( mystery De Lacia )Altair Marrowes ( Alinovera Darries ) POV
Sudah terhitung satu minggu aku bersekolah di Academy Six. Kegiatan yang kulakukan juga cukup monotoon. Aku hanya disibukkan dengan berbagai mata pelajaran dan tak jarang berlatih bersama Orion dan Ayumi. Kami bertiga cukup dekat akhir-akhir ini. Sedangkan Kalla sedang sibuk mengurusi berbagai organisasi yang diikutinya. Maka dari itu kami jarang bertemu.
Hari ini Orion tampak disibukkan oleh beberapa tumpukan buku di meja belajarnya. Sedangkan diriku lebih memiliki waktu senggang. Besok aku akan memilah senjata yang akan aku gunakan karena minggu depan kelasku akan mengambil test pertahanan diri di arena pertarungan. Aku memang belum menentukan senjata apa yang akan aku guanakan selama bersekolah di sini. Paling-paling juga aku akan memilih pedang sebagaimana senjata yang sering Ibu gunakan.
Kemarin, Ayumi menjelaskan kalau guru pembimbing yang akan mengajari kami adalah petarung hebat dari Kota Teristy. Kota Teristy memang terkenal akan sumber daya alam serta kandidat prajurit kerajaan yang hebat. Banyak petarung kuat berasal dari Negri Barat tersebut. Tak jarang setiap sudut kerajaan berisikan orang-orang dari Kota Teristy.
Orion menutup bukunya dengan keras. Aku menoleh padanya dengan menaikkan salah satu alisku.
"Kenapa kau?" Tanyaku penasaran melihat kegiatannya yang begitu padat pada hari libur seperti ini.
Cahaya pagi hari memasuki ruangan lebih dari dua puluh menit yang lalu. Selang waktu itu Orion masih berkutat dengan bukunya dari tadi malam.
"Akan ada praktek pengolahan sihir di kelasku minggu depan. Banyak pelajaran yang tertinggal karena aku kembali menengok keluargaku. Dan sekarang catatanku malah hilang entah kemana." Jelasnya mengacak-acak rambut hitamnya.
"Memangnya terkahir kali kau meletakkannya dimana?" Tanyaku penasaran.
"Entah, setelah kembali ke asrama banyak catatanku yang menghilang. Padahal sudah kuletakkan di nakas." Keluh Orion.
Aku tersenyum mendengar keluhan Orion. Remaja itu mulai membereskan meja belajarnya. Aku memasukkan surat yang akan kukirim ke desa dalam sebuah amplop. Rencananya aku akan mengirim surat ini bersama Ayumi dan Xander.
Pada awalnya aku hanya mengajak Ayumi untuk menemaniku ke pusat kota. Akan tetapi Xander mengusulkan dirinya untuk ikut bersama kami karena dia juga sedang ada urusan di pusat kota.
"Pinjam catatan milik Kalla saja. Gadis kesayangan guru itu pasti mencatat semua yang dikatakan guru kalian." Saranku.
"Kesayangan guru atau kesayanganmu? Sudahlah lebih baik aku meminjam catatan milik Aris daripada milik Kalla. Aku bisa diceramahi Kalla nanti." Putus Orion berdiri dari duduknya. Dia mengacak-acak rambutnya merasa frustasi.
"Kau ini bicaran apa sih? Akan kubantu mencari bukumu setelah aku kembali dari pusat kota." Ucapku meninggalkannya.
Aku keluar dari asrama pada siang hari. Sinar matahari tidak begitu menyengat hari ini. Udaranya pun cukup sejuk kuhirup. Aku berpapasan dengan Xander yang kebetulan baru keluar dari asrama. Kami berbincang sebentar sebelum memutuskan untuk menemui Ayumi yang sudah menunggu di gerbang Academy.
Setelah kami berkumpul, Ayumi segera memandu kami menuju pusat kota. Pusat Kota Revius memang selalu dipadati pengunjung entah itu dari dalam kota maupun luar kota. Banyak pedangang serta pertunjukan kecil-kecilan berjejer di setiap jalanan kota.
Aku bersama Ayumi menuju kantor pos sedangkan Xander segera memisahkan diri dari kami. Aku mengurus segala persyaratan mengirim surat serta memeberikan upah pada pengirim surat. Setelah selesai aku mengajak Ayumi makan siang pada sebuah kedai kecil di dekat kantor pos. Kami makan dengan hikmad tanpa membuka pembicaraan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Destiny a Ordinary People ( END )
Fantasy[Two Souls]Everything Is Not a Coincidence. Untuk 15 tahun ke atas. Mohon kerjasamanya!!! Terbangun menjadi bayi laki-laki setelah kematian? Aneh tidak? Aneh lahhh! Aku kan wanita lajang yang belum menikah ... Ketika ia membuka matanya kembali, dia...