu pagi,
Kita pernah bertukar pikiran,
Kita pernah saling beropini tentang khayalan masa depan,
Berbincang santai sembari mengungkap perasaan.

Kau pernah berkata jika dunia itu hanya peran pendamping di antara kita berdua,
Kau berkata jika aku adalah tokoh utama
Dari sebuah cerita cinta pada dimensi yang kita ciptakan.
Aku tersenyum mendengar perkataan itu,
Terucap aamiin yang paling mendasar di dalam kalbu,
Semoga apa yang kita inginkan itu terjadi karena aku yakin tuhan maha mengetahui.

Tetapi sekarang semua itu hanyalah sebuah mimpi,
Aku tak ingin percaya, tapi kenyataan tak dapat aku pungkiri
Bisakah mimpi itu menjadi nyata wahai cinta yang selalu ku damba?
Apalah dayaku,
Aku sadar jika itu hanyalah khayalanku semata,
Syair rinduku kini tidaklah berirama
Pujangga cinta perlahan telah jompo,
Kisah kita yang indah kini telah porak-poranda,
Menciptakan segelintir Romantika Kuno.

...........

Aku ingin bercerita tentang sebuah kisah klasik yang amat berharga,
Cerita tentang perjalanan cinta dua insan yang pernah saling melengkapi.
Namun kini mereka telah usai tetapi kisah mereka tak akan pernah berakhir
Karena cinta yang akan menyatukan mereka kembali.

Puisi Romantika KunoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang