MAM || Chapter Empat Belas

356 63 4
                                    

Halloo

Karena menurutku kepanjangan jadi bab ini aku bagi dua, dan bab selanjutnya bakalan aku update besok jadi tungguin yaa.

Selamat membaca ya, fansnya neng
Hauraaa!!

14. Apa Yang Harus Diselesaikan?

..

Haura hanya diam tak terlalu mendengarkan ucapan putri Majapahit itu, ia hanya mengarahkan pandangannya kearah bangunan besar didepan sana.

Matanya langsung membulat saat dari tempatnya berdiri ia bisa melihat seorang brahmana mulai naik ke undakan bangunan itu sembari membunyikan lonceng pelan, dadanya tiba-tiba berdebar kencang, mungkin ini sudah waktunya untuk diadakannya upacara.

Ia lalu segera berlari menuju bangunan itu, menginjak sehelai mawar putih yang akan Nertaja sematkan padanya, tak mendengarkan teriakan orang-orang yg berdiri disisinya tadi. Entah apa yang sebenarnya Haura cari, apa yang ingin ia dapatkan. Ia hanya berlari saja menerobos ribuan manusia yang berdiri ditanah lapang yang luas itu. Ia hanya berlari sesuai kata hatinya.

"Ada apa dengannya?! Bintari!" teriak Arjati bingung melihat temannya yang sudah berlari itu.

"Bintari! Cepat hentikan dia Arjati!"

"Ya sang hyang widhi ada apa dengan gadis itu!"

Mereka lalu ikut berlari mengejar putri Arya mengkudu itu, Nertaja memimpin didepan sembari sebisa mungkin menjaga selendang dibahunya agar tidak terbang tertiup angin. Berbeda seperti Haura yang harus menerobos dan menabrak beberapa orang, tidak ada yang menghalangi langkah cepat sang Paduka Putri majapahit itu. Secara otomatis semua orang menyingkir memberinya akses untuk berlari.

"Bintari! Tolong berhenti ada apa?!"

Nertaja hanya bisa berteriak dan meminta sahabatnya itu untuk berhenti. Namun seakan tuli, Bintari Anindyaswari tak menggubrisnya, ia bahkan hampir terjatuh saat menabrak seorang pria berperawakan besar, membuat selendang dibahunya jatuh namun tak menghentikan langkah cepatnya.

Haura tak peduli dengan teriakan-teriakan yang memanggilnya, ia hanya harus sampai dibangunan besar itu lalu menemukan tulisan Majapahit disana seperti waktu itu, lalu ia akan kembali lagi ke dunianya, ke tempat asalnya, benar ia hanya harus melakukan itu.

Ia tak peduli dengan tatapan semua orang, ia menabrak apapun yang menghalangi langkahnya bahkan ia tak segan menabrak dayang-dayang yang membawa nampan emas besar dengan banyak koin dan pakaian serta buah-buahan didalam keranjang yang akan dibagikan untuk amal nanti, semua berserakan karena ulah putri Arya mengkudu tersebut, menimbulkan kehebohan karena kekacauan yang dibuatnya.

Namun langkah Haura yang sudah akan menaiki tangga terhenti saat pria setengah paru baya itu, Arya Mengkudu menghadangnya dengan beberapa prajurit.

"Ada apa nak? Kau kenapa? Sedang apa berlarian seperti ini? Kau mau merusak acara ini, ayo cepat pergi semua orang menatapmu!" Arya mengkudu ingin menarik pergi putrinya namun Haura menolak.

"Tolong Tuan Arya Mengkudu, jangan halangi aku sekarang. Aku harus pergi." Haura berbicara dengan serius ingin melewati Arya Mengkudu namun pria itu menarik lengannya.

"Cukup Bintari! Sadarlah! Kau sedang apa?!" Teriakan keras itu menggema mengagetkan semua orang.

Nertaja yang tadi hendak mendekat termundur kaget. Lalu kembali melangkah mendekat, "paman biar aku saja yang berbicara dengannya."

Me And Majapahit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang