30.

77K 4.5K 125
                                    

Sean terus menciumi wajah istrinya. Tak peduli jika Evelyn makin kesal padanya. Karena bagi Sean istrinya dengan wajah kesal malah kelihatan makin menggemaskan. 

"Masa ngambek cuma gara-gara itu?" tanya Sean.

Evelyn menoleh ke samping. Tak mau bersitatapan dengan Sean. 

"Mas minta maaf kalau gitu," ucap Sean.

"Mas kenapa lupa? Kita udah janjian tadi pagi." 

Evelyn jelas kecewa karena Sean mengingkari janjinya untuk pergi ke undangan pesta pernikahan. Ia tadi bahkan sudah bersiap-siap dan sekarang pun masih mengenakan gaun pesta.

Sean diam, memikirkan alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan istrinya. Lama tak mendapat jawaban, Evelyn akhirnya melepaskan gaunnya dan menggantinya dengan baju tidur. 

Sean memerhatikan istrinya yang sudah berbaring di tempat tidur. Pria itu menghela napas berat lalu masuk ke kamar mandi. 

Sambil berendam, Sean mengingat kejadian siang tadi saat di kantornya.

"Sudah kubilang jangan ada yang masuk!" kata Sean marah begitu ada yang masuk ke ruangannya.

Ia sedang kesal karena ada masalah cukup serius dengan proyek yang dikerjakan. Pria itu tidak mau hal itu sampai ke telinga ayahnya. Secepat mungkin Sean berusaha agar masalah itu segera selesai.

"Kamu ternyata jadi lebih pemarah, ya Sean."

Suara itu tak asing bagi Sean. Pria itu mengangkat wajahnya dan kemudian berhadapan dengan wajah perempuan yang tak ingin dilihatnya lagi.

"Halo, sayang." Perempuan itu tersenyum.

wajah sean berubah merah padam. Dia menarik perempuan itu, keluar dari ruangannya. Namun, wanita yang telah mengkhianati Sean itu langsung menghempas tangannya.

"Kamu kenapa begini? Aku kan nggak suka laki-laki kasar," katanya sambil menatap Sean. Jemari perempuan itu hendak menyentuh dada Sean yang bidang, tetapi Sean langsung menurunkannya.

"Keluar!"

Perempuan itu mengabaikan perintah Sean. Ia justru duduk di sofa sambil mengamati ruangan Sean. 

"Masih sama seperti dulu, kamu juga kan Sean?" 

Sean tertawa mendengarnya. Semua orang bisa berubah. 

"Kamu pikir begitu ya? Salah kalau begitu," tandas Sean. 

"Aku tau kamu marah karena aku ninggalin kamu, tapi sekarang aku nggak akan ninggalin kamu Sean," ucapnya lalu bangkit mendekati Sean. 

Cara perempuan itu menatapnya membuat Sean merasa jijik. Apalagi kalimat dari bibirnya yang dulu mengaku-ngaku akan setia seumur hidup. Sean muak mendengarnya.

"Aku nggak nyangka pernah jatuh cinta sama perempuan yang nggak punya malu seperti kamu. Menjijikkan."

Perempuan itu mencoba tetap tersenyum. "Sean sayang, jangan marah lagi sama aku. Aku balik ke sini cuma buat kamu."

Sean menggeram kesal. kenapa perempuan itu masih saja mengoceh?!

"Aku tadi ketemu istri kamu. Dia nggak menarik sama sekali, ya. Wajahnya biasa aja, terus nggak tau caranya dandan. Padahal kan kamu sukanya perempuan modis."

Wajah Sean makin memerah marah. Berani sekali perempuan itu merendahkan Evelyn terang-terangan di depannya?

I'm SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang