Pedih🍂

528 107 18
                                    


Gebrakk......

Pintu didobrak keras. Kenma dan yaku tersentak kaget. Mereka berdua menyadarinya, itu pasti makhluk yang mengejar mereka tadi. Makhluk itu terus mendobrak pintunya hingga papan yang menahan pintunya mulai retak dan akan hancur.

Yaku dengan cepat menahan pintu itu dengan tubuhnya. Ia mendorong dengan punggung dan tangannya.

Kenma yang melihat itu berusaha menghalanginya, "yaku, menghindar dari sana".

"Kau sembunyi ken, aku akan........ Menyusul nanti" yaku menyuruh kenma sembunyi, tapi kenma malah ingin membantunya.

Tapi entah mengapa kakinya tidak bisa digerakkan. Kenma hanya bisa menonton yaku yang sedang berusaha menghalangi pintu masuk.

Dobrakan semakin kuat hingga memperlihatkan  celah ditengah tengah, lalu dobrakan berhenti. Yaku dan kenma terdiam ditempat. "Apakah dia sudah pergi?"

Yaku yang merasa sudah mulai aman, ia mencoba mengintip di celah celah itu. Dia tidak melihat apapun, namun kemudian........

Krakkk......

Kenma terdiam mematung. Jantungnya berdegup kencang. Matanya melihat yang seharusnya tidak ia lihat. Yaku yang tadinya hanya mengintip, kini hanya diam dengan sebuah kapak dikepalanya.

"Yaku......san" ia reflek menutup mulutnya, begitu mendengar pintu didobrak keras hingga terbuka lebar. Beruntungnya kenma masih bisa menggerakkan kakinya. Bersembunyi dibalik rak buku.

Makhluk tadi masuk keruangan itu. Menyeret kapaknya yang masih tertancap dikepala yaku. Kenma yang melihat itu hanya bisa menangis dan menutup mulutnya agar tidak terisak.

Sungguh, hari ini dia sangat ketakutan, setelah insiden terjatuh dari lantai rumah hantu, ia harus berusaha mencari jalan keluar saat ia dan kedua temannya disekap di sebuah ruangan sempit. Belum lagi saat mereka dikejar makhluk mirip banteng seperti saat ini ia lihat. Dan sekarang ia harus menyaksikan yaku, temannya sendiri yang kepala nya ditebas dengan keji oleh makhluk itu.

Tanpa sadar air matanya terus mengalir, namun ia  berusaha untuk tidak bersuara. Sangat menyakitkan menangis dalam diam.

Makhluk berkepala banteng itu menatap sekitarnya, sebelum ia pergi menyeret tubuh yaku yang sudah tak bernyawa.

Kenma perlahan keluar dari persembunyiannya. Ia terduduk lemas saat melihat genangan darah didepan pintu. Itu membuatnya mengingat kejadian yang barusan.

"Aarrrggghhhhh........"

Kenma berteriak, tangannya berkali-kali meninju rak buku hingga tetesan darah menetes ke lantai.

Ia benci saat ada orang yang merenggut nyawa didepannya. Itu membuatnya terus kepikiran dan sangat sulit untuk dilupakan.

"Andaikan aku tidak ikut, pasti aku tidak akan melihat ini" air matanya mengalir lagi.

"Andaikan kita tidak masuk kerumah hantu, pasti tidak akan jatuh kemari. Andaikan kuro tidak berpisah dengan kita, pasti kita tidak akan sendirian. Andaikan saat itu aku tidak berteriak, pasti makhluk itu tidak akan kemari. Andaikan yaku tidak menahan pintunya.... Hiks" ucapannya terhenti, ia terisak lagi.

"Pasti ia tidak akan di..... Hiks, tebas makhluk itu" ia benar benar tidak kuat. "Andai aku membantunya pasti sekarang kami sudah sama sama mati".

Dan kalian tau, kalau itu semua hanya dari kata 'andaikan'.











Segini dulu ya, author masih capek abis bepergian kemaren. Besok bakal up lagi kalo ada waktu ya.

Bentar lagi author mau lulus, do'ain biar dapet nilai bagus dan acaranya lancar ya. Amin^^

Jangan lupa tinggalkan jejak. Ok?

CARNIVAL |• Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang