Pagi ini hampir saja aku ketinggalan pesawat karena terlambat bangun, semua ini akibat mimpi sialan itu. Bisa-bisanya dalam mimpi saja Mas Seto berkeliaran, padahal aku lagi asik ketjup ketjup manjah sama bule berbulu dada dan jambang lebat. Buset dah...Lo rese banget, Mas. Sumpah deh!!!
Selama di perjalanan dari Lombok menuju Jakarta, aku lebih memilih untuk membaca majalah bisnis yang disediakan pihak maskapai penerbangan. Biasanya aku memilih untuk mengerjakan beberapa pekerjaan dan mendengarkan musik. Tapi untuk pertama kalinya aku membaca majalah bisnis di pesawat, sok iya banget. Emangnya aku ngerti yang begituan? Tentu saja nggak lah, cuma mau lihat-lihat kalau ada pengusaha muda yang tampan. Ya yang 11-12 sama Mas Seto lah, lumayan cuci mata.
Kali ini isi majalahnya tentang pengusaha muda dari kalangan konglongmerat Indonesia. Aku jadi penasaran siapa-siapa saja, sih, yang ada di dalamnya. Sampai tanganku berhenti membalik-balik isi majalah di salah satu halaman. Mataku terfokus pada obyek di halaman itu, nama dan wajah yang sungguh tidak asing buatku.
"Arizza Seto Kusumo? Putra pertama Rudy Wirya Kusumo? Wajah dan namanya mirip banget sama Mas Seto?" gumamku ketika melihat nama dan foto lelaki yang sama persis seperti Mas Seto.
"Tapi masa iya Mas Seto anak dari konglongmerat pengusaha Properti itu? Aah kepo, kan, aku. Boleh nggak, ya, ini majalahnya diminta buat tunjukkin ke Mas?"
Aku celingukan mencari pramugari yang kiranya akan berjalan ke arahku. Tak berapa lama senyuman terbit di bibirku, seorang pramugari berjalan ke arahku membawa snack dan air minum.
"Mbak. Mbak," panggilku.
"Iya, Mbak. Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya ramah padaku yang sangat senang jika dapat perlakuan ramah seperti ini.
"Saya mau tanya, majalah ini boleh saya bawa pulang nggak, ya?" tanyaku polos sembari menunjuk majalah di tangan.
"Boleh, Mbak. Ini salah satu service kami pada penumpang kelas bisnis," jawabnya lembut.
"Terima kasih," ucapku pada pramugari yang kini berlalu setelah mengatakan majalah bisnis ini boleh aku bawa pulang.
Sekali lagi terima kasih Pak Johan dan Big Boss di kantor karena telah memberikanku penerbangan kelas bisnis. Setelah ini aku harus menanyakannya langsung ke Mas Seto, kenapa bisa wajah dan nama orang ini sama persis seperti dia. Aah nyebut nama dia jadi makin kangen kan, sudah pengen meluk dan aah ena ena saja.
Setelah melewati perjalanan cukup panjang dari Lombok untuk sampai di Cengkareng, sekitar 2 setengah jam aku sampai juga di tempat tujuan. Seperti yang dikatakan oleh Mas Seto, aku langsung memesan taksi online melalui aplikasi. Rasanya ingin cepat-cepat sampai apartemen dan mandi terus tidur.
"Mbak Maysa Farani?" tanya seorang bapak-bapak yang baru keluar dari mobil jenis mini bus berwarna biru metalik.
"Saya, Pak," jawabku ramah sembari berjalan ke arah mobilnya.
Bapak sopir taksi online ini membantu memasukkan koperku ke dalam bagasi mobilnya. Bisa ku lihat Bapak ini ramah, yam jujur saja aku sudah beberapa kali naik taksi online dan mendapat sopir yang kurang ramah. Kadang kalau mereka nanya tuh suka nggak sopan, sampe gedeg banget deh dibuatnya.
"Kita ke mana, Mbak?" tanya Bapak itu padaku yang baru saja duduk di kursi penumpang di belakang.
"Apartemen Mega Kuningan, ya, Pak."
"Baik, Mbak."
Sepanjang perjalanan aku lebih memilih mengecek ponsel, ku temukan banyak pesan singkat dari Mas Seto. Katanya saat ini dia sedang ada meeting, jadi tidak bisa menghubungiku mungkin sampai 2 jam ke depan. Dan sekarang aku semakin percaya dengan apa yang aku lihat di majalah tadi. Sepertinya setelah ini aku harus berpikir ulang untuk tetap menjadi Teman Tapinya Mas Seto. Terlalu berbahaya dan berisiko, aku
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Tapi???
HumorNB : Harap bijak dalam membaca, cerita ini mengandung 21+ Ini cerita tentang pertemananku dengan seorang lelaki bernama Arriza Seto Kusumo. Ditengah pertemanan yang kami jalin selama ini tiba-tiba saja semuanya berubah. Kalian ingin tahu tentangku...