🚨 Mission 25

697 74 8
                                    

Dor! Dor!!

Dor! Dor!!

Kini, kelompok sebelah tengah berurusan dengan makhluk mutasi yang tiba-tiba saja menyerang mereka. Tentu agen yang sudah terlatih menembak paling depan, sedangkan 4 orang awam yang baru saja memegang senjata api beberapa jam hanya berlindung di balik pohon sembari menembak sesekali.

"Sungguh, aku tidak mau melakukan ini lagi." Kata Herin sembari menangis tersedu-sedu. Ia benar-benar ketakutan sekarang.

Jihyo yang kebetulan berdekatan dengan Herin, langsung mendekat dan mengusap rambut Herin yang sudah berantakan. "Tahan sedikit lagi, ya? Sebentar lagi ini akan berakhir." Kata Jihyo memberi semangat.

Han yang tengah menembaki makhluk mutasi yang muncul dari belakang mereka, merasakan getaran cukup keras dari bawah kakinya. "Hei, apa terjadi gempa bumi?" Tanyanya pada Felix.

Yang ditanya hanya menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku tidak meraskan gempa-"

Druughh!

Beberapa bebatuan berjatuhan dari lereng bukit. Benar ada getaran, tapi itu bukan gempa bumi. Mereka sontak mendongak dan melihat sebuah capit raksasa muncul dari balik bukit.

"A-apa itu?" Tanya Hyunjin yang terkejut melihat hal yang tak pernah ada.

Merasa itu ancaman, Bangchan segera memberi kode untuk mereka bersembunyi di balik batu besar. Setelah memastikan anggotanya bersembunyi, ia ikut bersembunyi di balik pohon terdekat.

Terlihat makhluk mutasi raksasa yang berjalan dengan perlahan menyusuri hutan sembari mengeluarkan suara yang memekakkan telinga.

"Itu pasti Seulgi." Gumam Bangchan sembari mengarahkan moncong sniper miliknya ke arah Seulgi. "Bagian mana yang harus kutembak?" Ia bertanya-tanya dalam pikiran.

Namun, belum sempat menembak, makhluk itu sudah mengetahui dimana ia berada. Dengan cepat, lengannya menyapit beberapa pohon hingga tumbang. Beruntung Bangchan sempat berjongkok untuk terhindar dari capitan itu.

"Sial. Ini akan sulit." Ia keluarkan revolver miliknya dan segera menembak ke arah makhluk mutasi besar itu.

🦁

🚨

🐻

Helikopter sudah mendarat di daerah Pyeongchang.  Mereka semua turun dan langsung menembak makhluk mutasi yang ada disana.

"Hei, aku mendengar suara aneh." Kata Chenle sembari menutup telinganya yang terasa tidak nyaman.

"Mungkin itu Seulgi. Kita susul kesana." Mark memimpin untuk membuka jalan mereka.

Ternyata di daerah ini banyak sekali orang yang belum dievakuasi. Terlihat manusia yang masih berlarian tak tentu arah menghindar dari serangan makhluk mutasi.

"Tolong aku!"

Terdengar pekikan seorang wanita yang tak jauh dari tempat mereka berdiri. Jaemin menangkap sosok wanita yang tengah merangkak dari balik rumah yang sudah hancur berantakan. "Apa kita harus menolongnya?" Tanya Jaemin pada Mark yang berada di sebelahnya.

"Silahkan kalau sempat." Jawab Mark sebelum kembali menembaki makhluk mutasi yang hendak menyerangnya.

Jaemin berlari secepat yang ia bisa menghampiri wanita itu untuk ia tolong. Namun, larinya kalah cepat dengan satu makhluk mutasi cukup besar yang berada di belakang wanita itu.

Sontak ia berhenti berlari dan menatap tak percaya pada sosok yang mengangkat tubuh wanita itu tinggi-tinggi.

"Tidak! Kumohon tolong aku!" Jerit si wanita yang memberontak.

Mission ImpossibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang