4

136 25 19
                                    

Asa melangkahkan kakinya dengan senang. Ia kembali ke Jakarta untuk bertemu sang kekasih.

Mereka bertemu di sebuah salah satu cafe, Gee sudah menunggu di sana.

Ia melihat gadis itu duduk di kursi pengunjung, paling pojok. Suasana cafe tersebut cukup sepi.

"Hai," sapa Asa, ia lekas duduk di kursi depan Gee.

"Hai," balas Gee. Wanita itu memandang Asa dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Gee. Aku mau ngomong sesuatu sama kamu," wajah Asa sangat ceria, sepertinya hati laki-laki itu sedang baik.

"Aku juga. Tapi aku dulu," Gee memasang wajah datar, ia sedari tadi menahan tangis.

"Oh, apa?"

Gee tidak berani menjelaskan semuanya, ia lekas memberi surat dari Karina kepada Asa.

"Tolong dibaca sampai selesai," lirih Gee.

Perasaan Asa merasa tidak enak, pria itu lekas membacanya sampai selesai.

Wajah Asa berubah kecawa, ia menatap Gee. Mata pria itu sudah merah, menahan emosi yang kini ia rasakan.

"Maaf," lirih Gee. Tenggorokannya tercekat, ia menangis tetapi ia tahan agar tidak bersuara.

"Kamu terima?" Tanya Asa

"Aku bingung. Besok pernikahannya, aku baru selesai fitting gaun pernikahan dengan Bang Yoga. Tapi dia harus balik ke kantor dulu. Jadinya aku ke sini sendiri dan kita memang butuh waktu berdua." Air mata Gee sudah turun membasahi pipinya.

Asa mengusap wajahnya dengan kasar, ia mengepal tangannya, ia menahan rasa sakit di dada.

"Maaf, Gee..." Gee menatap Asa bingung, "aku minta maaf, aku belum bisa kasih kepercayaan ke keluarga kamu kalo aku mampu untuk membahagiakan kamu. Aku belum jadi apa-apa. Dibandingkan dengan Bang Yoga, aku bukan apa-apa. Kak Karin bener, Bang Yoga tepat untuk kamu."

"Sa... jangan gitu. Aku sayang kamu. Kamu sayang aku kan?" Gee menggenggam tangan Asa.

"Sayang banget, Gee. Tapi aku sadar diri, aku belum mampu memberikan kebahagiaan ke kamu. Orangtua kamu juga tidak bisa memberi aku kepercayaan." Asa mengelus pucuk rambut Gee lembut.

Ia pindah duduk menjadi di sebelah Gee.

Tanpa berbicara lagi, Asa memeluk Gee yang dibalas oleh perempuan itu.

Suara isakan itu terdengar dengan jelas.

Mereka menangis. Asa melonggarkan pelukan mereka, mereka saling menatap satu sama lain dengan posisi yang cukup dekat.

Asa merapihkan rambut Gee yang menutupi wajah cantik Gee. Ia tersenyum tipis.

"Aku percaya sama Bang Yoga, dia pria baik. Aku ikhlas kalaupun harus lepasin kamu untuk Bang Yoga."

Gee menggeleng, air matanya juga tidak mau henti.

"Ini sakit banget, Gee. Tapi aku harus terima. Dari awal juga kita udah melawan restu orangtua kamu. Ini akhirnya. Benar apa kata orang, kalau first love itu tidak akan berhasil." Itu adalah kalimat terpanjang yang pernah pria itu lontarkan kepada Gee.

"Sa. Maaf," lirih Gee. Wanita itu bingung harus berkata apa lagi.

"Sebelum kita benar-benar lepas. Let me kiss you for the first and last time," ucap Asa pelan.

Pria itu mengikis jarak antara mereka, ia menarik pinggang Gee dan menyatukan bibir mereka. Saling membalas dengan ciuman yang lembut, memberi kehangatan dan tidak menuntut.

Kebahagiaan || Kanemoto Yoshinori (Treasure)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang