"Gama pergi ya Ma."
Risa mengangguk. Dan kembali menyibukkan diri dengan tanamannya.
Gama menghela nafasnya lelah, sejak dua tahun lalu sikap Risa berubah terhadapnya. Risa tidak sehangat dulu. Semua karena Risa tahu apa yang ia lakukan pada Gina. Karena Risa terus menerus menanyakan keberadaan Gina yang tidak pernah mengunjunginya lagi, akhirnya Gama jujur. Ia menceritakan semuanya tanpa terkecuali. Risa kecewa. Gina sudah ia anggap seperti putrinya sendiri, Gina lah yang membuat kerinduan Risa terobati. Di mata Risa, Gina adalah anak yang sangat baik dan kuat. Risa juga tau apa yang terjadi pada keluarga gadis itu.
Sementara Hari, Papanya. Ia hanya diam. Tidak bereaksi apapun, tapi dalam hati Gama ia juga mengetahui jika Hari sama kecewanya dengan Risa.
Saat ini Gama sedang menuju bandara dengan di antar oleh supirnya. Setelah lulus beberapa bulan lalu ia mendapatkan tawaran pekerjaan di Sydney, dari rekomendasi yang diberikan oleh pihak kampusnya. Ajaibnya ia di terima dengan ke lima temannya. Tentu saja ada Mia di dalamnya. Hubungannya dengan Mia juga tidak ada kemajuan, entah lah Mia sudah beberapa kali memberikan sinyal pada Gama, namun hati Gama masih tertuju pada Gina. Entah dimana gadis itu berada, Gama pun tidak tahu. Sosial medianya mendadak menghilang.
"Oi Gam!"
Gama menoleh ketika melihat Adrian melambaikan tangannya.
"Gila gue beneran ga sabar banget. Gue juga ga nyangka bisa keterima bareng kalian." Pekik Nataya senang. Tidak kalah dengan Alaia dan Mia yang juga terlihat senang.
"Yuk udah telat nih." Ucap Farel.
Mereka mengangguk kemudian berjalan beriringan.
"Yang jemput siapa?"
"Kata Pak Adam kan katanya namanya Adelard. Dia alumni kampus kita juga tapi dua tingkat di atas kita, itu loh mantan ketua BEM." Alaia menjawab pertanyaan Farel.
"Dia kerja di perusahaan yang sama?" Tanya Gama.
"Katanya sih gitu, dia dapet rekomendasi dari kampus juga."
Mereka mengangguk. "Eh itu dia!"
Terlihat disana seorang pria berpakaian cukup tebal sedang melambaikan tangannya. Menang saat ini cuaca cukup dingin.
"Lo Adrian?"
Adrian mengangguk. "Salam kenal, gue Aderald."
Adrian membalas uluran tangan Adelard. Kemudian menoleh ke arah teman temannya yang lain. "Kenalin juga Bang ini temen temen gue."
"Panggil Adelard aja, dan jangan terlalu kaku. Kita cuma beda dua tahun."
Mereka memperkenalkan dirinya satu persatu. Namun Gama mengeryitkan dahinya bingung ketika mata Adelard terlihat berbeda ketika mereka berjabat tangan, ia hanya mengendikan bahu acuh.
Adelard menaikkan alisnya ketika mendapati jabatan tangannya tidak berbalas.
Nataya menyenggol lengan Mia, karena Mia hanya diam saja. Seolah tersadar Mia membalas uluran tangannya dan tersenyum manis. "Gue Mia, salam kenal Adelard."
Sementara Adelard hanya mengangguk. "Kalian bisa ikut gue, sorry kalau parkirnya jauh."
"Gapapa kok, santai."
Mia tidak memutuskan pandangannya dari tubuh Adelard. Mia kagum pada pandangan pertama. Pahatan wajah Adelard begitu sempurna, ia yakin bahwa semua wanita akan setuju terhadapnya. Iris mata abu abu, alis tebal, hidung mancung dan rahang yang tegas. Dari pakaian yang terlihat tebal pun tidak bisa menutupi tubuh tegap dan atletis yang pria itu miliki. Bahkan bisa di bilang Adelard jauh lebih di atas Gama yang notabennya pria idaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
TERIKAT
Teen FictionKisah Gina yang memiliki hubungan rumit dengan teman semasa kecilnya. Ia terikat dalam hubungan tanpa ikatan. Bagaimana bisa Gina terikat pada seseorang yang bahkan tidak pernah mengikatnya. Bukan ia tidak bisa melepaskan diri, tapi melepas Gama sam...