Berakhir

16 3 0
                                    

( bunyi lonceng yang berhenti )

Altair Marrowes ( Alinovera Darries ) POV

Aku kesal melihat wajahnya muncul dengan berani. Dia tidak menepati janjinya atau ucapannya beberapa waktu yang lalu. Menjijikkan.

"Wahh Putra Tuan Nero ikut bergabung ya? Sejak kapan anda keluar dari sangkar anda?" Tanya Cessio terdengar mengejek di telingaku.

Orion berdecih pelan sebelum menjawab. "Kau tidak perlu tahu, lagi pula yang sebentar lagi yang dikurung bukan lagi aku melainkan kau!"

"Apa yang kau lakukan di sini?!" Tanya Aris penuh penekanan di setiap katanya.

"Aku tidak bisa melihat semua temanku berjuang di sini sementara aku hanya berdiam diri di Academy. Lagi pula penjagaan Academy sangatlah ketat jadi tidak ada yang bisa menerobosnya." Jawab Orion enteng.

Aku hendak melayangkan tinjuku namun dengan sigap Aris menahan lenganku. Aku harus sabar katanya. Benar, saat ini kami sedang dalam pertempuran. Nanti setelah kembali ke Academy aku akan menghajarnya habis-habisan.

Orion membuat lingkaran sihir di bawah kami. Lingkaran sihir tersebut mengeluarkan api yang melalap habis atap bangunan. Aku dan Aris segera mencari tampat berlindung begitu juga dengan Orion. Sementara itu, Cessio masih duduk di atap itu. Dia tidak terlihat kesakitan sama sekali.

Tangannya terkibas membuat kobaran api milik Orion padam dengan sendirinya. Cessio melayang di udara. Dari punggungnya keluar sebuah sayap besar bewarna hitam pekat. Sama persis seperti milik Cassia.

"Apa itu sama dengan milik Cassia?" Tanya Aris padaku. Aku mengangguk, sejujurnya aku  tidak yakin.

Bayangan-bayangan benda di sekitar kami berkumpul di bawah bayangan Cessio. Membuat Bayangan Cessio terlihat membesar. Dari bayangan besar itu muncul dua Golem besar yang meremukkan atap tersebut.

Aris terlihat meneguk ludahnya. Kontras dengan Aris, aku tidak merasa gugup. Sama halnya denganku, Orion tampak tidak goyah sama sekali.

"GUARRHHH!!" Kedua Golem tersebut mengaum bersamaan membuat telingaku terasa geli.

Aku membuat pelindung agar reruntuhan yang berterbangan akibat auman tersebut tidak mengenai tubuh kami. Aku mulai memberi aba-aba untuk menyerang.

Aris segera melompat tinggi setelah mendapatkan kodeku. Dia membuat tombak super besar dari lingkaran sihir khasnya. Tombak besar itu diayunkan memotong pinggang salah satu golem milik Cessio.

CRATSSS! BRAKKK!

Sementara itu Orion memanggil Naga besarnya. Lingkaran sihir milik Orion yang besar menutupi langit. Kemunculan Naga jelas membuat beberapa orang terkejut. Naga adalah makhluk kuno yang hanya ada di buku. Sekarang mereka dapat melihat naga itu dengan mata kepala mereka sendiri.

Naga milik Orion dan Golem milik Cessio bertarung sengit membuat daerah sekitarnya hancur lebur. Orion turut membantu Naga panggilannya dari kepala Sang Naga.

Aku memanfaatkan kedua peluang tersebut dengan melesat ke arah Cessio. Cessio menerima seranganku dengan senang hati seakan Ia sudah menantikan kedatanganku.

Kami meliuk-liuk di udara memperlihatkan siluet putih dan hitam yang seakan-akan menari di langit. Sayapku terbentang luas membuat angin di sekitarnya berkumpul.

Dari bawah sini aku dapat melihat Cassia dengan mudah memojokkan Kalica. Sebagian besar Pasukan The Cynoz juga sudah kelelahan.

Melihat kekalahan telaknya, Cessio tersenyum kepadaku. "Kita akan bertemu lain kali. Saat itu aku ingin kau dalam kekuatan penuhmu!" Ucapnya lalu turun ke bawah.

The Destiny a Ordinary People ( END )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang