🚨 Mission 5

2.3K 278 13
                                    

Warning!

Sudah 6 jam mereka berada di udara. Punggung mulai pegal. Perut mulai lapar.

"Mark, aku lapar. Aku mau ambil makan dulu, ya?" Ucap Haechan sambil menaruh alat komunikasinya.

"Aku ikut." Mark mengatur pesawat dengan mode autopilot.

Setelah memastikan pesawat sudah berada di jalur yang benar, Mark pun ikut melepaskan alat komunikasinya dan mengikuti Haechan menuju dapur.

"Kau mau makan apa, Mark?" Tanya Haechan sambil mengambil makanan beku di kulkas.

"Apa saja." Mark duduk di kursi sambil memperhatikan Haechan.

"Baiklah." Segera Haechan memasukan satu kotak makanan beku pada microwave. Mengaturnya supaya matang dengan pas.

Mark terus memperhatikan Haechan dari belakang. Tubuh Haechan sangat pas. Sedikit berisi di bagian tertentu, namun tetap terlihat ramping. Apalagi sekarang ia mengenakan kaos putih lengan pendek yang sedikit longgar dan celana jeans hitam yang pas di kakinya.

Teringat kemarin saat Haechan menculiknya. Tubuh yang pernah ia peluk itu sangat nyaman. Ditambah lenguhan pelan dari belah bibir yang penuh itu.

'Sepertinya aku sudah gila.' Mark berdiri dan berjalan menuju Haechan yang masih menunggu makanan matang.

Grep

Haechan kaget kala seseorang memutar tubuhnya. Ia tahu itu pasti Mark. Kala mereka sudah berhadapan, Mark menatap Haechan dalam.

"Mark? Ada a-mmph!"

Mata Haechan membelalak kala Mark menciumnya tepat di bibir. Pinggangnya dipeluk erat. Tengkuknya ditahan.

Haechan menatap Mark yang sedang memejamkan matanya. Sepertinya namja Kanada itu menikmati ciuman ini. Haechan dapat merasakan bibir Mark yang mulai bergerak.

"Emmph.." Haechan terbuai. Ia ikut memejamkan matanya dan mengalungkan tangannya pada leher Mark.

Mereka mulai melumat satu sama lain. Tanpa sadar, Haechan membuka mulutnya, memberi kesempatan pada Mark untuk mengekspos lebih dalam.

"Eungghh..." Haechan tidak tahan dengan sensasi ini. Terlalu luar biasa. Namun, oksigen sangat dibutuhkan hingga ia memukul pelan punggung Mark.

Mark yang mengerti segera melepaskan pangutan keduanya. Haechan segera meraup udara. Ciuman Mark memang memabukkan.

"Emm Haechan-ah, maafkan aku." Ucap Mark canggung.

"Tidak apa, Mark." Jawab Haechan yang kini wajahnya mulai memerah.

Keduanya masih saling memeluk. Terlalu nyaman untuk melepaskan pelukannya.

Tiing!

Suara microwave membuat mereka melepaskan pelukan karena kaget.

"Emm makanannya sudah jadi. Aku akan memasak satu lagi. Kau kembali saja ke cockpit." Ucap Haechan dengan grogi.

Mark mengangguk kaku dan segera berjalan ke cockpit.

🦁

🚨

🐻

"Waah Mark! Kita sampai!"

Haechan memekik senang. Sudah terlihat bandara internasional Toronto.

Mark tersenyum. Rindu juga ia dengan tanah kelahirannya. "Baiklah, ayo kita landing."

Mark mulai sedikit menurunkan setir kemudi, membuat pesawat ikut turun mendekati landasan perlahan.

Mission ImpossibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang