7. TIDAK BERUBAH

42 4 0
                                        

Mia menggeram kesal, saat ini ia sedang berada di balkon kamarnya sedangkan kedua temannya sedang mengobrol di dalam kamar. Semenjak kedatangannya ke Sydney Gama semakin menjauh darinya, tentu saja karena Gina. Dari ribuan kota mengapa harus Sydney yang Gina tuju.

Saat kepergian Gina dua tahun lalu Mia sudah bahagia karena ia pikir fokus Gama akan beralih penuh padanya. Namun sialnya, bukan jauh lebih dekat, Gama semakin jauh dan tak tersentuh. Mia seolah tidak mengenal Gama, tidak ada lagi Gama yang gencar mendekatinya lebih dulu, tidak ada lagi Gama yang manis akan perhatian dan perlakuannya. Selama dua tahun belakangan ini Mia lah yang lebih aktif dan berinisiatif.

Ia sudah menaruh rasa pada Gama dari awal mereka masuk universitas, Gama dengan pesona yang selalu berhasil memikat perempuan. Apapun Mia lakukan untuk menarik perhatian Gama. Dan Mia tidak akan melepaskan Gama setelah apa yang telah ia perjuangkan. Ia akan menyingkirkan apapun yang menghalanginya untuk bersama Gama, meskipun yang harus ia singkirkan adalah seorang Gina.

Nataya menyatukan alisnya bingung ketika mendapati Mia yang tengah berdiri dengan wajah yang sulit diartikan. Setelah selesai makan malam Mia sama sekali belum bersuara, ia menyadari jika sikap Mia disebabkan oleh Gama. Bagaimana tidak, Gama selalu menatap Gina tanpa terputus. Bahkan ketika Gama sedang berbicara dan menyantap makan malamnya, tatapannya hanya tertuju pada satu titik. Wajah Gina.

****

Hari pertama mereka untuk memulai kerja tidak buruk, ternyata ada beberapa karyawan baru yang ternyata diambil dari universitas juga atas rekomendasi seperti mereka. Walaupun mereka berpisah karena di tempatkan di divisi yang berbeda setidaknya mereka masih dalam atap yang sama. Perusahaan mereka juga bisa di bilang cukup besar, terlihat dari rupa gedung yang menjulang sangat tinggi juga interior dalamnya yang sangat mewah.

Namun Mia tidak melihat keberadaan Adelard disini, bukankah pria itu mengatakan jika ia bekerja di tempat yang sama? Kemana pria itu. Semenjak menepaki gedung ini, sampai tiba jam pulang pun Mia tidak melihat keberadaan Adelard.

"Kenapa lo?" Tanya Alaia yang melihat Mia seperti sedang mencari seseorang.

"Eh engga. Bikin kaget aja sih lo Ya!"

"Ya abis lo kayak mau maling, celingak celinguk gitu. Cari siapa sih?" Alaia otomatis ikut mengedarkan pandangannya sekeliling.

"Eh.. Anu.. Engga.. Gue cuma liat liat aja tadi."

"Kayak orang udik deh lo." Celetuk Farel.

"Ish Farel!" Mia memberengut mendengar ucapan Farel. Wajahnya menolehkan ke arah Gama yang sedang berjalan di sampingnya dengan pandangan datar ke arah depan. "Gam. Farel tuh gangguin gue mulu."

"Buahahaha di cuekin anjay." Gelak tawa Farel terdengar ketika melihat Gama yang berlalu saja tak menghiraukan ucapan Mia yang seolah sedang mengadu padanya.

"Udah udah yuk balik, gue capek banget gatau kenapa. Baru pertama kali kerja udah ringkih aja badan." Ucap Adrian yang sedang memijit pelan punggungnya.

"Belum terbiasa aja Dri." Jawab Nataya menenangkan.

"Iya sih kayaknya.."

****

Gama sedang berdiri di sudut ruangan dapur, ia sedang memperhatikan Gina yang sibuk dengan masakannya. Gama sudah berdiri disini sekitar setengah jam yang lalu, bukan tidak mau ia menghampiri Gina namun ia yakin selangkah saja ia maju, Gina akan balas mundur. Melihat Gina walau dari jarak jauh saja sudah cukup baginya.

TERIKATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang