MAM || Chapter Tujuh Belas

377 45 12
                                    


17. Tragedi Persiapan Penyambutan (2)

...

"Kau tau tidak kejadian kemarin yang banyak dibicarakan sampai sekarang?"

"Yang mana? Oh tentang Putri Tuan Arya Mengkudu yang membuat ulah diupacara—"

"Sttt! Jangan keras-keras! Kau ini!"

Manika Wulandari, gadis berkulit hitam manis itu hanya menyimak obrolan dayang-dayang yang membicarakan Bintari Anindyaswari putri Tuan Menteri Arya Mengkudu. Gadis yang waktu itu membuatnya mendapatkan pekerjaan di keraton ini. Ia dengar gadis itu membuat ulah kemarin, dan hampir mengacaukan upacara.

Ia tidak tau kejadian sebenarnya, karena saat upacara peringatan berlangsung kemarin ia tidak berada ditempat upacara. Namun sepertnyai Nimas Bintari itu membuat kekacauan yang besar hingga dibicarakan hampir seisi keraton.

Sekarang Manika dan dua datang itu sedang menjemur beberapa kain panjang yang akan digunakkan untuk hiasan acara di keraton nantinya.

"Gendis, ayo ikut denganku Nyi Suti memanggilmu."

Seorang dayang tiba-tiba menghampiri mereka bertiga dan memanggil Gendis, gadis dengan tubuh paling kecil diantara mereka.

"Memanggilku? Mengapa?" tanya Gendis, karena tak biasanya Nyi Suti. Wanita tua yang bisa dibilang sesepuh para dayang dan sang peracik obat terkenal di kertaon itu memanggilnya.

"Tidak tau, tapi sepertinya kau diminta untuk membatu membuatkan ramuan obat untuk Paduka Pangeran,"

Gendis mengernyit. "Untuk ap—"

"Paduka Pangeran?" Manika tiba-tiba memotong perkataan dayang tadi dengan cepat. Atensinya kini sepenuhnya ia arahkan pada dayang yang baru datang tadi.

"Memang Paduka kenapa?" tanya Manika lagi.

"Aku tidak tau pasti, namun sepertinya beliau tengah dalam kondisi yang kurang sehat jadi Paduka Putri meminta dibuatkan obat dan minuman hangat lainnya," tutur dayang itu menjelaskan.

Tak perlu waktu lama Gendis pun segera bangkit mencuci tangannya dan bersiap untuk menemui Nyi Suti untuk membantu membuat obat. Gendis tau mengapa Nyi Suti memanggilnya karena ia sudah cukup terkenal bisa tau jenis dedaunan dan pandai meracik obat-obatan.

"Bolehkan aku saja yang pergi?" Gendis yang tengah mencuci tangannya pun terhenti saat gadis yang baru dikenalnya beberapa hari itu tiba-tiba menyahut.

Manika tersenyum kecil. "Tidak apa jika kau keberatan, aku hanya menawarkan diri karena kebetulan aku tau banyak mengenai obat-obatan, dulu nenekku seorang Waliyan di desaku. Jadi aku ingin membatu membuatkan obat untuk Paduka Pangeran sembari mengenal orang-orang di Keraton. Tapi jika kau keberatan tidak apa Gendis—'

"Hm, yasudah kau saja yang pergi lagi pula aku sudah terlanjur basah kuyub begini," kata Gendis sembari menunduk memperlihatkan pakaiannya yang sudah basah. "Nyi Suti juga pasti senang mengetahui bahwa kau mau belajar meracik obat-obatan. Tidak apa kan gadis ini saja yang pergi?" Gendis bertanya pada dayang yang memanggilnya tadi.

Dayang tadi mengangguk. "Baiklah kurasa tidak masalah, asalkan kau memang benar bisa membantu."

Manika tersenyum lebar. "Benarkah? Pasti aku bisa membantu. Tapi bolehkan aku berganti pakaian terlebih dahulu, mana mungkin aku bertemu Nyi Suti dengan pakaian basah begini," kata Manika langsung diangguki dayang tadi.

Me And Majapahit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang