Sendirian🍂

539 112 16
                                    

.
.
.
.
.
Sikembar dan suka tengah duduk di anak tangga dengan ruangan yang menahan bokuto tadi.

"Weh gw mau nanya, kita ga ada niatan buat nyariin yang lain gitu?" tanya miya bersurai abu abu yang duduk paling atas.

"Gw sih mau aja. Tapi kan kita ga tau mereka ada disini kayak kita atau ga" kata suna yang duduk berjarak dua anak tangga dibawah osamu.

"Kog gw malah mikirin kak kita ya?" ujar atsumu. Suna dan osamu menatap bingung.

"Kenapa kalian liatin aku segitunya?" elak atsumu, suna dan osamu mengalihkan perhatiannya kearah lain.

"Pasti gara gara telpon tadi kan?" tanya suna.

"Emang atsumu ngomong apa ke kak kita?" kali ini osamu yang bertanya.

"Entah tanya ama orangnya" tambah suna.

Osamu melirik ke atsumu yang dibalas dengan celengan pelan dari atsumu.

Osamu menghela nafas lalu bangkit berdiri, "gw mau nyari yang lain, terserah kalian mau ikut apa ga. Daripada diem disini kayak orang bego".

"Loh? Lu mau kemana, sam?" teriak atsumu yang melihat Osamu terus berjalan menaiki anak tangga hingga lantai atas. Ia tidak menjawab perkataan suna.

Suna juga berdiri, pergi mengikuti Osamu.

"Sun? Lu juga?" tanya atsumu bingung.

"Gw ga mau jadi orang bego". Mereka berdua sudah tidak terlihat pandangan atsumu lagi. Ia menopang dagunya dengan tangan sambil murung.

Atsumu menghela nafas kasar. Ia menuruni anak tangga, pergi kearah bokuto berlari tadi.

"Gw heran, kenapa mereka ga mikir sejauh itu?"

"Maksudku, ayolah kita pergi berlibur karena gabut. Itu pun tidak izin ke orang tua atau mungkin ada yang berbohong kan?"

Atsumu terus berjalan sambil berbicara sendiri, kepikiran buatnya untuk menelpon kita. Ia meraba sakunya. Namun tangannya tidak merasakan benda pipih itu disaku hoddie atau celananya. Bahkan ditasnya pun tidak ada.

Barulah ia ingat, saat masuk kerumah hantu suna meminjam hpnya untuk hospot.

"Sial, HP gw masih sama suna".

Ia kembali mengacak rambutnya karena kesal.

Tanpa disadari, atsumu melewati pintu yang hanya ditutupi dengan papan yang dipaku.

Ia menghentikan langkahnya ketika ia mendengar ada suara di balik ruangan itu. Ada sedikit penerangan disitu. Ia mencoba melihat ke dalam sana melalui celah kecil.

Reflek atsumu menutup mulutnya. Matanya terbelalak melihat apa yang ada disana.

Makhluk berkepala seperti banteng dengan postur tubuh tegap telah menghabisi sekitar lima orang pria di dalam sana. Makhluk itu tampak menyeramkan dengan satu kapak berlumuran darah ditangannya.

Atsumu mundur perlahan, namun celakanya ia menginjak remahan kaca pecah yang menyebabkan suara bergesekan.

Crakkk....

Makhluk itu menoleh ke atsumu dengan mata merah menyala.

Untungnya atsumu masih tersadar, dan segera berlari menjauhi tempat itu.

"Sial... Sial... Sial"

Atsumu terus berlari hingga ia tidak sadar sudah berada ditempat lain.

"Hah... Ha... Hah... "

Ruangan itu sangat luas. Bahkan seperti lapangan dengan net usang yang masih terpasang ditiang nya.

"Ini.... Seperti lapangan? Atau gym?" tanyanya yang masih ngos ngosan.

CARNIVAL |• Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang