Double up guysss
Empat tahun sebelumnya.
Yoga sedang mengadarkan pandangannya di sekitar ruang tamu—rumah milik keluarga Karina.
Tidak lama kemudian, datanglah pujaan hati waktu itu. Wanita itu duduk sebelah Yoga yang sedang bertamu ke rumahnya.
"Di minum dulu tehnya, Ga." Ucap Karina lembut sembari menatap Yoga lekat.
Laki-laki itu mengangguk dan meminum teh hangat yang baru saja Karina bikin untuknya.
"Kamu di rumah sendiri aja?" Tanya Yoga, ia menyadari bahwa di rumah kekasihnya itu sepi, iya kekasihnya yang baru ia pacari sekitar dua minggu.
Itu adalah pertama kalinya Yoga mengunjungi rumah Karina.
"Mama dan Papa sibuk kerja, adek-adek aku masih sekolah." Jelas Karina, sedangkan mereka masih jadi mahasiswa baru waktu itu, jadi jadwalnya berbeda dengan anak sekolah biasa.
Waktu sudah menunjukan pukul 3 sore, datanglah Gee dan Joshua, karena sekolahan mereka satu yayasan jadinya pulang bersama.
"Joshua ganteng pulangg," teriak adik sulungnya, tanpa menegur Karina dan Yoga yang lagi duduk di ruang tamu, anak itu lekas lari ke kamarnya untuk mengambil raket.
Lalu ia akan pergi lagi, saat melewati ruang tamu, Karina menegurnya, "mau ke mana?"
"Eh ada pacarnya Kak Karin ya?" Tebak Joshua benar, "ini aku mau maen bultang dulu. Bye!"
Setelah kepergiaan Joshua yang buru-buru, baru masuklah Gee yang agak lama di teras karena ia harus membuka sepatunya.
"Aku pulang~" sapa Gee kepada Karina dan Yoga yang di ruang tamu.
"Adek! Kenalin ini pacar kakak," ucap Karina lembut.
Gee yang waktu itu penampilannya sudah jelek karena lelah seharian belajar di sekolah, rambut yang dikuncir sudah berantakan, kancing kemeja seragamnya sudah terbuka semua, sehingga memperlihatkan kaus hitam yang ia pakai, lalu tas ransel yang harusnya dipakai di punggung, malah ditenteng oleh Gee.
"Oh, halo. Gee, adeknya Ka Karin," sapa Gee senyum tipis, lalu ia lekas pergi dari sana, ia ingin mandi dan istirahat. Tanpa menunggu respons dari Yoga
"Itu adek-adek kamu?" Tanya Yoga selepas kepergiaan adik-adiknya Karina.
"Iya, Joshua mah gak kenal lelah," Karina tersenyum gemas mengingat adiknya itu.
"Itu yang cewek namanya Gee?"
"Iya. Kenapa?"
"Cantik." Jawab Yoga refleks. Karina menatap Yoga bingung, lalu wanita itu hanya terkekeh.
Menyadari apa yang baru ia katakan, Yoga meralat perkataannya, "iya cantik kaya kamu hehe. Tapi Rin, kamu tau kan Mama aku yang ini hanya Mama sambung?"
Karina mengangguk.
"Adek kamu yang cewek mukanya kaya mendingan Mama kandung aku. Tadi pas liat dia makanya aku agak speechless. Mirip bangett~" ucap Yoga setengah antusias.
"Oh ya? Jangan-jangan Gee malah adek kamu lagi? Haha."
"Ya kali, aku kan anak tunggal. Mama aku tuh cantik, lemah-lembut, kalem, perhatian, baik hati dan pinter."
"Beda banget sama Gee. Gee itu agak macho, bahkan waktu masih kecil dia yang sering jagain aku dari anak-anak nakal. Sekarang aja dia agak cuek karena udah kelas 3 SMA, dia sibuk belajar. Tapi aslinya dia perhatian banget kok."
"Kalo gitu aku mau dia jadi adek ipar aku. Kita harus nikah sih, Rin!" Ucap Yoga semangat dengan senyuman lebarnya.
"Lah? Kenapa?"
"Siapa tau adek kamu reinkarnasi Mama aku, dan aku mau dia jadi sodara aku. Kita harus nikah ya, Rin!"
"Haha, kamu kejauhan!" Karina tersenyum lebar menanggapi ucapan Yoga yang random itu.
Mereka tidak tahu, takdir berkata lain. Yoga yang hanya menginginkan Gee sebagai adik ipar, malah menjadi istrinya sekarang.
🐯🐯🐯
Gee sama sekali tidak bergerak dari atas kasur, ia menutupi seluruh tubuhnya, kecuali kepalanya.
Yoga yang masih tidur terlelah di sebelahnya tidak merasa terusik.
"Kak... kak..." panggil Gee sembari menggoyang-goyangkan pundak Yoga yang tidur yang membelakanginya.
Yoga merasa terusik, ia menggeliat lalu membuka matanya, menatap wajah Gee di atas wajahnya, jaraknya tidak begitu dekat.
"Kenapa, hmm?" Tanya Yoga dengan suara khas orang bangun tidur.
"Aku mau mandi," lirih Gee.
Yoga melihat jam di dinding kamarnya yang ternyata sudah pukul 3 sore, 'kegiatan' mereka lumayan lama juga, pikir Yoga.
"Ya udah mandi aja, mau aku temenin?" Goda Yoga, kini ia sudah memposisikan menjadi duduk di sebelah Gee.
"Ih bukan! Ini... hmm," Gee agak ragu untuk mengatakannya.
"Kenapa?" Yoga bertanya lembut memperhatikan wajah istrinya itu, lalu merapihkan helaian rambut Gee yang menutupi wajahnya.
"Ini lho... ituu... aaa aku malu!"
"Haha, kamu kenapa sih?" Yoga gemas melihat tingkah Gee, ia menoel hidung Gee.
"Aku tuh sakit kalo bergerak! Kamu sihh!" Keluh Gee, pipinya sudah merah karena malu dan menahan kesal.
Yoga tertawa terbahak-bahak, ia mengerti maksud Gee. Karena, 'kegiatan itu' pertama kalinya untuk Gee dan dirinya.
"Haha... maaf maaf. Ya udah kamu diem aja di tempat." Yoga lekas mengambil celana boxer-nya yang tergeletak di bawah kasur, lalu ia memutari kasur untuk menggendong Gee ala bridal style.
Gee otomatis melingkari tangannya ke leher Yoga, selimut yang dipakai Gee melorot, untung saja wanita itu sudah pakai celana dalam dan bra.
Yoga membawa Gee ke kamar mandi yang ada di dalam kamar. Ia turuni Gee dengan pelan-pelan.
"Nah, sekarang kamu bisa mandi."
"Terus, kamu ngapain di sini?" Gee heran karena Yoga tidak lantas keluar dari kamar mandi.
"Ya temenin kamu, takutnya kamu butuh bantuan kan," goda Yoga, itu adalah hobi barunya membuat Gee salah tingkah.
Wanita itu menatap kesal Yoga, wajahnya sudah merah. "Pergi atau aku jedotin kepala kamu ke kaca nih!" Ancam Gee sadis, tapi itu sangat menggemaskan bagi Yoga.
"HAHAHA IYAA IYA SAYANG KUH!" Yoga tertawa puas, sebelumnya ia benar-benar pergi, ia mencuri ciuman singkat di bibir Gee.
"YOGA IH!" Teriak Gee tanpa embel-embel 'kak' lagi, setelah Yoga lari dari dalam kamar mandi.
Maklum pengantin baru aka baru jalan delapan bulan itu masih hangat karena mereka mulai saling terbuka dan menerima satu sama lain, jadinya masih hangat selayaknya pengantin baru menikah satu hari.
————
Ini part terdikit sih hehe, aku buntu mau dibikin gimana. Aku tuh mau ajak flashback dulu pertama kali Yoga dan Gee ketemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kebahagiaan || Kanemoto Yoshinori (Treasure)
FanficManusia hidup di dunia hanya mencari kebahagiaan. Tetapi, sadar tidak sadar kebahagiaan itu bukan dicari, namun diciptakan. Dengan siapapun kamu, kalau kamu ingin menciptakan kebahagiaan maka akan bahagia. Sebaliknya, jika kamu merasa sedih, maka ha...