Sudah genap sebulan Gama tinggal di Sydney. Setelah kepulangan Gina dari rumah sakit ia belum berbicara dengan gadis itu, selalu saja ada halangan yang membuatnya gagal mendekati Gina. Entahlah Gina yang berusaha menghindar darinya atau memang semesta belum berpihak padanya. Dan akhir akhir ini juga Mia selalu gencar mendekatinya terus menerus hingga membuat Gama risih. Dan juga yang membuat Gama semakin gusar adalah kehadiran gadis kecil di sekitarnya. Lily. Ternyata gadis kecil itu ikut tinggal bersama dengan Gina dan Aderald. Mereka tentu saja terlihat seperti keluarga kecil yang bahagia. Dan Gina seperti sudah mendalami perannya sebagai seorang ibu. Dari menyiapkan sarapan untuk Aderald dan juga Lily. Mengurus hal apapun mencangkup kedua orang tersebut. Tentu saja juga memperlakukan dan melayani Lily dan Aderald dengan sangat baik.
Ucapan Adrian membuat tidur Gama akhir akhir ini juga tidak tenang.
"Tapi Lily kenapa mirip banget sama lo ya Gam?"
Memang mata itu bulat nan indah itu sama seperti miliknya. Hidung dan juga bibir yang Lily miliki sama persis dengan bentuk milik Gama. Tapi hal amat sangat mustahil bukan jika Lily adalah anaknya. Mereka tidak pernah melakukan--
Gama menggelengkan kepalanya menjauhkan pikiran buruk dari pikirannya. Tidak mungkin. Itu hanya kebetulan saja. Tapi tidak bisa memungkiri jika Gama merasa memiliki ikatan pada Lily entah apa itu.
"Halo Lily."
Lily yang sedang asik melihat buku gambar cerita pun menoleh dan menyunggingkan senyum manisnya.
"Wah buku baru ya?" Tanya Gama basa basi.
Lily mengangguk dengan semangat. "Mami abis kasih aku hadiah karena kemarin aku dapat nilai excellent dari Miss."
"Oh iya? Wah Lily hebat."
Gama juga baru mengetahui jika anak seusia Lily sudah bisa bersekolah. Walau hanya untuk belajar tentang berkenalan dan bersosialisasi. Setiap pagi sebelum Gina berangkat ke toko bunganya ia terlebih dulu mengantarkan Lily untuk pergi ke sekolah tentu saja mereka diantar oleh Aderald. Namun jika pulang sekolah terkadang Lily akan di jemput oleh Ilenne. Dan Ilenne akan menemani Lily di apartemen sampai menunggu Gina pulang. Gama juga tadi sempat berbicara dengan Ilenne untuk membiarkan Gama berbincang berdua dengan Lily, walau sempat mendapatkan penolakan Gama berusaha meyakinkan Ilenne bahwa ia hanya ingin berbicara ringan dengan Lily, barulah Ilenne mengizinkannya.
"Lily kalau pulang sekolah suka di jemput sama Aunty Ilenne ya?" Tanya Gama basa basi. Ia tidak akan bertanya dengan pertanyaan berat walau rasanya ingin sekali.
"Iya kalau Mami kerja, aku sama Aunty Ilenne. Kadang juga sama Tyna."
"Daddy ga pernah jemput Lily di sekolah?"
"Enggak." Lily menggeleng. Ia masih sibuk membolak balikan halaman buku bacanya. "Daddy kan kerja. Tapi aku sering kok ke kantor Daddy sama Mami."
Ia sudah beberapa kali mendengar jika Gina sering mengunjungi Aderald di kantor, tapi entah kenapa Gama tidak pernah berpapasan dengan gadis itu secara langsung. "Oh iya? Lily sering ke kantor Daddy?"
"Heum."
Gama menggeserkan tubuhnya sedikit lebih dekat ke arah Lily dengan gerakan pelan tentu saja. "Lily tau gak nama Om siapa?"
Lily menoleh ke arah Gama dengan alis bertaut. "Om itu apa?"
Gama terkekeh. Ia juga mengetahui tentang Lily yang belum begitu banyak mengenal kosa kata Bahasa Indonesia. "Om itu sama dengan Uncle. Om itu bahasa Indonesia dari Uncle."
"Oh... Terus tadi Uncle tanya apa?"
"Lily tau ga nama Uncle siapa?"
"Tau. Dama." Ucapnya dengan ekspresif sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
TERIKAT
Teen FictionKisah Gina yang memiliki hubungan rumit dengan teman semasa kecilnya. Ia terikat dalam hubungan tanpa ikatan. Bagaimana bisa Gina terikat pada seseorang yang bahkan tidak pernah mengikatnya. Bukan ia tidak bisa melepaskan diri, tapi melepas Gama sam...