6🍰

29.5K 3.6K 45
                                    

Pagi ini Airin sedang berdiri gugup di hadapan Ezra. Semalem juga Ezra marahin satpam yang bukannya jaga rumah tapi malah tidur.

Ezra mengetukkan jarinya pada pegangan kursi sambil menatap Airin.

"Coba di itung, udah berapa kali kamu mau kabur kayak tadi malem?" Tanya Ezra.

"Saya nggak ingat." Ucap Airin.

"Delapan kali, Rin. Delapan!" Ucap Ezra sambil mendirikan badan.

"Kamu kenapa sih mau kabur? Gajinya kurang? Fasilitasnya nggak enak? Atau ada yang gangguin kamu?" Tanya Ezra.

"Saya pengen mandiri." Jawab Airin.

Dahi Ezra berkerut tidak suka. "Kamu kerja disini kan juga mandiri, kamu disini juga kerja trus dibayar kan? Nggak cuman tidur atau leha-leha  doang trus dibayar, nggak kan?" Tanya Ezra sambil memegang kedua lengan Airin.

"Nggak," jawab Airin sambil menundukkan kepalanya. Anying ini bocil serem juga woi!

"Trus kenapa mau kabur? Kamu gak suka tinggal disini?" Tanya Ezra sekali lagi.

"Suka kok," jawab Airin pelan.

Ezra menghela nafas panjang. "Ini yang terakhir aku liat kamu kabur-kaburan. Aku gak mau liat kamu kabur-kaburan kayak gini lagi." Ucap Ezra lalu berjalan menuju pintu kamar Airin.

Namun langkahnya terhenti saat akan membuka pintu. "Kamu udah didaftarin di sekolah yang sama kayak aku." Ucap Ezra lalu keluar dari kamar Airin.

"Anjing anjing anjing anjing! Mau kabur aja susah bener sial!" Umpat Airin pelan.

"Jadi gue gak bisa kabur dari sini dong, masa iya gue mati tragis kayak di novel sih." Ucap Airin sedih.

"Kalo udah kayak gini yah mending gue bikin Ezra gak usah jatuh cinta sama Ayara, daripada imbasnya ke gue." Airin menunduk menatap kakinya sambil berpikir. "Apa gue bikin Ezra suka ke gue aja kali ya? Haha."

"Eh tapi kalo ntar dia ketemu Ayara trus tetep suka ama Ayara yah percuma dong," Airin mengacak rambutnya frustasi. "Gatau ah, pokoknya tinggal hindarin si Ayara aja lah."

•••

Matahari pun telah terbenam.

Airin sedang berdiri di depan kamar Ezra, ia kesini untuk memanggil Ezra karena sudah waktunya makan malam.

Airin mengetuk pintu Ezra lalu membukanya. Sekian lama tinggal deket sama Ezra bikin Airin kadang melupakan sopan santun sama tuan mudanya.

Airin pun memasuki kamar Ezra dan ternyata Ezra sedang tidur di sofa, Airin berjalan mendekati Ezra.

"Tuan muda, bangun." Airin menggoyangkan badan Ezra pelan.

"Tuan muda, waktunya makan malam ini, bangun." Airin menepuk-nepuk pipi Ezra.

Ezra membuka matanya perlahan sambil mengerutkan alis silau. "Oo, kamu ternyata. Kirain siapa." Ucap Ezra serak lalu mendudukkan diri.

"Duduk dulu sini." Ucap Ezra sambil menepuk sofa disampingnya.

Airin paham. Setiap ia membangunkan Ezra pasti Ezra akan meminta Airin untuk duduk disampingnya agar tuan mudanya itu bisa menyender padanya.

Kalo kata Ezra sih karna bangun tidur kalo dia ngumpulin nyawa sambil rebahan pasti bakalan males bangun. Dan kalo dia ngumpulin nyawa sambil duduk tuh lemes, makanya paling bener itu yah nyender ke Airin.

Katanya sih gitu.

Airin pun mendudukkan dirinya disebelah Ezra sambil menghadap ke Arah Ezra.

Ezra yang melihat Airin sudah duduk dihadapannya pun langsung menjatuhkan kepalanya pada bahu Airin dan menghadapkan wajahnya pada leher Airin.

"Jangan lama-lama, tuan muda harus makan." Ucap Airin dan hanya dibalas gumaman oleh Ezra.

"Tuan muda udah gak marah lagi sama saya?" Tanya Airin.

"Emang aku bisa marah lama-lama ke kamu?" Tanya Ezra balik.

'anjir yakali gue baper, gak gak gak, gak boleh!'

"Airin, jangan kabur lagi," Ezra mengangkat kepalanya, menyentuh ujung rambut panjang Airin lalu menatap Airin. "Jangan pergi ninggalin aku."

Became A Male Lead ServantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang