9. KEMBALI LUNTUR

49 3 0
                                    

"Hai Adine."

Gina menoleh ketika mendengar suara lain di dekatnya. Saat ini ia sedang duduk di balkon apartemennya ditemani dengan secangkir coklat hangat.

"Ada apa?"

Alaia berjalan mendekati Gina dengan takut.

"Gue boleh duduk disini?"

Alaia tersenyum ketika melihat Gina menganggukkan kepalanya dan sedikit menggeser kan tubuhnya. Akhirnya ia ikut duduk di samping Gina. "Gue mau minta maaf."

Gina yang sedang memegang cangkirnya yang hangat menoleh sedikit ke arah Alaia yang sedang menatapnya dengan tatapan redup. "For what?"

"Untuk semuanya. Maaf kalau selama ini lo ngerasa di tipu." Ucap Alaia melirih.

"Gue ga pernah ngerasa di tipu."

"Dan gue udah maafin lo jauh sebelum ini, kalau itu yang mau lo denger." Ucap Gina melanjutkan.

Alaia menatap Gina dengan pandangan kaget. Gina memaafkannya? Semudah itu?

Gina menatap lurus ke arah pemandangan kota yang sudah gelap, hanya di terangi oleh beberapa lampu. "Ga ada yang perlu meminta maaf ataupun memaafkan. Kita imbang. Kalau bukan karena kalian gue ga akan bisa di titik sekarang. Mungkin gue terus berdiri di zona dimana gue masih dalam keadaan bingung, dan mungkin aja gue ga akan bisa keluar dari zona itu. Dan juga kalian punya hak untuk memutuskan ingin berteman dengan siapapun."

"Bukan itu maksud gue.." cegah Alaia dengan cepat.

"Selama lo pergi ga ada satu hari pun gue lewatin untuk ga mikirin lo. Ini aneh. Seharusnya gue seneng kan sewaktu lo menghilang begitu aja? Tapi yang ada justru gue selalu sedih, kayak gue ngerasa kosong banget. Selama ini emang Nataya yang lebih dulu kenal dan lebih deket sama lo. Tapi sebenernya gue pengen deket sama lo jauh dari kata teman, gue pengen banget ada di samping lo terus disaat lo butuh, atau sekedar memperlakukan lo sebagaimana lo memperlakukan dengan amat sangat baik. Tapi justru gue malah ngelakuin hal yang tolol. Gue ternyata terlalu takut untuk sekedar ada di samping lo, takut karena gue yang jauh dari kata baik."

Gina menyatukan alisnya bingung mendengar ucapan Alaia. Apa sebenarnya yang gadis ini bicarakan?

Alaia terkekeh miris. "Geez. Look at you. Lo terlalu sempurna. Lo terlalu paket lengkap. Lo humble, lo ceria, lo baik, lo tulus. Itu yang bikin gue terlalu takut di samping lo. Gue selalu menyalahkan diri gue sendiri kenapa gue ga bisa seperti lo."

Gina tertawa kecil mendengar ucapan Alaia yang menurutnya lucu. Manusia memang tidak bisa menerima apa adanya diri sendiri. Bagaimana menjadikan sikap orang lain atas alasan mendasar kebenciannya pada orang lain.

"Apa gue harus berterimakasih atas semua pujian lo itu?" Ucap Gina sarkas.

Alaia tertawa. Akhirnya ia bisa di tempat dimana ketika ia berada di dekat Gina rasanya seperti dulu. "Harusnya gue yang berterimakasih sama lo. Rasanya kata maaf aja ga cukup atas ucapan gue yang keterlaluan."

Gina mengangguk. "Santai aja."

Hening. Tidak ada pembicaraan setelah itu. Keduanya hanya menatap lurus pandangan di depannya.

"Apa ini artinya kalau gue boleh manggil lo, Gina?"

Gina menggelengkan kepalanya. "Gina udah ga ada. Yang duduk di samping lo sekarang ini Adine. Gina udah pergi jauh, dia bawa pergi semua kenangan buruk di masa lalunya."

TERIKATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang