6. SHOULDN'T IT BE?

44 3 0
                                    

Gina berjalan dari blok menuju blok lainnya, menuju arah kantor penerbit yang sudah setahun bekerja sama dengannya. Saat memutuskan untuk meninggalkan tanah airnya Gina berjuang keras untuk hidupnya. Dan pilihannya jatuh pada Sydney. Tidak mudah bertahan sendirian disini, namun dengan semangat yang diberikan oleh sekelilingnya membuat Gina kembali bangkit.

Beberapa minggu sebelum kejadian terakhir yang membuatnya harus pergi, Aderald menghubunginya, meminta bantuan atas kejadian yang tidak ingin Gina ingat lagi. Gina menyetujui untuk membantu Aderald namun dengan syarat Aderald juga harus membantunya untuk pergi dari Indonesia, tentu saja Aderald menyetujuinya. Pria itu juga yang membantunya untuk mengurus perpindahan kuliahnya dari indonesia ke salah satu universitas di Sydney, tentu saja mudah. Aderald mempunyai akses khusus pada beberapa universitas atas prestasi yang ia punya.

Berkat Aderald juga lah yang memberikannya semangat dan terus menerus memotivasi Gina hingga kini Gina bisa membuka toko bunga, dan bekerja sebagai penulis di salah satu penerbit di kota ini.

Fokus Gina kini tidak lah pada masa lalunya, Gina hanya berfokus pada keluarga dan masa depannya.

Drtt drtt

Gina tersenyum ketika melihat nama yang tertera di ponselnya.

"Halo Flo?"

"Nah ini udah di angkat nih. Ayo ngomong."

"Mami.."

Terlihat diseberang sana Flo bersama dengan seorang gadis mungil yang sedang menampilkan wajah sedikit cemberut.

"Iya sayang? Ada apa? Are you happy?"

"I'm happy, but i'm miss you."

"Sabar ya, dua hari lagi udah pulang. Katanya kangen sama Oma."

"Heum."

"Nanti kalau udah pulang, Mami jemput."

"With Daddy?"

Gina sedikit terkikik geli melihat wajah berseri diseberang sana.

"Sure sayang."

"Yeay! I love you."

"Bye Mami, aku mau beli ikan."

Belum sempat Guna menjawab gadis kecil itu sudah lebih dulu berlari menghampiri seorang wanita paruh baya dibelakangnya.

"Bener bener ga bisa banget ga liat muka lo walau sejam."

"Titip ya Flo. Have fun."

"Thanks ya. Inget pesen gue kemarin."

"Okay. See you."

Gina menghela nafasnya, ada perasaan bersalah ketika mengingat kejadian beberapa tahun lalu. Namun tidak ada pilihan lain selain menjalaninya.

Gina menoleh ketika mendengar suara ketukan pintu, kemudian mempersilakan orang itu untuk masuk.

"Excuse me Mam, Untuk bunga di tanggal 20 ingin dibawa pada jam berapa?"

"Akan saya bawa sekitar jam 9 pagi."

"Baik. Akan saya siapkan. Terimakasih."

TERIKATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang