The War (3)

14 2 0
                                    

( hello Vera )

Altair Marrowes ( Alinovera Darries ) POV

Bukan tanpa alasan aku mengambil keputusan ini. Aku memiliki banyak pertanyaan dan kepalaku berdengung karenanya.

"Sepertinya kau sangat membenciku sampai-sampai kau mengorbankanku." Ucap Cassia menyiapkan pedang hitam miliknya. Pedang itu terselimuti sihir khas Cassia.

"Mereka tidak bisa bergerak kan?" Tanyaku menatap lautan manusia yang melayang di langit.

"Tidak. Mereka tidak akan bisa bergerak." Jawab Cassia.

BRUKKK!

Hantaman batu besar yang terlempar membuat kami terpaksa terpencar. Para golem sialan.

Selain di dunia modern mereka tidak pernah ada. Mereka cukup merepotkan dengan ukuran mereka yang sangat besar. Aku bisa menerka-nerka mereka setinggi gedung pencakar langit di kota-kota besar.

Aku melayang menabrak batu di sana. Tidak begitu sakit memang karenanya aku lekas berdiri. Walau begitu darah segar mengalir dari mulutku. Tanganku membersihkan sisanya.

Aku melihat Cassia dengan lihai membabat habis kepala golem yang berada di depannya. Ajaibnya, kepala golem-golem itu terputus tanpa kembali menyatu.

Aku mengaliri pedangku dengan Mana yang Aku punya. Dengan sekali ayunan, cahaya putih menyilaukan membelah tubuh golem di depanku menjadi dua.

BRUKKK!

Tubuh golem itu berhamburan di udara dan menabrak tanah. Sisanya hanya aura hitam yang keluar dari dalam tubuh golem sebelum tubuh dan aura itu menghilang bagaikan debu. Ah, jadi seperti itu caranya, Aku hanya perlu mengaliri pedangku dengan Mana.

Cassia memporak-porandakan medan perang dengan kekuatannya. Setengah jumlah golem dapat kami jatuhkan dari jumlah awalnya. Kami membutuhkan waktu yang cukup lama, mungkin jika aku tak salah hitung ini sudah hari kedua.

Hanya tersisa tiga golem di depan lami. "Aku ambil bagian yang kiri." Kataku. Aku segera meluncur serta mengayunkan pedangku yang kian memutih. Keliatan pedang disertai guruh dari langit membuat dua golem secara bersamaan runtuh di tanganku. Tak tinggal diam, Cassia menebas golem terakhir.

"Apakah Cynoz hanya mengirim golem?" Tanyaku pada Cassia.

"Tentu tidak, biangnya mungkin hanya memperhatian. Entah kapan dia akan muncul tapi aku tidak peduli. Saatnya menyembuhkan mereka yang sedari kemarin berada di atas. Suara mereka sedikit berisik." Ucap Cassia mengaliri seluruh mananya ke langit-langit.

Seluruh pasukan perang milik Academy mulai menapaki tanah. Banyak dari mereka yang langsung rubuh ke tanah karena terlalu lemas. Melihat pertarunganku dan Cassia melawan begitu banyak golem hanya berdua.

Derap langkah kaki yang tengah berlari segera aku dengar. Dari belakangku, Ayumi memukul kepalaku dengan keras.

Aku terkejut bukan main. Tapi melihat wajahnya yang sembab dan matanya yang memerah sehabis menangis sepertinya aku membuat kesalagan fatal.

"Kalian terlalu ceroboh...hiks!" Katanya sebelum memeluk Cassia.

Aku tersenyum lembut menyambut kedatangan temanku lainnya. Tentu aku banyak mendapat makian dari mereka karena tindakan cerobohku. Walau begitu ketika mereka akan memarahi Cassia aku segera memelototi mereka. Aku yang mengajak gadis itu untuk bunuh diri jadi hanya aku yang patut disalahkan. Untungnya mereka paham akan sinyal yamg aku berikan.

The Destiny a Ordinary People ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang