Rumah sakit🍂

437 94 32
                                    

.
.
.
.
.
Hinata membuka matanya dan segera menyadari dia berada ditempat yang gelap dan sepi. Kakinya tergerak untuk berlari namun tertahan begitu tempat itu berubah menjadi gym sekolah mereka. Tepatnya ia berdiri ditengah lapangan voli.

"Kageyama?"

Di sebrang net, Kageyama berdiri dihadapannya dengan bola ditangannya. Mereka berdua juga menggunakan kaos tandingnya.

Manik jingga nya terus memperhatikan rekan timnya yang juga menatap tajam dirinya.

"Kageyama, apa yang terjadi padamu?" lirihnya.

Hinata berharap kejadian itu hanya mimpi dan yang nyata adalah dimana dia berdiri saat ini.

Pria tinggi bersurai hitam itu tidak menjawab. Ia malah melempar bola voli nya ke Hinata yang langsung ditangkap olehnya.

"Kageyama, berikan aku umpan lagi" Hinata masih berharap ini nyata dan kageyama menuruti kemauannya.

Namun kageyama malah mengatakan sebaliknya.

"Aku tidak akan memberikanmu bola lagi boge. Teruskan bakatmu dengan sugawara senpai" teriaknya.

Hinata merasa ada yang aneh dengan kageyama. Tidak biasanya kageyama menyerahkan perannya sebagai setter begitu saja. Apakah kageyama akan berhenti bermain voli? Atau kageyama akan berpindah sekolah dan tidak akan satu tim lagi dengannya? Pertanyaan itu terus berputar di otaknya. Tangannya meremas baju kerahnya.

"Apa yang kau katakan kageyama? Itu tugasmu sebagai setter. Memberikan bola padaku agar bisa mencetak poin"

Hinata benar-benar tidak mengerti kenapa kageyama mengatakan itu.

"Berlatih lebih keras lagi hinata, dan jangan menyusahkan tim. Sugawara senpai setter yang hebat" ucap kageyama dengan wajah datarnya. Lalu bibirnya menarik membentuk senyum tipis.

Hinata tercengang melihat kageyama yang tersenyum dengan tulus, dan dia pun membalas senyuman itu. Tapi seketika senyumannya memudar lantaran melihat pakaian olahraga kageyama berubah menjadi hitam panjang. Dan kageyama berbalik pergi menjauh.

"Kageyama, tunggu"

Titt...... Tiittt....

Seketika ia terbangun dengan nafas terengah-engah dan keringat bercucuran. Ia menatap sekeliling dan dihadapannya seorang pria besar bersurai abu-abu hitam tengah terbaring dengan alat infus yang melekat ditelapak tangannya.

"Aku di rumah sakit. Terus tadi apa?" Hinata memegang kepalanya. Mencoba mengingat mimpi tadi yang barusan ia alami.

"Kak bokuto?" Hinata memandang kakak kelasnya yang terluka tepat di dahinya. Monitor jantung masih normal dan nafasnya pun terdengar tenang. Menandakan bokuto terlihat kelelahan.

Tidak ingin mengganggu, Hinata mencoba keluar dari ruangan itu. Mencari udara segar yang bebas dari bay obat-obatan dan antiseptik.

Masih terpikirkan olehnya tentang ia bertemu dengan kageyama. Namun ia tidak ingat apa yang kageyama katakan padanya. Pertanda apa itu? Hinata sendiri tidak tau apa maksudnya.

Dengan langkah pelan, Hinata terus berjalan melewati lorong rumah  sakit yang cukup ramai. Ia sempat melihat satu kamar pasien dengan lev dan alisa didalamnya. Alisa tampak sedang menyuapi lev makan dan memotong kan beberapa buah untuk adiknya.

Hinata hanya tersenyum dan kembali berjalan "lev sudah sadar. Baguslah".

Di ramainya lorong itu, Hinata tidak menyadari kuro melewatinya dengan perban luka yang masih melekat ditubuhnya.

Kuro segera memakai jaket hiatmnya dan dengan cepat menuruni anak tangga tanpa memperdulikan teriakan para perawat yang menyuruhnya untuk kembali ke kamarnya.

"Aku baik-baik saja. Aku benar-benar ingin m ngabisin pria tua itu" ucapnya geram entah ditujukan pada siapa.

Setelah keluar dari rumah sakit, kuro segera memberhentikan taksi dan mengatakan alamat yang ditujunya dan langsung memberikan uang ongkosnya.

Mobil melaju cepat menuju kantor polisi. Kuro yang duduk dikursi penumpang belakang menelpon seseorang, "siapkan dia diruangan itu. Aku ingin memberinya pelajaran".

Sesampainya disana, kuro segera masuk dan pergi menuju keruangan bawah tanah, tempat yang sudah ia janjikan tadi.

Didalam sana, penerangannya sangat minim. Namun lumayan banyak tahanan yang berbahaya yang ditahan disini. Salah satu ruangan yang sangat tertutup dengan dijaga dua polisi ini dimasukin kuro.

Ia disambut dengan beberapa polisi yang berdiri dibelakang meja tahanan yang dibelakangnya sudah ada seorang pria yang diborgol kuat duduk terdiam sambil tersenyum kecut ke Kuro.

"Apa yang akan kau lakukan padanya?" ternyata ada kita juga disana. Ia lebih sering membantu polisi setelah kasus ini mulai diselidiki.

"Bukan urusanmu, kita. Aku akan memperlakukan dia sama seperti dia memperlakukan kenma waktu itu".

"Membunuhnya? Itu konyol, kuro." kita memegang bahu kuro. "Bijak sedikit jika berurusan sesuatu. Teliti lebih jauh, jangan sampai kau gila hanya karena dia".

Kita pergi keluar yang dikirim oleh kuro, "ck, jangan sok menasehati".

Ia melangkah mendekati meja, lalu dengan santai ia menyuruh seluruh polisi disitu untuk keluar dan hanya menyisakan mereka berdua.

"Kau sudah sembuh, tuan rambut ayam?" ucap jhon santai yang langsung dibalas senyum paksaan kuro.

"Yaa.... Itu karena aku kuat, tuan bertopeng aneh" rahangnya mengeras menahan marah.

Jhon hanya tertawa keras yang membuat kuro semakin marah dan melayangkan tinju kerasnya ke wajah jhon hingga ia tersungkur.

Kuro mengibaskan tangannya, "gila keras banget topengmu"

Jhon bangkit dan mendudukan badannya dengan kondisi mengerikan. Topengnya retak dibagian kanan dan beberapa serpihan retakan itu hancur mengelupas dan mengeluarkan banyak darah. Kuro agak terkejut melihatnya.

"Topeng itu sudah menyatu dengan wajahnya" batin kuro.

Kali ini jhon meringis kesakitan dan berusaha menutupi wajahnya yang terluka. "Seharusnya kau dari awal, kuro" pandangannya kedepan dengan ekpresi datar. Kuro hanya memperhatikan dan menunggu apa yang akan dikatakan jhon selanjutnya.

"Aku adalah kakak angkat kenma".

Seketika waktu seperti berhenti, hening sesaat. Matanya yang masih melihat jhon terbelalak dan mulutnya sedikit terbuka. Kata-kata jhon membuat kuro berpikir apakah dia gila sampai mengatakan hal itu. Namun ia sendiri belum memastikan itu benar atau tidak.

"Jangan bilang.... "

Jhon menoleh ke Kuro yang menghampiri dan mencengkram kerah bajunya hingga tubuhnya terangkat.

"Jangan bilang kau becanda. Tidak mungkin kau yang berengsek bisa satu keluarga dengan kenma yang sudah jelas keluarganya terhormat!!" emosi kuro sudah memuncak. Ia sampai berteriak tepat diwajah jhon melampiaskan kekesalannya.

Keluarga kozume adalah keluarga yang sangat dihormati karena kerja keras dan otaknya. Ayah kenma sendiri CEO di perusahaan 3 cabang diluar negeri dan ibunya direktur tertinggi di perusahaan luar kota.

Kenma sendiri hanya bergaya biasa dan tidak ingin mempunyai pekerjaan sibuk seperti orang tuanya. Karena sifat magernya yang sudah mendarah daging ditambah ia mudah lelah. Jika memang jhon adalah kakak angkat nya, kenapa kenma tidak pernah membicarakannya?

Kuro menghempaskan tubuh jhon dan berlalu pergi.

"Bawa dia ke pengadilan atau kantor utama polisi. Dan pastikan dia mendapat hukuman mati" Kuro berkata pada polisi tadi yang menunggunya diluar, "siap".

Pria bersurai hitam ini mengacak rambutnya frustasi.

『••✎••』




Jangan lupa tinggalkan jejak. ^^

CARNIVAL |• Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang