( sang rubah )
Altair Marrowes ( Alinovera Darries ) POV
Aku tidak memberitahu teman-temanku perihal nenek-nenek yang menghampiriku tadi malam. Aku beristirahat dengan tenang sampai ketika matahari kembali muncul. Kami segera bersiap-siap.
Kami memakai tudung kami masing-masing. Aku mengetuk pintu kamar Cassia, tak lama gadis itu muncul dari balik pintu dengan tudungnya. Cassia mengajak kami untuk sarapan. Segala menu serta keperluan kami Cassia yang menyiapkannya. Kami juga tidak mempersalahkannya. Toh, kami juga tidak tahu mau makan apa pagi ini.
Cassia duduk diantara Aku dan Xander. Ia mengecek tas bawaannya dengan teliti.
"Apa yang sedang kau cari?" Tanyaku.
Xander melihat kearah tas bawaan Cassia namun lelaki itu nampak diam saja tanpa niat membantu.
"Aku hanya mengecek bubuk yang diserahkan Paman Drion." Jawab Cassia menyudahi kegiatannya.
Pelayan datang membawakan sarapan kami. Mereka meletakkan makanan yang masih panas dari nampan ke meja makan. Mata Arion berkilauan. Felix dengan cengah memukul leher belakang Arion pelan membuat Arion mengaduh.
Aris segera menyantap sup miso yang masih panas. Kami juga menyantap makanan kami masing-masing. Selesai makan, kami beristirahat sejenak sambil memikirkan langkah berikutnya.
"Kemana tempat berikutnya?" Tanya Aris.
Arion, Felix, dan Xander menatapku penuh tanya. Kalian jangan tanyakan Cassia karena gadis itu sudah mengetahui lokasi penculik itu menyekap Ayumi.
"Sebuah danau yang baru muncul tiga bulan yang lalu. Kita bisa menanyakannya pada pemilik penginapan." Jawabku penuh keyakinan.
Aku dan Cassia pergi untuk membayar biaya penginapan serta menanyakan perihal danau itu. Pemilik penginapan adalah seorang lelaki paruhbaya dengan kacamata kuno yang bertengger di matanya.
"Apakah anda mengetahui danau yang baru muncul tiga bulan yang lalu?" Tanya Cassia.
Pemilik penginapan tampak berpikir sejenak, Ia mengetuk-ngetuk dagunya beberapa kali.
"Ada salah satu danau yang baru muncul tapi sudah berlalu empat bulan. Untuk yang tiga bulan aku tidak tahu tapi letak danau yang kumaksud tak jauh dari sini." Ucap Pemilik Penginapan.
"Dimana itu?" Tanyaku tak sabar. Bagaimana keadaan Ayumi setelah 3 hari tidak ada kabar.
"Jika Kalian berjalan lurus dari penginapan ini kalian akan melihat sebuah gua yang ditutup. Gua itu dulunya adalah gua yang menghubungkan tambang dengan daerah luar. Jika Kalian melihat tambang itu sekarang sudah berubah menjadi danau."
"Bukankah tambang itu bisa saja ada karena air hujan yang memasuki gua?" Tanya Cassia mengutarakan pemikirannya.
"Tentu tidak! Tambang itu berada langsung di bawah tanah Kota Teristy. Gua itu sudah berada di perbatasan, daerah perbatasan tidak pernah di guyur hujan sama sekali. Daerah itu sudah gersang dari jaman dahulu. Tidak pernah ada hujan di sana." Bantah pemilik penginapan.
Kami berterimakasih lalu pamit pergi. Lagi-lagi danau misterius yang muncul secara tiba-tiba selalu memiliki gua di sekitarnya.
Kami menghampiri teman-teman kami. Aku segera mengarahkan mereka dengan arahan yang aku dengar dari Pemilik Penginapan. Kami membeli payung agar tudung kami tidak basah kembali.
Walau masih pagi tidak membuat hujan Kota Chelovik mereda. Bahkan matahari hanya tampak mengintip dari awan-awan di atas sana. Awan mendung berada dimana-mana. Jika aku menjadi penduduk Chelovik aku sudah muak dengan pemandangan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Destiny a Ordinary People ( END )
Fantasy[Two Souls]Everything Is Not a Coincidence. Untuk 15 tahun ke atas. Mohon kerjasamanya!!! Terbangun menjadi bayi laki-laki setelah kematian? Aneh tidak? Aneh lahhh! Aku kan wanita lajang yang belum menikah ... Ketika ia membuka matanya kembali, dia...