Bel pulang sekolah baru saja berbunyi. Airin dan semua teman sekelasnya memasukkan buku ke dalam tas.
"Eh Airin, lo kenapa manggil cowok yang tadi itu tuan muda? Lo maid nya kah?" Tanya Nicho penasaran.
"Siapa? Kalian ngomongin apa? Kok gue gak diajak sih," dumel Nada sambil mengerucutkan bibirnya.
"Jadi tadi pas lo lagi ke toilet, gue liat Airin lagi bawa nampan. Gue tanya buat siapa, eh ternyata buat cewek ama cowok. Dan lo tau, si cowok dipanggil tuan muda sama Airin." Jelas Nicho.
"Lah, emang dia siapa lo, Rin?" Tanya Nada yang ikutan penasaran.
"Gue tuh apa ya? Bisa dibilang pembantu, pengasuh juga. Soalnya gue yang ngurusin dia waktu kecil." Ucap Airin.
"Ngurusin gimana?" Tanya Nada.
"Ya ngurusin anak kecil, kayak baby sitter gitu lah." Jawab Airin.
"Lo kan sama kecilnya kayak dia, kok lo yang ngurusin sih?" Tanya Nicho.
"Ya kan gue kerja disana." Jawab Airin.
"Ortu lo?"
"Udah nggak ada."
"Eh sorry, gue gak bermaksud," ucap Nada.
"Santai aja." Balas Airin. "Eh udah dulu ya, gue udah ditungguin." Ucap Airin setelah melihat chat dari Ezra.
"Bareng aja keluarnya," ucap Nicho diangguki oleh Nada.
"Iya, ayo."
Mereka berjalan keluar kelas sambil tertawa, bahkan kepala Airin dicepit oleh Nicho.
Ezra yang sedang memainkan ponselnya menoleh ke arah suara tawa Airin. Ezra menghela nafas panjang melihat Airin yang keliatannya deket banget sama temen cowoknya itu.
Ezra berjalan mendekati Airin, melingkarkan tangannya pada perut Airin lalu mengangkatnya hingga tangan Nicho terlepas dari leher Airin.
Airin otaknya lagi nge lag.
Ha? Kok?
"Ayo pulang." Ucap Ezra yang masih setia menggendong Airin.
"Anu.. tuan muda, tolong turunkan saya." Ucap Airin.
Ezra mendongak menatap wajah Airin. "Kenapa? Kamu gak suka?"
"Bukannya gitu, cuman.. malu aja diliat sama orang." Jawab Airin.
"Kamu nggak malu tuh waktu leher kamu dipeluk sama temenmu, bahkan kamu juga ketawa, tapi kenapa kalo sama aku malu?" Tanya Ezra.
Airin gak bisa jawab, otaknya tiba-tiba nge-hank
"Kenapa gak jawab?"
Karna tidak mendapatkan jawaban dari Airin, Ezra menghela nafas lalu menurunkan tubuh Airin.
"Jalan." Ezra berjalan meninggalkan Airin di belakang.
Kedua temannya dan beberapa murid terlihat shock dengan apa yang baru saja mereka lihat.
"Gu-gue duluan." Pamit Airin lalu berlari kecil menyusul Ezra.
•••
Ezra dan Airin kini sudah berada di mobil setelah mereka berdua makan di restoran.
"Airin," panggil Ezra.
Airin menoleh. "Ya, tuan muda? Kenapa?"
"Coba panggil namaku." Ucap Ezra.
Airin mengerutkan keningnya bingung, ade ape nih? "Tuan Muda Ezra?"
"Aku bilang panggil namaku."
"Maksud tuan muda, Ezra, gitu?" Tanya Airin.
Ezra mengangguk. "Gak usah pake tuan muda. Ulangi."
"Anu.. saya gak enak kalo gak pake tuan muda." Balas Airin.
"Benar ,tuan muda. Nggak seharusnya pelayan menyebut langsung nama majikannya." Sahut supir yang sedari tadi mendengar.
"Benar apa yang dibilang sama Pak Ahmad, tuan muda. Nggak seharusnya saya nyebut langsung nama tuan muda." Sambung Airin.
Ezra yang awalnya tersenyum langsung memudarkan senyumnya. Matanya melirik Pak Ahmad tajam.
"Nggak seharusnya supir menyela obrolan majikan sama lawan bicaranya." Ucap Ezra yang mendapat senyuman kaku dan canggung dari supir.
Ezra yang sedikit kesal menyenderkan kepalanya pada bahu Airin lalu menutup matanya.
'ikut campur aja sih, bangsat!' batin Ezra sambil menatap tajam Pak Ahmad dari belakang.
•••
Malam ini Airin sedang berada di kamar Ezra. Airin sedang memijat kepala Ezra sambil berdiri, sedangkan Ezra duduk di sofa.
Ini adalah salah satu hal yang Ezra suka, yaitu kepalanya dipijat oleh Airin.
"Kalo kayak gini sih bisa-bisa aku ketiduran." Ucap Ezra yang daritadi udah nutup mata.
Airin tertawa kecil. "Bukannya tiap saya pijet, tuan muda pasti bakalan tidur ya?"
Ezra mendengus pelan. "Itu karna pijetan kamu enak, makanya aku ketiduran."
"Bagus dong, kalo gitu saya bisa jadi tukang pijet." Balas Airin.
Ezra mengangkat telunjuknya lalu digoyangkan ke kanan dan ke kiri. "No, kamu gak boleh jadi tukang pijet. Kamu cuman boleh pijet aku aja." Ucap Ezra.
"Ternyata tuan muda itu posesif ya sama pelayannya." Ucap Airin.
Sedetik kemudian sebelah tangannya ditarik oleh Ezra, membuat wajahnya kini berada disamping wajah Ezra.
Ezra menolehkan kepalanya menghadap Airin, jarak mereka benar-benar dekat. Jika maju sedikit saja, hidung mereka akan menempel.
"Aku kan udah bilang kalo kamu itu sahabatku." Ucap Ezra.
"Tapi kan saya emang pelayan, yah merangkap jadi sahabat tuan muda juga sih." Balas Airin.
"Airin.. panggil namaku." Ucap Ezra dengan tatapan seperti... Memohon?
"Tuan Muda Ezra?"
"No, panggil namaku gak pake kata tuan muda."
"E-Ezra." Ucap Airin pelan.
Ezra tersenyum senang. "Bisa nggak mulai sekarang kamu panggil namaku aja? Nggak usah pake tuan muda." Pinta Ezra.
Airin tersenyum lalu menggeleng. "Nggak bisa,"
"Kenapa?" Tanya Ezra. "Aku iri ngeliat kamu manggil temen cowokmu kayak udah temenan lama, aku iri ngeliat kamu bisa ketawa sama temen cowokmu tanpa rasa canggung, aku juga iri banget ngeliat kamu deket banget sama dia kayak kalian udah kenal lama." Lanjut Ezra.
"Airin," Ezra menatap mata Airin lalu mendekatkan wajahnya, hidung mereka kini sudah saling bertemu.
"Apa aku yang udah deket sama kamu selama sepuluh taun itu nggak ada artinya sampe kamu masih kaku dan canggung sama aku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Became A Male Lead Servant
Ficção Adolescenteterperosot ke selokan jadi pindah ke dalem novel? mana jadi pelayan pula, dosa apa aku astaga.