27.

70.9K 4.6K 102
                                    

Kalau lupa alur, boleh bgt baca chapter sebelum-sebelumnya yaa

Evelyn mengecup wajah Moses yang baru saja terlelap. Moses anak yang baik, tampan, dan cerdas. Ia benar-benar beruntung. Lahir di tengah keluarga yang mapan dan penuh kasih. Dikelilingi oleh orang-orang yang menyayanginya dan mendapatkan apa yang tidak pernah Evelyn dapatkan saat seusia anak itu.

Perempuan itu menyentuh perutnya. Anak yang dikandungnya mungkin tidak akan bisa seberuntung Moses. Mereka berbeda. Moses ada karena cinta orangtuanya. Sementara janinnya tidak sengaja hadir karena kelalaiannya. Evelyn merutuki dirinya, harusnya ia tidak lupa mengonsumsi pil itu.

Lambat laun, perutnya akan membesar. Evelyn tidak akan bisa menyembunyikannya.

Evelyn terlalu takut dengan reaksi Sean. Masih terekam dengan jelas setiap kata-kata pria itu yang terus terang mengatakan tidak menginginkan Evelyn hamil.

Airmata Evelyn luruh. Jika ada yang harus terluka nanti, Evelyn ingin semua luka itu hanya untuknya asalkan anaknya bisa bahagia.

"Mas pikir kamu ke mana, rupanya ada di sini."

Suara sean yang tiba-tiba membuat Evelyn berjengkit dan menoleh ke belakang.

Sean terkejut mendapati istrinya sedang menangis. Pria itu buru-buru menghampirinya dan menghapus jejak airmatanya. 

"Kamu kenapa? Ada masalah?" tanya Sean khawatir.

Evelyn menggeleng. Perempuan muda itu memeluk suaminya dan menangis di sana.

"Evelyn, kamu kenapa?"

"Cuma teringat sama sesuatu yang harusnya nggak perlu diingat-ingat, Mas," jawab Evelyn dengan suara bergetar.

Sean tak tahu hal apa yang Evelyn ingat, tapi ia yakin itu pasti sesuatu yang sangat menyakitkan. Pria itu mencoba menenangkan istrinya dengan mengusap punggungnya.

*** 

"Anak nakal ini," desis Sean.

Moses menjulurkan lidahnya lalu meloncat dari tempat tidur. Anak laki-laki itu berlari, menghindari kejaran Sean.

"Onty, tolongin Moses."

Evelyn mengernyit bingung karena tiba-tiba saja Moses bersembunyi di balik tubuhnya. Kemudian ia tahu jawabannya saat melihat Sean datang dengan wajah kesal.

"Hei, kemari kamu."

"Onty, tolongin Moses," kata Moses sambil berusaha menghindar dari raihan tangan Sean.

"Tangkap anak nakal itu, Sayang," ucap Sean pada Evelyn.

Evelyn menurut lalu memegang tangan Moses. "Moses abis ngapain sampai om Sean marah?"

"Moses nggak ngapa-ngapain kok, Onty," jawab Moses.

"Kamu kecil-kecil udah berani bohong sama orangtua," potong Sean.

Evelyn tahu suaminya sedang kesal. Perempuan muda itu kemudian merendahkan tubuhnya sehingga sejajar dengan tinggi Moses.

"Moses beneran nggak ngapa-ngapain? Tapi om Sean marah lho. Nggak mungkin kan om Sean marah tanpa sebab."

"Moses cuma mainin laptop, kok," jawab Moses sambil menunduk.

"Cuma mainin," dengus Sean. "Dia seenaknya balesin email kolega Mas."

"Moses, lain kali jangan gitu ya. Izin dulu sama Om kalau mau pakai barang-barangnya Om," kata Evelyn lembut.

"Om Sean nggak mau minjamin Moses Handphone, Onty," beritahu Moses.

I'm SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang