🚨 Mission 24

718 76 5
                                    

Waktu terus berlalu, keadaan hening ditemani deburan ombak di laut terasa oleh kelompok yang baru saja berhasil pergi dari Kanada menuju Korea Selatan.

"Apa masih lama kita sampai di Korea?" Tanya Haechan sembari mengusap revolver miliknya dengan sapu tangan.

"Mungkin sekitar 3 jam lagi kita sampai." Jawab Renjun sembari menguap, ia cukup lelah dengan misi kali ini. "Apa ada kabar dari Tuan Seo?"

Jungwoo yang berada di sebelah Renjun, menggeleng untuk menjawabnya. "Aku sudah coba hubungi Tuan Seo dan Tuan Jung, tapi tidak ada yang menjawab." Katanya dengan lesu.

"Apa mereka ada masalah, ya?" Tanya Jeno tiba-tiba. "Mereka 'kan tidak mungkin mengabaikan misi kali ini." Tambahnya.

"Coba hubungi kembali. Mungkin kali ini akan dijawab." Kata Mark yang tengah memeriksa semua senjata api yang ia bawa. Jungwoo mengangguk dan kembali menghubungi Johnny.

Beberapa saat menunggu, akhirnya Johnny menjawab panggilan mereka. "Johnny Seo disini."

"Tuan Seo, Jungwoo disini. Saya melaporkan bahwa kami berhasil menyapu bersih daerah Southarm dan kini dalam perjalanan kembali ke Korea Selatan." Lapor Jungwoo.

"Baguslah. Segera kembali kemari. Kami butuh bantuan." Jawab Johnny dari seberang sana.

"Ada apa disana, Tuan?" Tanya Jungwoo memastikan.

"Seulgi berada disini. Di Pyeongchang."

🦁

🚨

🐻

Di Seoul, Korea Selatan, kelompok lainnya sudah berada di dalam mobil menuju Pyeongchang. Johnny menyuruh mereka pergi kesana untuk membantu.

"Hei, kalian serius membawa kami?" Tanya Herin yang masih gemetar melihat suasana kota yang mulai sepi karena sebagian besar penduduk sudah dievakuasi.

"Kalau kalian tidak mau ikut, silahkan turun." Jawab Felix yang sedang memainkan revolver miliknya.

"Tidak boleh begitu, Felix." Kata Bangchan mengingatkan. Ia tatap 4 pegawainya di restoran dengan sedih. "Maaf harus melibatkan kalian."

Changbin menggelengkan kepalanya. "Tidak apa, Kak. Sudah terjadi ini." Katanya dengan tenang. Namun, 3 rekannya yang lain hanya menghela nafas menerima nasib.

"Baiklah, sebentar lagi kita sampai di Pyeongchang." Kata seorang gadis yang menjadi supir mobil, Park Jihyo. "Siapkan keperluan kalian, jangan ada yang tertinggal."

Mereka segera memeriksa barang bawaan mereka sebelum mobil benar-benar berhenti akibat pohon tumbang yang menghalangi jalan. "Oke, semuanya turun. Kita lanjut dengan berjalan." Kata gadis lain yang duduk di sebelah Jihyo, Myoui Mina.

Keadaan gelap diluar, udara dingin menusuk kulit dan tulang. Mereka yang sudah turun lantas meningkatkan kewaspadaan terhadap sekitar. "Berhati-hati saat berjalan nanti." Tambah Mina sebelum mereka benar-benar berjalan menuju Pyeongchang.

🦁

🚨

🐻

Johnny dan Jaehyun baru saja tiba di Seoul. Keadaan kota yang kosong memudahkan mereka untuk kembali ke markas tanpa perlu berdesakan. "Tuan Seo, apa yang akan kita lakukan untuk menghentikan ini?" Tanya Jaehyun sembari menatap lekat pada punggung tegap Johnny.

Terdengar helaan nafas Johnny. "Mungkin kita kembali membutuhkan bom nuklir." Katanya dengan pelan. "Tapi, aku tidak yakin jika harus menggunakan itu."

Jaehyun menganggukkan kepalanya. "Bagaimana dengan 'itu'?" Tanyanya memberi ide.

Johnny menatap Jaehyun dalam diam. "Kau yakin? Itu sangat berbahaya." Kata Johnny menolak ide Jaehyun.

"Tapi, itu satu-satunya agar kita bisa hentikan ini." Kata Jaehyun. "Walau harus ada yang berkorban untuk ini dan tidak akan ada orang bodoh yang mau melakukannya." Tambahnya dengan sedih.

"Ada."

Jaehyun terkejut mendengar jawaban dari atasannya itu. "Ada?" Tanyanya memastikan.

Johnny mengangguk. "Ada, tentu saja. Dia adalah orang paling nekat yang selalu membuat orang terkena serangan jantung akibat kelakuannya." Kata Johnny sambil tersenyum tipis.

Jaehyun terdiam memikirkan siapa yang dimaksud oleh Johnny. "Tunggu dulu." Ia tak percaya dengan apa yang ada dipikirannya. "Tidak mungkin, Tuan." Katanya.

Johnny mengangguk. "Dia akan melakukannya ketika aku setuju untuk melakukannya."

🦁

🚨

🐻

"Hattsyiim!!"

Chenle menatap Mark yang tiba-tiba saja bersin. "Kak, kau sakit?" Tanya Chenle khawatir. Jika Mark sakit dalam keadaan begini, bisa-bisa dia terbunuh begitu saja.

Mark menggeleng. "Tidak, hanya hidungku gatal saja." Katanya sambil mengusap hidung mancungnya.

"Oi, lihat, ada awan hitam disana." Lucas menunjuk lurus pada kumpulan asa warna hitam yang mengudara. "Kita akan melewati Gangneung, 'kan?"

Renjun mengangguk. "Sepertinya Seulgi datang melalui Gangneung juga. Mari kita periksa." Segera mereka pergi menuju Gangneung.

Saat sampai di pesisir pantainya, terlihat beberapa makhluk mutasi berkeliaran dijalanan. "Mengerikan sekali." Kata Jisung saat melihat mereka saling memangsa.

"Jangan dilihat begitu, nanti ketularan." Celetuk Lucas yang membuat Jisung langsung mengalihkan pandangannya. Takut ketularan.

Mereka melintas di atas daerah Gangneung. Menatap sesekali keadaan di bawah sana yang sudah kacau balau. "Masih heran dengan kelakuan Seulgi untuk semua ini." Ujar Jeno yang iseng melemparkan granat ke bawah sana.

Duarr!!

"Jeno, jangan iseng." Kata Jaemin kala melihat Jeno tertawa saat granat meledak.

Jungwoo mengambil teropong yang berada di helikopter dan melihat keadaan sekitar. "Aku belum melihat Seulgi sejauh ini." Katanya sambil menurunkan teropong. "Mungkin dia sudah mengacau di Pyeongchang."

Renjun mengangguk setuju. "Pastinya. Dia datang berjam-jam sebelum kita selesai di Kanada. Tentu dia sudah mengacau." Balas Renjun dengan menggenggam erat kemudi helikopter.

Beberapa saat lagi mereka akan tiba di Pyeongchang. Kembali bertemu Seulgi dan berurusan lagi dengannya. Apa kali ini mereka akan berhasil menumbangkan Seulgi?

Bersambung...

Halo? Masih ada yang nunggu?
Bener-bener aku malah mengabaikan book ini :"
Maaf banget
Sebagai permohonan maaf, aku bakal double up atau mungkin triple up?
Gimana kondisinya ya :>

Makasih udah baca^^
Jangan lupa vomment nya^^
Maaf kalau ada typo :'v
Sampai jumpa~

Mission ImpossibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang