***
Beuhh ... panjang banget loh ini, bosen-bosen dah lu hmm.
Belajar menghargai karya orang terlebih dahulu jika ingin dihargai. Jangan lupa tinggalkan jejak❤
6. Tragedi Tak Terlupakan
---
"Nimas, apa anda ingin memakan sesuatu?"Tidak," balas Haura singkat.
Terhitung sudah hampir dua hari Haura hanya berdiam diri didalam ruangannya, tak keluar untuk bertemu siapa pun atau menyapa siapapun.Ia hanya akan duduk di kursi panjang yang ada di dalam ruangan itu, atau jika bosan ia akan berendam di dalam sebuah ruangan yang ada di kamar itu, ruangan khusus yang berisi banyak air dan bunga.
Ia hanya tak tau harus berbuat apa di tempat asing ini, jika dikehidupan normalnya, pasti hari ini gadis itu sudah di sekolah, bertemu teman-teman, mengeluh tentang pelajaran yang sulit, atau sekedar membicarakan guru killer di sekolahnya, bahkan ia juga sering menemani Renata untuk modus melewati ruangan Mr. Romeo.
Ah, Haura tiba-tiba merindukkan sahabat-nya itu. Bahkan sekarang dia sudah menangis seseguk sembari memeluk lututnya.
Tempat apa sebenarnya ini? Kenapa di sini aneh sekali, ya ... mungkin Haura hanya belum terbiasa. Dengan bahasa yang mereka gunakan, pakaian, bahkan makanan. Kalian tau? Ini rasanya seperti mimpi, seperti tidak nyata namun benar-benar terjadi.
Sejak dua hari gadis itu hanya makan sedikit, ia hanya akan memakan makanan yang sudah ia kenal, seperti makanan dari beras ketan yang rasanya manis, orang menyebutnya wajik, atau ia hanya akan memakan olahan sayur yang dibumbui parutan kelapa.
Memang ... makanan di tempat ini tidak begitu asing, hanya tampilannya saja yang masih sederhana. Di sini juga ada tape, lepet, dan tentu saja ikan asin. Ternyata makanan ini sudah ada sejak jaman kerajaan Majapahit.
Namun Haura kadang juga bingung, waktu itu pernah ada pelayan yang menghidangkan sup yang terbuat dari daging bebek dan potongan-potongan batang pisang muda, aish! Ia belum pernah memakannya, mereka menyebutnya apa ... ah, Jurkut Harsyam.
"Mohon maaf menggangu Nimas." Seorang dayang datang dari arah pintu.
Haura yang masih sesegukkan menghapus air matanya, menurunkan kedua kakinya dari kursi lalu menatap dayang itu sambil tetap menyenderkan kepalanya kebelang seolah tidak ada niat untuk hidup.
"Ada apa?"
"Paduka tuan putri sebentar lagi menuju kemari untuk bertemu Nimas," kata dayang itu.
Haura menegakkan tubuhnya, tuan putri? Siapa tuan putri yang dimaksud?
"Tuan putri?" tanya Haura agak ragu dan langsung dibalas anggukan oleh dayang itu.
"Benar Nimas, Paduka putri Dyah Nertaja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Me And Majapahit
FantasíaApa yang ada dipikiranmu ketika mendengar nama Majapahit? Hayam Wuruk? Gajah Mada? Sumpah Palapa? Kerajaan Terbesar Di Nusantara? Ini adalah kisah seorang gadis berusia 16 tahun yang baru menginjak bangku kelas dua SMA yang terjebak dimasa lalu, di...