"sayang? Kenapa Airin kamu gendong? Dia sakit?" Tanya Julius saat melihat Kim menggendong Airin.
Kim mendudukkan Airin ke sofa lalu ikut duduk disampingnya. "Tadi aku ketemu sama dia, trus dia gak sengaja nabrak kakiku, lucu banget ngeliat tubuh kecilnya, gemes. Makanya aku gendong kesini." Ucap Kim.
Julius berdiri lalu mendudukkan dirinya disamping Airin. "Anu, tuan, nyonya, saya kenapa dibawa kesini? Saya bikin salah ya?" Tanya Airin pelan.
"Nggak kok, kita cuman pengen ngobrol aja." Jawab Julius.
"Ka-kalo gitu, saya siapkan teh dan camilan." Airin hendak berdiri namun tubuhnya kembali terangkat dan didudukkan lagi ke sofa.
"Nggak usah." Ucap Kim.
"Airin, kamu seumuran sama Ezra kan?" Tanya Julius.
"Iya tuan." Jawab Airin.
"Menurut kamu, Ezra itu anaknya gimana?" Tanya Julius.
Ketika pertanyaan itu keluar, suasana menjadi mencekam.
'berasa kek di interogasi sama mertua anjir!'
"Gimana itu maksudnya gimana? Sifatnya atau sikapnya?" Tanya Airin.
"Dua duanya." Jawab Kim.
Nah ditambah aura Kim yang emang dasarnya orangnya dingin, mantap sudah.
"Em, menurut saya, sifat Tuan Muda Ezra itu baik kok, tuan muda baik banget sama saya. Tuan muda juga lucu, dan suka tertawa. Kalau untuk sikapnya, tuan muda sangat pengertian dan perhatian." Ucap Airin pelan.
Dia nggak jelek jelekkin kok, aslinya pengen banget ngomong 'anaknya tuh pemaksa, kadang sifatnya juga aneh, cuman dia tahan.'
"Lucu ya?"
"Suka tertawa ya?"
Airin keringat dingin sekarang, kenapa ini? Salah ngomong kah?
Saat Julius hendak membuka suaranya, pintu ruang kerjanya diketuk oleh seseorang.
"Pah, mah, Airin di dalem?" Ternyata orang itu adalah Ezra.
Julius membuka pintunya dan membiarkan Ezra masuk. "Kamu disini ternyata." Ucap Ezra sambil tersenyum.
Airin hanya tersenyum kaku, eskpresinya benar-benar tak nyaman. Takut salah ngomong euy yang tadi, kepikiran.
Ezra mendekati Airin dengan ekspresi senangnya. "Ayo kita main." Ajak Ezra sambil memegan tangan Airin.
"Bukannya tuan muda tadi mau tidur ya?" Tanya Airin.
"Gak bisa tidur, makanya mending kita main." Ucap Ezra.
"Ah, baiklah." Airin pun turun dari sofa.
"Kamu pergilah lebih dulu ke kamarku, siapkan mainan yang menurutmu seru buat dimainin sekarang." Suruh Ezra dan diangguki oleh Airin.
"Em.. kalau begitu saya permisi dulu, tuan, nyonya." Ucap Airin sambil membungkukkan badan lalu keluar dari ruang kerja Julius.
Setelah Airin keluar, senyum anak kecil yang ditampilkan oleh Ezra tadi langsung menghilang. Digantikkan dengan wajah datarnya yang mengintimidasi.
"Jangan ganggu Airin." Ucap Ezra.
"Kita cuman ngobrol, gak gangguin kok." Jawab Julius.
"Wajah Airin gak nyaman, obrolan apa yang kalian obrolin sampe bikin dia gak nyaman?" Ucap Ezra dengan pandangan menusuknya.
"Tenanglah Ezra, kita hanya menanyakan beberapa hal." Ucap Kim.
"Jangan ulangi lagi, jangan membuat Airin gak nyaman berada di rumah ini." Setelah mengucapkan itu Ezra pergi meninggalkan ruang kerja Julius.
"Kayak gitu lucu?" Tanya Julius pada Kim.
"Kayak gitu suka tertawa?" Tanya Kim pada Julius.
Yah, itulah sifat asli Ezra.
Ezra bukanlah anak yang murah senyum, mudah tertawa, baik hati, perhatian, dan pengertian.
Sifat asli Ezra adalah dingin, menyeramkan, kejam, dan tidak memiliki hati.
Tapi tentu saja hal itu tidak untuk Airin, Airin adalah sahabat terbaiknya. Ia tidak mau membuat Airin takut dan akhirnya menjadi jauh darinya.
Intinya Ezra gak mau kehilangan Airin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Became A Male Lead Servant
Ficção Adolescenteterperosot ke selokan jadi pindah ke dalem novel? mana jadi pelayan pula, dosa apa aku astaga.