Aku terus memandangi awan yang bergumpal di udara dari balik jendela pesawat. Pikiranku melayang ke beberapa tahun lalu, pertemuan pertamaku dengan Mas Seto. Saat itu aku mengambil penerbangan kelas bisnis dari Jakarta menuju Lombok, fasilitas dari perusahaan trmpatku bekerja. Kebetulan aku sudah di terima di perusahaan tambang emas ini sebelum wisuda, jadi setelah wisuda aku bisa langsung bekerja. Tidak tahu kenapa air mataku rasanya sudah di pelupuk mata saja, mau tumbah seperti pancuran air yang gak terbendung.
Kilasan memori tentang apa yang aku lihat di kelas saat itu masih membayangi pikiranku. Bagaimana bisa aku begitu naif dengan percaya begitu saja pada sahabat dan juga pacarku. Mereka bermain di belakangku, bahkan dengan teganya melakukan hal bejat itu di hari bahagiaku. Jadi waktu itu aku nangis sesugukan, rasanya perih sampai ulu hati. Terus tiba-tiba saja ada yang kasih aku sapu tangan seperti di drakor-drakor yang aku tonton. Karena dia ngasih ya sudah aku ambil saja buat hapus air mataku dan ingus yang sudah menyumbat hidungku. Setelah itu aku kembalikan ke yang ngasih, dan kalian tahu apa yang terjadi? Aku dikatain sinting sama orang itu, yang saat ku lihat wajahnya seperti sedang melihat Angling Dharma.
Buset ganteng banget itu laki, bikin aku mupeng pengen dicium. Mata, hidung, bibir, rahang tegas, dan tubuh atletisnya semua pas. Apalagi waktu dia ngatain aku sinting, aku malah senyum-senyum nggak jelas dengan mata sembab. Pasti lah aku dikatain sinting kalau kalian betapa kacaunya aku saat itu, tapi menurutku hal ini menarik. Untuk pertama kalinya ada laki-laki yang berani ngatain aku sinting. Karena selama ini mereka selalu ngatain aku unik dan ajaib.
"Lo jorok dan sinting banget, sih, jadi cewek," ketusnya saat melempar sapu tangan bekas air mata dan ingusku ke atas pahaku.
"Maaf, Mas. Namanya juga saya lagi sedih habis patah hati, jadi wajar lah kalau otak saya kadang nggak sinkron sama tindakan," jawabku polos yang membuatnya melongo nggak percaya.
"Buset. Lo kalau patah hati nggak usah nangis gitu juga kali. Cowok itu nggak cuma satu, masih banyak di dunia ini dan gue kasih tahu satu hal. Komitmen itu nggak selalu menjanjikan kebahagiaan," ucapnya panjang lebar sembari menyodorkan tisu padaku yang kembali terisak.
"Mas jago banget ngomongnya, apa Mas ini anaknya Bapak Super itu?" tanyaku yang membuatnya berani menyentil keningku kuat.
"Buset. Mas sudah melakukan KDRT ke saya," cerocosku saat memegang kening tang aku yakin merah karena sentilannya.
"Saya bukan suami kamu, jadi saya nggak ngelakuin KDRT," jawabnya sembari berbalik tidak menghadapku lagi.
"Bukan Kekerasan Dalam Rumah Tangga kali yang aku maksud. Tapi Kekerasan Dalam Ruang Terbuka,"sungutku membuatnya kembali memalingkan wajah ke arahku dan menatapku tajam.
"Beneran sinting, tapi kamu lucu. Seto," ucapnya sebelum mengulurkan tangan untukku.
"Maysa," balasku dengan cengiran yang dipaksakan di sela isakan.
Dan begitulah cerita pertemuan pertama kami, di udara dari Jakarta menuju Lombok. Akibat sapu rangan ingus yang sampai saat ini masih ku simpan, tapi aku nggak sejorok itu lah nyimpan sapu tangan beringus.
Sudah aku cuci kok, bersih dan tersimpan rapi di dalam tasku. Di ujungnya ada inisial nama Mas Seto dan aku menambahkan inisial namaku di sampingnya. Biar berasanya jodoh saja gitu. Perjalanan masih 1 jam lagi, dan aku memilih untuk mengistirahatkan mata juga tubuhku. Rasanya tubuhku remuk setelah dua jari berada dalam kuasa Mas Seto.
Apalagi tadi pagi sawahku habis digarap Mas Seto dengan sedikit kasar. Walau sudah sering kali melakukannya tapi aku masih sering merasa perih jika lama tidak disentuh. Apalagi caranya seperti tadi bagi, cukup mendadak tapi setelahnya memabukkan seperti biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman Tapi???
HumorNB : Harap bijak dalam membaca, cerita ini mengandung 21+ Ini cerita tentang pertemananku dengan seorang lelaki bernama Arriza Seto Kusumo. Ditengah pertemanan yang kami jalin selama ini tiba-tiba saja semuanya berubah. Kalian ingin tahu tentangku...