35.

55.8K 3K 82
                                    

Evelyn membaca pesan masuk dari Sean. Perempuan itu mengernyitkan dahinya dengan satu pertanyaan muncul di kepalanya. Secara tiba-tiba Sean memintanya untuk mendatangi resto lain padahal tadinya pria itu mengatakan sedang menunggu.

Tak mau banyak bertanya, Evelyn mengiyakan perkataan Sean. Kemudian perempuan itu menunjukkan kepada sang sopir tempat yang dimaksud Sean.

Evelyn dan Sean tiba di tempat itu secara bersamaan. Pria itu langsung menggandeng tangan istrinya untuk masuk bersama-sama ke dalam resto. Helaan napas keluar dari bibir Sean ketika ia menempati kursi di depan Evelyn.

"Ada masalah lagi di kantor, Mas?" tanya Evelyn, ia melihat raut kelelahan di wajah Sean.

Menjawab pertanyaan Evelyn, Sean hanya memberikan gelengan. 

"Tadi kenapa Mas Sean tiba-tiba nyuruh ke sini, bukannya Mas udah nunggu di tempat sebelumnya?"

Sean membulatkan bibirnya sebelum akhirnya menjawab. "Ada orang gila di sana, gangguin Mas. Makanya Mas minta kamu datang ke sini."

Guratan di dahi Evelyn menunjukkan bahwa ia sedang berpikir dan sedikit merasa aneh dengan kata-kata suaminya. Kalau boleh dibilang, alasan Sean sedikit tak masuk akal. Evelyn sulit untuk percaya bahwa suaminya yang sudah duduk nyaman di dalam cafetaria bisa diganggu oleh orang gila. 

Namun, lagi-lagi Evelyn tak memusingkannya. Mungkin saja itu memang benar adanya dan ia hanya belum pernah melihat hal semacam itu.

Perhatian Evelyn kini berpusat pada buku menu yang diberikan oleh pelayan. Evelyn memesan menu yang sama dengan milik Sean. Begitu pesanan mereka dicatat, pelayan di usia dewasa muda itu pergi dan meminta mereka menunggu.

Sean memerhatikan wajah istrinya. Perempuan muda di hadapannya itu terlihat menarik sekali.  Sean menyesal dulunya ia sampai hati melukai perempuan yang kini menatapnya dengan tatapan polos dan selalu menuruti kata-katanya.

Dipikir-pikir, wajah Evelyn yang lembut dan manis lebih menarik mata dibandingkan dengan wajah mantan kekasihnya. Walau Sean tetap mengakui bahwa penampilan mantan kekasihnya memang lebih cocok untuk mengimbangi Sean. Menawan dan dewasa.

"Ada yang aneh di wajahku, Mas?" tanya Evelyn. Wanita muda itu segera mengambil ponsel dan berkaca. Ia mengamati wajahnya yang menurutnya tidak ada keanehan sama sekali. Make up yang dipakainya juga masih menempel dengan sempurna.

Lantas mengapa Sean terus memerhatikannya?

Evelyn takut mempermalukan Sean bila ia tampil dalam keadaan kurang baik. 

"Kamu masih terlihat seperti anak SMA," jawab Sean.

Evelyn tersenyum canggung. Menanti Sean untuk melanjutkan kalimatnya.

"Padahal sebentar lagi akan jadi ibu."

"Nggak cocok ya, Mas?" tanya Evelyn dengan memelankan suaranya.

"Bukan masalah itu, cuma nanti takutnya ada laki-laki yang jatuh cinta sama kamu terus ngajakin kamu pacaran karena mikir kamu ini  masih gadis." 

Evelyn tertawa pelan mendengarnya.  Apa ini artinya Sean sedang cemburu?

"Nggak akan ada yang bilang gitu, Mas. Liat nih aku selalu pakai cincin yang Mas kasih saat itu." Evelyn memamerkan perhiasan yang tersemat di jari manisnya.

"Aku juga simpan fotonya Mas Sean dalam dompet, jadi nanti kalau ada yang ngomong gitu, aku akan langsung tunjukin fotonya Mas Sean." Evelyn melebarkan senyumnya.

Sean tersenyum lega mendengarnya. Pria itu mengingatkan dirinya berkali-kali bahwa istrinya bukankah perempuan setipe mantan kekasihnya.

Evelyn tidak mungkin berani meninggalkannya.

I'm SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang