12. LITTLE GIRL

47 2 0
                                    

"Mami?!" Pekik mereka bersamaan. Bahkan Gama sudah melototkan matanya.

"I--itu anak Lo?" Celetuk Farel yang terkejut melihat gadis kecil yang baru saja memasuki ruang rawat Gina.

"Gina?" Lirih Nataya yang tanpa sadar menyebutnya dengan nama Gina.

Semua mata tertuju pada gadis kecil itu. Menatapnya dengan penuh tanda tanya.

Gina pun juga ikut terkejut, namun keadaannya masih sangat lemas. Ia menatap gadis kecil yang kepalanya menyembul di brankarnya. Matanya gadis kecil itu pun sudah berkaca kaca ketika melihat tangan Gina yang sedang di infus.

"Mami... Are you sick?" Ucapnya lirih nyaris menangis. Ia berusaha meraih tangan Gina walau tinggi tubuhnya tidak bisa menyaingi brankar.

Kembali mereka terkejut ketika mendapati seseorang memasuki ruangan mereka. "Astaga Lily, kenapa lari. Kamu lupa ya--oh my Gosh!" Ucapannya terhenti ketika melihat orang orang yang tidak ia kenal di dalam ruangan Gina.

Ilenne dengan sigap menaikkan Lily ke atas brankar agar lebih menjangkau Gina.

"Thank you." Ucap Gina. Kemudian ia memeluk gadis kecilnya yang sedang menangis sembari menenangkan. "Mami okay, don't worry sayang. Maafin Mami."

"Huhu Mami sakit, Mami jangan sakit Mami."

"Mami okay. Maafin Mami ya."

Gina menghela nafas lega ketika mendapatkan anggukan dari gadis kecilnya. Ia mengabaikan tatapan bingung sekaligus terkejut dari sekelilingnya. Entah lah kedatangan Lily sama sekali di luar dugaannya. Setelah ini ia harus menghadapi berbagai macam pertanyaan dan juga kemungkinan buruk pikiran dari orang orang yang ada disini.

"Hey. Jangan di pelukin terus Maminya. Mami kan lagi sakit, ntar tambah sakit kalau kamu peluk."

"Aku kan kecil Tyna jadi ga mungkin Mami sakit lagi, Ya kan Mami kan?" Ucap Lily dengan muka yang memerah sehabis menangis.

"Ye bocil. Jawab aja lagi."

"Flo, enough." Sanggah Gina dengan suara pelan.

Flo mencebikkan bibirnya. "Eh iya rame banget, temen lo sist?" Ucapnya mengedarkan pandangan, ia sedikit kikuk ketika berapa pasang mata menatapnya dengan pandangan yang intens.

"Halo, gue Alaia." Ucap Alaia ramah.

"Floryna. Panggil aja Flo." Ucap Flo dengan riang.

"Wajah lo bule banget, gue kira lo ga bisa bahasa Indonesia."

"Bokap gue orang indo, terus kebanyakan temen gue juga orang indo. Jadi emang udah biasa sama bahasanya."

Floryna Mahia Robert. Gadis berketurunan Australia-Indonesia itu selain wajahnya yang lebih dominan sebagai bule, ia juga adalah sosok yang periang, kadang juga ia jahil. Ayah Gina adalah seorang pengusaha interior terkenal di Sydney, sedangkan Mamanya adalah seorang designer ternama. Entah apa yang di pikiran gadis itu hingga ia mau berteman dengan Gina yang notabennya hanya gadis biasa. Gina kenal gadis ini karena ia adalah sahabat dekat Gina selama ia melanjutkan kuliahnya disini. Flo juga yang membantunya selama berada disini selain Aderald tentunya. Ia juga sayang pada Lily. Flo tahu semua cerita tentang Lily, tanpa terkecuali. Bukan Gina yang menceritakannya, Flo tidak pernah bertanya karena ia menghargai perasaan Gina. Flo sendiri lah yang menyimpulkan segala tentang cerita Gina baru ia memahami siapa Lily dan bagaimana bisa Gina berada disini.

"Kalau ini?"

Alaia seketika tersadar. "Oh iya ini kenalin temen temen gue."

"Hai. Gue Flo." Flo menghampiri seorang pria yang sedang duduk di sofa tak jauh darinya.

TERIKATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang