39.

37.5K 2.2K 33
                                    

haiii
happy reading yaa ^^

.

.

.

"Mas, pulang nanti bawain aku mangga sama keripik ya."

Evelyn mendongak dan menatap Sean yang tengah tersenyum lembut padanya. Selesai memasangkan dasi suaminya, tangan wanita muda itu turun lalu memeluk pinggang Sean.

Sean balas memeluk istrinya. "Selain itu, apa ada lagi, Sayang?"

"Nggak ada. Aku cuma mau itu, Mas." 

"Kalau ada yang kamu mau lagi, telpon Mas, oke?"

Membalas ucapan pria itu dengan anggukan mantap, Evelyn kemudian mengalungkan tangannya ke leher pria itu. Lalu berjinjit untuk mencium pipi Sean bergantian.

Bonus, Evelyn mengecup bibir Sean sekilas.

"Semangat kerjanya, Mas Sean." 

Uh! Kenapa Evelyn harus bertingkah semanis ini di saat ia harus segera meninggalkannya. Sean menggendong Evelyn di depannya sehingga perempuan itu mengeratkan pelukannya pada leher Sean.

"Kamu mau nggak kerja sama Mas?" tanya Sean.

Alis Evelyn bertaut, kemudian ekspresi di wajahnya berubah antusias. "Mau, mau. Tapi kerja apa, Mas?"

"Kerjanya cuma temani mas kerja. Bayarannya gede lho, Sayang."

Evelyn pikir Sean sedang serius, tapi nyatanya pria itu sedang bercanda. Lantas Evelyn mengerucutkan bibirnya. Sean mencuri ciumannya secepat kilat dan membuat istrinya itu memprotes.

"Nggak mau, adanya nanti Mas Sean nggak kerja."

Tawa kecil Sean terdengar. Dengan gemas pria itu mengecupi pipi Evelyn sampai perempuan itu mengalihkan wajahnya. Sean membawanya ke  atas sofa lalu mendudukkan istrinya di atas sana.

Pria itu kemudian berlutut, lalu merendahkan kepalanya setelah menarik ke atas pakaian yang dikenakan Evelyn. Senyum Sean melebar. Perut istrinya makin membesar setiap harinya.

"Selamat pagi, anak Papa." Sean mengusapnya dengan lembut lalu menciumnya.

"Hari ini Papa mau kerja. Papa janji pulangnya nggak akan lama dan pesanan kamu pasti akan papa bawakan. Karena itu, kamu baik-baik sama Mama. Jangan bikin mama susah kalau nggak ada papa." 

"Siap, papa," jawab Evelyn dengan menirukan suara anak kecil.

Tatapan pria itu menghangat. Diciumnya sekali lagi perut istrinya sambil mengucapkan, "Papa sayang sama baby. Tunggu papa pulang, ya."

"Baby juga sayang papa," balas Evelyn, masih dengan suara yang ditirukan.

Sean berdiri yang kemudian diikuti oleh Evelyn. Pria itu memeluk pinggang istrinya seraya berjalan bersama keluar dari kamar menuju ruang makan. Di sana sudah ada Valerie dan Marvel yang menunggu mereka berdua.

"Lagi pamer kemesraan, heh?" tanya Marvel tatapannya terus mengikuti tangan putra bungsunya yang terus bertengger di pinggang Evelyn. Memeluk dengan posesif.

Sean mendelik lalu melepaskan tangannya saat Evelyn menduduki kursi. "Iri, Pa?"

"Siapa yang iri? Memangnya cuma kalian yang bisa manis-manis begitu? Papa sama mama juga bisa," balas pria itu lalu mengecup pipi Valerie sekilas. Wanita itu terkejut, tapi juga senang dengan perlakuan suaminya.

"Ingat umur, Ma. Kenapa harus malu-malu kayak anak abg aja." Sean tertawa kala ia menemukan respon ibunya yang malu-malu kucing.

Evelyn menepuk paha Sean lalu menggeleng, mencoba mengingatkan pria itu untuk bersikap sopan. 

I'm SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang